Berada di lain tempat, Geovan sedang berkumpul bersama teman-teman nya di sebuah warung kopi. Mereka baru akan berangkat untuk menyelesaikan beberapa urusan dengan anak-anak dari sekolah tetangga yang membuat masalah.
Beberapa dari mereka ada yang terluka dan sedang di obati.Geovan sendiri bersih dari luka karena tidak berada di lokasi kejadian saat mereka berkelahi. Ia tengah menunggu Satria yang di obati oleh Gandi. Mereka akan berangkat bersama.
Ia duduk bersandar sembari merokok dan mengobrol dengan beberapa kawannya.Sebuah panggilan masuk mengalihkan perhatiannya. Layar ponsel menunjukkan pukul setengah satu pagi, dua jam setelah ia meninggalkan rumah dan Rara meneleponnya menunjukkan bahwa meski sudah larut gadis itu belum tidur.
"Halo"
"Ge, tolong" sebuah suara yang lirih hampir tak terdengar membuatnya mengernyit.
"Kenapa?" ia mendekatkan ponselnya ke telinga dan menjauh dari teman-temannya.
"Gue takut" suara gadis itu terdengar sangat pelan tidak seperti biasa membuatnya yakin ada sesuatu yang tidak beres.
Ia membuang batang rokoknya yang belum habis.
"Ada masalah?" Geovan kembali untuk meraih kunci motor dan segera berjalan menuju motornya. "Ra jawab, ada apa?"
"Pulang Ge,"
Tak berpikir lama ia mematikan ponselnya dan segera memakai helm fullface miliknya untuk meninggalkan parkiran warung kopi tak menghiraukan beberapa temannya yang berseru memanggil.
"Anjing, itu bocah main minggat aja" Satria mengumpat.
"Lah, belum juga berangkat," Gandi ikut-ikutan berdecak heran.
----------
Sesampainya di rumah Geovan bergegas masuk. Saat memasuki pintu gerbang tadi ia sudah tak bisa membendung rasa gelisahnya melihat lampu teras dan halaman mati total padahal tak pernah di matikan saat malam.Ia masuk ke dalam rumah untuk selanjutnya menentukan Rara menelungkupkan tangan pada kaki di sudut tembok samping tangga.
"Ra, kenapa?" Geovan menghampiri dengan khawatir. Ia berjongkok di hadapan gadis itu menyamakan posisi. "Ra?" menepuk pelan bahu Rara.
Gadis itu mendongak menatapnya dengan mata sembab dan wajah yang memerah tampak berantakan.
"Ge" lirihnya. Rara mengusap air matanya. "Kebakaran", ucapnya kemudian.
Geovan kebingungan saat gadis itu menunjuk ke arah dapur. "Dapurnya kebakaran, apinya besar banget tadi" adunya.
Tak butuh waktu lama ia menyalakan senter dari ponsel dan dikagetkan saat mendapati sebagian dapur dan meja makan hangus terbakar juga berantakan dengan air dimana-mana.
"Astaga," ia menoleh terpana untuk sesaat untuk kemudian membawa gadis itu ke ruang tengah.
Mereka duduk saling berhadapan di sebuah sofa paling panjang.
"Tenangin diri dulu"Geovan merangkul bahu ringkih gadis itu. "Maaf" ia membawanya ke dalam pelukan menenangkan. Cukup lama mereka dalam posisi tersebut hingga Rara pun mulai tenang.
"Kenapa nggak minta bantuan rumah sebelah?" tanyanya dengan lembut.
"Nggak kepikiran."
Geovan mengangguk. Hening beberapa saat. Rara terdiam masih dalam pelukannya.
"Aku takut Ge. Rumahnya hampir kebakaran," suara itu terdengar penuh dengan ketakutan.
"Sstt, its okay. Semua akan baik-baik aja, bukan salah lo jangan dipikirkan" sahut Geovan menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are A Couple (Complete)
Teen FictionGeovan tidak pernah mengira jalan hidupnya yang mulus menjadi terjal sejak berbagi ikatan dengan seorang gadis bernama Fatara di usia yang masih sangat muda. Rangkaian perjalanan membawa kita berpetualang jauh menyusuri jalan bernama takdir. Tentang...