Rara bersiap kembali menyambut hari-hari sibuknya di sekolah setelah empat hari hanya bisa berbaring di kamar dan tidak boleh melakukan pekerjaan apapun oleh orang rumah. Sekarang ia bisa kembali menghirup udara bebas. Rara suka berlibur tanpa ada tuntutan tugas sekolah maupun kegiatan organisasi, namun tidak dengan keadaan sakit.
Rasanya lebih menyenangkan mengobrol bersama teman saat jam kosong daripada harus rebahan seorang diri tanpa tahu mau melakukan apa. Rara cukup bersemangat sebelum tiba di garasi dan menemukan fakta bahwa motor kesayangan yang membawanya kecelakaan lima hari yang lalu telah dijual.
"Motornya bawa sial," ucap Geovan saat ia memprotes ketidakadilan yang dialaminya. Lelaki itu langsung menjual motornya tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
Mereka berada dalam mobil yang berhenti di lampu merah dengan Geovan di kursi kemudi. Rara kesal sekali motor pemberian dari ayahnya, hadiah ulang tahun yang ke-enam belas telah raib entah kemana lelaki itu menjualnya.
Ia ingat dulu sempat merengek dan berkali-kali meminta motor saat kedua orang tuanya tidak mengizinkan. Mengingatkannya pada kenangan akan sikap manjanya dulu ketika ayah dan ibunya masih hidup.
Flashback
"Pokoknya aku mau motor. Teman-temanku sudah punya motor sendiri Bunda. Aku juga mau," gerutunya kala itu.
"Kamu itu masih belum cukup umur dek belum boleh naik motor" ujar Hannah pada putri semata wayangnya.
"Benar sayang. Nanti kalau sudah besar ayah pasti akan belikan," Burhan menimpali.
"Aku maunya sekarang Yah, nggak mau nanti"
"Dek kamu masih SMP jangan keras kepala. Bunda bilang nggak ya nggak" Bundanya mulai marah.
"Sudah sudah. Bulan depan ayah belikan motor tapi ada syaratnya"
"Ayah! Kenapa malah dikasih?" protes Hannah.
"Karena ayah sayang aku, bunda nggak" Rara menghampiri Ayah dan memeluknya.
"Mas kamu jangan terlalu memanjakan dia, nanti adek kebiasaan"
"Kalau bukan dia yang di manja terus siapa lagi? Cuma kamu sama Rara yang aku punya jadi apapun pasti aku berikan"
"Tapi itu bahaya. Rara masih belum cukup umurnya untuk bisa bawa motor, aku nggak mau dia kenapa napa" Hannah khawatir.
"Aku bisa" gadis itu menyahut. "Kalau bunda percaya sama aku, pasti aku baik-baik aja. Iya kan Yah?" katanya meyakinkan.
Hannah masih terlihat enggan merestui. "Bunda takut dek. Jangan ya? Di antar Ayah atau Pak Budi saja ke sekolah. Sebentar lagi kan mau masuk SMA, jaraknya lebih jauh dari sekolahmu yang sekarang"
"Nggak," Rara menggeleng. "Bunda tenang aja selama ada Ayah aku pasti baik-baik aja, ayah kan superhero yang selalu bisa jagain adek," ujarnya yakin.
"Pasti. Selama ada Ayah pokoknya adek akan selalu terlindungi, Bunda juga" ucap Burhan yang membuat Hannah pasrah dan mengiyakan saja.
Rara tersenyum lebar keinginannya terpenuhi kemudian memeluk kedua orang tuanya dengan sayang. Satu bulan kemudian ia sudah mendapatkan motor itu tepat saat hari ulang tahunnya dengan syarat ia harus menjadi anak yang penurut.
Off
Rara menyadarinya, ia childdish dan manja. Ia terkekeh saat mengerti satu hal. Pantas saja ia celaka. Ayahnya, sang pelindung sudah tak lagi bisa menjaganya.
----------
Kantin sekolah saat ini tengah ramai dipenuhi para siswa siswi yang menghabiskan waktu di sela jam istirahat yang singkat. Dari banyaknya meja kursi yang telah penuh, di antaranya ada tiga orang gadis yang sibuk memulai sebuah topik obrolan yang sempat menjadikan dua di antara mereka bahan gosip satu sekolah tempo hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are A Couple (Complete)
Teen FictionGeovan tidak pernah mengira jalan hidupnya yang mulus menjadi terjal sejak berbagi ikatan dengan seorang gadis bernama Fatara di usia yang masih sangat muda. Rangkaian perjalanan membawa kita berpetualang jauh menyusuri jalan bernama takdir. Tentang...