... Bagian 2 [Gagal Mabal]

34 5 1
                                    

Berani berkomentar, berani mengapresiasikan penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berani berkomentar, berani mengapresiasikan penulis.

_____
Zelvin bertos ria dengan Reza dan Dito. "Bener besok ada razia?"

"Lu ga percaya sama gue yang secara gue itu anak osis?"

Dito memang sebagai pengurus osis, yang hampir ga pernah datang setiap rapat pengurus osis. Mungkin bentar lagi cowok itu bakal didepak.

"Osis apaan, tampang brandal gitu bisa-bisanya masuk osis." Reza membenarkan ucapan Zelvin.

"Hati-hati, Pin, permen lu ntar diambil," Dito menginterupsi.

"Yang suka nyolong permen gue kan lu. Ya gue harus hati-hati sama lu," balas Zelvin setelah mengepulkan rokoknya.

"Sialan!" Dito menurunkan kepalan tangannya di depan muka Zelvin. Pembawaan begitu tenang kala Dito sudah menahan rasa dongkolnya.

"Berani pukul gue, sama aja lu udah males hidup." Tidak berbalik badan, justru Dito menutup telinganya dan menjauh dari aura yang Zelvin bawa.

"Ja, kopi satu." Reza mengangguk dan menyiapkan kopi permintaan temannya.

Mata terangnya memperhatikan keadaan sekitar, mencari keberadaan seseorang. Dilihatnya lebih teliti, namun hasilnya tetap sama, Zelvin tidak menemukan.

"Gilang kemana?"

Reza menaruh secangkir kopi pada meja di depan Zelvin. "Gue bukan nyokapnya."

"Gue ga ada bilang kalau lu nyokapnya. Skip orang bodoh."

"Ye, jagain gue mau gabung sama anak-anak." Belum juga Zelvin membalas si Reza udah pergi aja.

Sudah biasa menurutnya unuk menjaga kantingb di saat pemilik kantin sedang hura-hura. Zelvin lagi di fase males nimbrung ya jadinya seperti ini, sedikit menjauh.

"Kirain lupa tongkrongan," sindir Zelvin kepada seorang anak kuliahan yang baru duduk di sampingnya.

"Enak bener kalau ngomong, gue sibuk nugas." Radit membuka tutup minuman kaleng. Meneguknya sampai tenggorokannya terasa segar.

"Itu cewek pakek jaket merah degemnya siapa njir? Cakep bener, ga cocok se imut itu dibawa ke sini."

Zelvin melirik yang Radit maksud. Malam ini sekitar ada tiga cewek yang join. Diantara ketiganya, memang cewek yang Radit maksud itu sangat mencolok.

"Gue nggak tau, ga kepo juga."

Pandangan Radit masih mengarah ke cewek yang tadi. Ugh, warna merah memang begitu menggoda. Ketika Zelvin mau menegurnya ada seorang datang.

"Bang, maksud lu ngelirik cewek gue terus apa?" Pemuda itu bertanya diiringi emosi yang masih bisa tertahan.

Radit berdiri. "Cewek yang lu maksud yang mana, perasaan gue kaga ngelihatin cewek." Jelas-jelas itu hanya bualan.

ZELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang