... Bagian 7 [Calm!]

10 6 0
                                    

🔥🔥🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔥🔥🔥

↳ Pin↳ Besok jemput gue sekitar jam sebelasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

↳ Pin
↳ Besok jemput gue sekitar jam sebelasan

Oke↲

Zelvin meninggalkan aplikasi Whatsapp-nya begitu saja ketika panggilan dari ayahnya terdengar. Dengan langkah ringan ia masuk ke dalam rumah, meninggalkan area belakang rumah.

"Ada apa, Pa?"

Regaz meminta putranya duduk di sebelahnya. "Ga ada apa-apa sih, kamu ngapain di belakang udah malem gini."

Decakan pelan terbetik. "Tadi aku mau main dilarang, udah gitu di rumah masih aja dilarang."

Ayolah, ini malam minggu. Zelvin pun ingin main selayaknya remaja lainnya, misalnya nongkrong di Sabatara. Mumet ngadepin Regaz yang begitu tegas.

"Di luar suhunya lagi rendah, mending kamu tidur atau enggak ya belajar. Kamu harusnya udah punya cita-cita mau jadi apa ke depannya," ucap Regaz panjang lebar.

Melirik Zelvin yang tak menggubris ucapannya, pria itu mematikan tv. "Iya aku denger, ga usah dimatiin juga kali."

"Papa ga kasih izin kamu pacaran." Sontak Zelvin memandang Regaz penuh tanya. Kemana Regaz yang selalu bertanya udah punya pacar atau belum? Pria tua itu tidak konsisten.

"Kenapa, bukannya papa selalu tanya lewat telepon kamu udah punya pacar apa belum? kenapa sekarang kayak gini?" ujarnya menirukan suara Regaz, suara bertanya yang hampir tidak memiliki intonasi, hmm datar.

Regaz mencecap kopinya lalu menawarkan Zelvin. "Ga, makasih."

"Sekarang lagi ga punya pacar aja bisa pulang sampai tengah malam, nanti kalau punya pacar mau kamu pulangin jam berapa ceweknya, pagi hari gitu?"

"Pah, aku ga seburuk itu," tandas Zelvin. Ia penasaran bagaimana ayahnya bisa tau akan hal itu. Boleh kah Zelvin mencurigai ibunya?

ZELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang