Sama seperti yang sudah dibicarakan melalui aplikasi chat tadi sore. Malam ini Zelvin berkunjung ke rumah Ana, yang mana mereka akan berlatih vokal. Lelaki itu juga membawa gitar miliknya, setelah mendapatkan info kalau di rumah Ana tidak ada gitar satu pun.
Zelvin duduk di sofa ruang tamu, sambil menunggu Ana yang masih mandi, informasi itu ia dapatkan dari Mbak Eci yang tadi membuka pintu rumah. Terdapat secangkir teh hijau dan bolu pandan untuk sajian kepada laki-laki tampan itu.
"Maaf, udah nunggu lama," ucap Ana yang baru datang dengan setelan baju tidur motif kartun.
Ana mendudukan diri di samping Zelvin yang tidak berhenti menatapnya dari Ana datang sama Ana duduk.
"Apa sih ngelihat mulu, iya iya gue cantik," ketus Ana, melempar bantal sofa ke muka Zelvin.
"Pede banget."
"Ya harus."
Zelvin mengambil kantong plastik hitam dan memberikannya ke Ana. Persis seperti yang diminta gadis itu sebelum datang ke sini. Mata Ana membelalak senang, sebenarnya ia tidak terlalu berharap keinginan menyantap bakso bisa Zelvin penuhi.
"Seriusan lu beliin?" tanya Ana tidak menyangka.
"Lu kira itu bakso mainan gitu, ambil piring cepet keburu dingin," ujar Zelvin.
Ana melihat bakso yang yang masih di dalam kantong plastik, lantas menatap Zelvin. "Cuma satu, Pin?"
"Makan lu banyak ya?" Cowok berbaju putih dilapisi lagi kemeja kotak-kotak serta lengan yang digulung sampai siku bertanya sambil mencondongkan tubuh ke Ana.
Ana mendorong jidat Zelvin dengan jari telunjuknya. "Engga. Tapi ini cuma beli buat gue?" tanya Ana tak enak hati.
"Iya, gue tadi udah makan di rumah. Sana ambil piring keburu dingin nanti ga enak."
Ana berdiri, telapaknya berada di pelipis. "Siap, Ndan." Zelvin tertawa dibuatnya, ia menatap tubuh kecil Ana meninggalkan ruang tamu. Rambut panjang yang sengaja dikucir kuda ikutan bergerak, berirama dengan langkah Ana.
Kembalinya dari dapur, Ana menuangkan bakso ke dalam mangkok. Ujung plastik berisi saos Ana gigit untuk memberi jalan agar saos bisa keluar.
"Dikit aja, jangan banyak-banyak!" peringat Zelvin melirik Ana mengeluarkan sambal berwarna oranye.
Ana mengangguk, di samping kegiatannya makan, ia juga mendengarkan Zelvin bernyanyi seraya memainkan gitar. Bisa dikatakan Ana beruntung malam ini.
"Sepi amat rumah lu," lontar Zelvin, yang baru bisa berkomentar padahal sudah merasa sejak tadi.
Ana meneguk air putih singkat. "Cuma gue sama Mbak Eci yang ada di rumah, nyokap gue lagi sama bokap."
"Oh iya lupa bokap lu Arvan itu kan? Artis entertaiment."
Ana bergumam. Ia teringat Hana yang hampir seminggu terus menghindarinya. Sejak Ana mendatangi Arvan ke tempat kerjanya, lelaki itu sering datang ke rumah Ana. Sedangkan malam ini Arvan membawa Hana untuk membicarakan dengan serius di kediaman pria tersebut.
"Pin, mau ga?" Ana mengangkat pentol bakso yang tertusuk garpu.
"Makan aja."
"Oke."
______
Berbeda dengan dua hari yang lalu berlatih di rumah Ana, kali ini Ana mengajak Zelvin untuk menonton live musik di cafe yang sering Ana dan teman-temannya kunjungi. Seringnya banyak penyanyi berbakat yang diundang membuat cafe dan resto ini menjadi favorit Ana.
![](https://img.wattpad.com/cover/240263432-288-k91332.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELVINA
Teen Fiction⚠ CERITA INI BERTABUR GULA, siap-siap diabetes. ⸝⸝⸝ Roseana Dineshcara, gadis belia yang populer di kalangan anak muda. Memulai karier diusia terbilang sangat muda, 14 tahun. Segala hal tentang dunia maya, Ana sangat pandai. Urusan hati, kemungkina...