Sepulang sekolah Rara tidak langsung pulang ke rumah melainkan pergi bersama Syifa dan Nana yang sudah membuat janji tempo hari. Mereka pergi ke mall untuk menonton salah satu film yang baru-baru ini mendapat banyak sorotan dengan mengendarai mobil milik Syifa.
Terlalu asyik menikmati jalan cerita dalam film dan berkunjung ke beberapa store untuk melihat barang-barang lucu juga menemani kedua temannya berbelanja, Rara sampai lupa jika seharusnya memberi tahu Geovan perihal keterlambatannya pulang dan kemana ia bepergian.
Rara lupa jika tak bisa lagi pulang dan pergi seenaknya. Biasanya ia akan mengabari Mamah Ratna, namun berhubung hanya ada Geovan di rumah maka ia harus meminta izin terlebih dahulu untuk pulang terlambat kepada lelaki itu.
Setelah pamit pada kedua temannya untuk ke kamar mandi ia segera menghubungi Geovan.
"Halo," sapanya ketika panggilannya telah tersambung.
"Halo, kenapa?"
"Ge, gue pulang terlambat malam ini. Mungkin sampai rumah sekitar jam delapan malam," katanya memberitahu.
"Tumben, kemana?" tanya lelaki itu di luar sana.
"Lagi jalan sama teman,"
"Siapa?"
"Syifa sama Nana"
"Ya," panggilan terjeda hingga Rara berniat menutupnya namun Geovan lebih dulu bersuara. "Kalau sudah selesai telepon lagi. Nanti gue jemput,"
"Nggak usah, ngapain?" Rara keheranan tak biasa dengan bentuk perhatian yang lelaki itu tunjukkan. "Gue pesan ojek online aja. Sama nanti kalau senggang tolong hangatkan kue yang dibelikan Mbak Yun tadi pagi ya, takut basi"
"Iya. Gue jemput, jangan keras kepala"
"Jangan, ada teman--," ucapnya terjeda karena terpotong.
"Ditunggu kabarnya," ucap terakhir lelaki itu tak mau di bantah kemudian panggilan berakhir begitu saja.
Rara menghela pasrah tak dapat mendebat lagi. Apa boleh buat jika sudah begini, batinnya. Tak ingin membuang waktu, ia kembali pada teman-temannya dan melanjutkan kegiatan mereka bermain seharian di pusat belanja terbesar di kota itu hingga lelah menghampiri dengan sendirinya.
Syifa menawarkan untuk mengantarnya pulang sedangkan Rara menolaknya dengan menggunakan beberapa alasan. Meski awalnya memaksa namun akhirnya gadis itu pun mengalah dan segera pulang untuk mengantar Nana terlebih dahulu sebelum hari beranjak semakin malam.
Beberapa menit yang lalu Rara telah mengirimkan pesan pada Geovan dan sudah dikonfirmasi lelaki itu benar-benar akan menjemputnya. Pukul delapan malam mereka baru sampai di rumah.
Karena sudah lelah, tidak berpikir panjang Rara langsung masuk ke dalam kamarnya untuk mandi membersihkan diri. Selesai dengan kegiatan mandi nya Rara pergi ke dapur untuk mengecek apakah pesannya tadi sudah tersampaikan dengan baik atau tidak.
Setelah memastikan kue-kue cantik itu terselamatkan ia tersenyum singkat dan memindahkannya pada piring untuk di makan sembari mengerjakan tugas sekolah. Matanya beralih pada dua bungkus bekas mie instan rasa soto beserta bungkus bumbunya tergeletak begitu tak aesthetic tampak berserakan di meja dapur, padahal di bawahnya tempat sampah berteriak senang bersiap menerimanya.
Siapa yang membuatnya? Tentu saja lelaki itu, karena tinggal mereka berdua yang berada di rumah ini. Mau tak mau Rara membersihkan terlebih dahulu area tersebut.
Hening. Hanya ada suaranya kedua tangannya yang memindahkan beberapa benda.
"Ra,"
Rara menoleh sempat kaget dengan kehadiran Geovan yang tiba-tiba. "Apa?" tanyanya tak santai kemudian melanjutkan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are A Couple (Complete)
Teen FictionGeovan tidak pernah mengira jalan hidupnya yang mulus menjadi terjal sejak berbagi ikatan dengan seorang gadis bernama Fatara di usia yang masih sangat muda. Rangkaian perjalanan membawa kita berpetualang jauh menyusuri jalan bernama takdir. Tentang...