Pulang berarti kembali. Kembali ke suatu tempat yang bisa membuatmu merasa nyaman setelah melalui sebuah peristiwa panjang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak hanya suatu tempat, seseorang pun bisa menjadi tujuan kita kembali.
Satu minggu yang lalu Wisnu dan Ratna pulang, kembali ke rumah untuk melepas rindu dengan orang terkasih setelah melakukan perjalanan panjang berkeliling Indonesia guna mensurvey beberapa resort dan perusahaan miliknya. Meski belum cukup puas melihat wajah putra putrinya, mereka pun harus segera meneruskan perjalanan kembali.
Lokasi yang cukup jauh pun mengharuskan mereka meninggalkan Geovan dan Fatara untuk waktu yang cukup lama. Sebelum bepergian mereka tidak lupa memberi beberapa wejangan kepada kedua anaknya itu untuk tetap rukun, saling menjaga dan selalu berhati-hati yang di sanggupi oleh keduanya.
Sebelum mengucapkan selamat tinggal Ratna sempat menghampiri putranya dan memberikan sebuah pesan kepada Geovan. "Mamah minta maaf karena sudah banyak merepotkan kamu le,"
"Mamah berharap kamu akan mengerti mengapa kami melakukan semua ini," wanita itu membelai kepala putra bungsunya dengan lembut. "Malam itu mamah mendengar semua. Kamu tidak salah, marah lah sepuasnya. Tapi marah sama mamah atau papah saja," dengan lembut ia menangkup wajah rupawan itu.
"Lampiaskan semuanya pada kami, Fatara itu sudah banyak menyimpan luka, mamah takut terjadi apa-apa,"
"Aku juga. Mamah nggak takut aku terluka?" Geovan menjawab, mengusap tangan Mamah yang membingkai wajahnya dengan lembut.
Ratna dengan sendu menatap putranya. "Takut. Sangat takut. Kami pasti sudah sangat melukaimu tapi kamu masih bertahan walau dengan terpaksa, sedangkan gadis malang itu..," ia tersendat saat berkata, menghela nafas dengan berat.
Terdapat kesedihan dalam mata indah itu. "Jangan terlalu keras padanya, mamah percaya kamu anak yang baik. Kamu anak yang kuat. Tahan sebentar, suatu saat nanti mamah berharap kalian bisa hidup terus bersama dan saling menjaga"
Mereka berpelukan sebelum berpisah untuk waktu yang cukup lama. Geovan sangat menyayangi kedua orang tuanya. Apapun akan ia lakukan, terlebih jika sang ibu yang meminta. Malam itu Mamah mendatangi kamarnya tanpa mengatakan sepatah kata hanya memeluk dan menangis di dekapannya.
Geovan sedih melihat ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan kasih sayang menangis tersedu seperti itu. Berkali-kali ia berkata akan menghajar orang yang telah berani membuat ibunya terluka sebelum tanpa ia duga, satu kalimat yang terlontar dari Mamah berhasil mengoyak kewarasannya.
"Menikahlah untuk mamah"
Kalimat itu menghancurkannya. Sepanjang hidupnya yang bahkan belum genap seperempat abad ini, Geovan tidak pernah sekalipun membantah kedua orang tuanya. Ia selalu patuh tanpa pernah memprotes apapun yang ayah atau ibunya katakan dan inginkan darinya.
Percaya penuh dengan pilihan orang tua karena baginya itu adalah sesuatu yang tepat, baik dan yakin ia tidak akan menyesal saat menjalaninya. Untuk apa susah payah menentukan pilihan jika sudah mendapat kesempatan terlahir di keluarga berada serta orang tua yang mempunyai segalanya dari hasil kerja keras dan pengalaman selama bertahun-tahun?
Ia sudah mempunyai privilege sejak lahir. Ia tinggal patuh tanpa perlu repot memilih. Percaya penuh pada pilihan orang tua karena mimpinya pun sederhana. Membahagiakan keduanya. Selama sang ibu bahagia maka ia juga akan ikut merasakan kebahagiaan itu sendiri. Lebih baik menerima saran dan menempuh jalan yang telah di siapkan ayah ibunya untuk menjalani kehidupan teratur daripada harus memberontak dan menentukan pilihan lain yang belum tentu ia sukses saat melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are A Couple (Complete)
Teen FictionGeovan tidak pernah mengira jalan hidupnya yang mulus menjadi terjal sejak berbagi ikatan dengan seorang gadis bernama Fatara di usia yang masih sangat muda. Rangkaian perjalanan membawa kita berpetualang jauh menyusuri jalan bernama takdir. Tentang...