"Ra! Latihan mati apa gimana dah dari pagi tidur terus," tegur Cece teman sebangkunya.
Rara merenggangkan kedua tangannya seraya menguap. "Ngantuk banget Ce semalam gue nggak tidur"
"Ada masalah ya?"
Gadis itu hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Cece, lalu mendesah lesu merebahkan kembali kepalanya di meja sekolah teringat masalah semalam. Atensinya teralih saat mendengar teriakan seseorang dari arah pintu yang memanggil Namanya cukup keras. Cowok gila itu, pikirnya malas.
"Fataraaaaa,” Satria menyapa dengan riang kemudian duduk di hadapannya dengan senyum lebar membuat wajah cowok itu terlihat sangat menyebalkan di matanya.
Pasti ada maunya.
“Apa” sahutnya malas.
“Ketus banget” ujar lelaki itu yang entah kenapa membuat Rara ingin menjedotkan kepala Satria ke lantai.
"Cepetan ngomong, males basa-basi"
Satria tersenyum. “Nanti sore datang ke Tulips ya gue mau nge-band sama anak-anak. Jangan lupa bareng Syifa, dia lagi marah nggak mau gue ajakin” ujarnya meminta gadis itu datang ke sebuah kafe dimana ia akan tampil bersama teman-temannya.
Benar saja kan, pasti ada maunya. Rara menggeleng malas. "Nggak mau"
Satria mengernyit. “Kenapa? Biasanya juga ikut tanpa di suruh"
“Lagi nggak mood”
“Nanti juga goodmood dengan sendirinya waktu dengar gue nyanyi”
"Malah double badmood gue yang ada"
"Ra please lah datang ya. Syifa nggak akan datang kalau nggak sama lo" lelaki itu memohon dengan tampang melas. "Demi gue Ra, Syifa mana mau kalau bukan lo yang paksa"
“Halah, kalau gue paksa pasti dia ngancam putus lagi, lo tahu sendiri gimana sifat childdish nya,”
Satria menyatukan kedua tangannya kembali memohon dengan sangat agar gadis itu mau membantunya. “Demi gue Ra”
"Penting banget memang?"
Satria mengangguk.
Menghela nafas pasrah Rara menyetujuinya. "Ya" ucapnya lemas.
Satria menjabat tangannya kemudian menggoyangkan dengan semangat sembari berterima kasih. "Terimakasih, lo memang yang terbaik. Acaranya jam lima sore, telat its okay tapi jangan terlalu lama. Pakai pakaian yang agak formal”
“Spesial banget kayaknya,” gadis itu mengernyit penasaran karena tak biasanya lelaki itu berlebihan sampai harus menentukan dresscode.
“Iya” jawab Satria kemudian meletakkan sebuah kopi berkemasan
kaleng yang di belinya saat istirahat kedua tadi di meja Rara dan melenggang pergi ke luar kelas karena sedang jam kosong.Gadis itu meminum kopi pemberian Satria dan lanjut melamun memandangi papan tulis yang kosong.
Pikirannya tengah kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are A Couple (Complete)
Teen FictionGeovan tidak pernah mengira jalan hidupnya yang mulus menjadi terjal sejak berbagi ikatan dengan seorang gadis bernama Fatara di usia yang masih sangat muda. Rangkaian perjalanan membawa kita berpetualang jauh menyusuri jalan bernama takdir. Tentang...