BAB DELAPAN

14.4K 952 17
                                    

A/N :
VERSI FULL TERSEDIA DI GOOGLE PLAY

***

"Dokter Ansell?"

Ansell Millian tersentak dari lamunannya mendengar namanya disebut. Pria itu merubah raut wajahnya menjadi datar. Ia memperbaiki letak kacamata dan juga jas putihnya. Ansell mempersilahkan Nia, asistennya, untuk duduk di sofa.

"Ada apa, Nia?" tanya Ansell pelan.

Nia Faurine menelan ludahnya dengan susah payah. Wanita berusia 32 tahun itu terlihat kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan. Pasalnya, pagi ini dr. Ansell Millian tampak berbeda. Kusut. Pria itu seperti tak bersemangat dan bergairah untuk bekerja.

Ansell Millian, si dokter tampan yang selalu ramah, kini begitu suram. Seakan awan mendung melingkupinya, padahal cahaya matahari begitu benderang. Juga, Nia tak mengerti Ansell Millian telah kembali bekerja. Bukankah baru beberapa hari yang lalu pria itu melangsungkan pernikahannya?

Nia menggelengkan kepalanya. Ia menyerahkan dokumen yang ia bawa, kemudian berdeham sebelum berujar.

"Ini adalah data pasien yang akan dioperasi siang ini, Dok."

Ansell meraih dokumen itu, membacanya dengan seksama. Tatapannya kosong; tak terbaca. Pikiran pria itu melayang jauh pada Briana. Gadis itu....

Ansell menelan ludahnya dengan gugup. Ia membuka satu per satu lembar itu, tapi sama sekali membacanya. Briana ... Apa gadis itu baik-baik saja? Terbangun dengan tubuh polos bersama Briana di sampingnya, Ansell sadar apa yang telah mereka lakukan tadi malam.

Sangat sadar.

Ansell terlalu gengsi untuk mengakui bahwa dia terpesona. Dia bergairah pada istrinya sendiri. Istri? Ansell tertawa miris dalam hati. Kapan dia mulai menganggap Briana sebagai istrinya?

Ansell memainkan ballpoint di tangannya, memutar-mutarnya perlahan. Sampai saat ini, ia masih mengingat jelas bagian tubuh Briana. Desahan gadis itu. Ketika gadis itu bergerak menyambutnya. Maafkan aku, Kathleen.

"Kapan operasinya dimulai?" tanyanya gusar.

"Satu jam lagi, Dokter."

Satu jam lagi? Ansell tak 'kan bisa melakukan pekerjaannya dengan baik jika ia seperti ini. Tidak ketika pikirannya tengah kacau.

"Tolong panggil, dr. Emilia."

"Baik, Dokter." Seperginya Nia, Ansell kembali hanyut dengan lamunannya. Pria itu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Memejamkan kedua matanya sejenak, helaan napas panjangnya terdengar memburu.

Malam itu, sebelum semuanya terjadi, Ansell sempat melirik ke kamar Briana. Dia hendak menemui gadis itu dan mengancamnya. Seandainya ibunya menelepon atau bertanya di mana mereka sekarang, Ansell ingin Briana berbohong saja.

Semuanya tak terduga, Briana tengah berganti pakaian. Sialnya gadis itu mencoba sebuah lingerie. Briana menatap bayangan dirinya di cermin tanpa sadar Ansell tengah memperhatikannya. Gadis itu sesekali menyentuh bagian dadanya, seperti menimbang-nimbang pakaian itu bagus atau tidak.

Nyatanya ... Itu sangat bagus. Briana terlihat berbeda. Seperti wanita dewasa yang menggoda.

Ansell mengacak rambutnya dengan kesal. Dia meninggalkan Briana begitu saja. Sebelum matahari terbit, pagi-pagi sekali Ansell melajukan mobilnya.

"Ada apa kau memanggilku?" Kehadiran Emilia mengalihkan perhatiannya. Wanita itu akan bekerja di rumah sakit keluarga Millian untuk satu minggu ke depan. Kata Emilia untuk menghabiskan waktu luangnya. Padahal yang dilakukan Emilia hanya bolak-balik mengelilingi rumah sakit.

"Aku ingin kau menggantikan posisiku untuk mengoperasi anak ini." Ansell menyodorkan datanya.

Emilia mengangkat sebelah alis. "Dokter Millian, aku tak tahu bagian mana yang harus kuperbaiki--"

"Dokter Emilia, kau menyimak banyak tentang operasi ini, dan kau berniat membantuku nanti siang," potong Ansell kesal.

"Lalu? Kenapa denganmu?"

Ansell mengabaikan pertanyaan Emilia. "Aku tahu kau dapat melakukan pekerjaan ini."

"Aku memang pernah melakukannya, tapi...." Emilia mengangkat sebelah alisnya bingung melihat Ansell yang beranjak dari duduknya dan melepaskan jasnya. "Hei ... Kau mau ke mana?" teriaknya yang tak dipedulikan oleh Ansell sama sekali.

Ansell melangkah dengan tergesa menuju mobilnya. Ketika telah berada di dalam sana, ia segera melajukan Bugatti putih itu dengan kecepatan lumayan tinggi. Membelah jalanan kota Ottawa, hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit baginya untuk sampai di apartemennya.

Pintu apartemennya terbuka dengan lebar, Ansell menatap sekelilingnya. Ia melangkah menuju kamarnya untuk mencari Briana. Dia mendesah kesal tak mendapatkan gadis itu. Pencarian Ansell beralih pada kamar Briana, tanpa mengetuk pintu, Ansell membuka lebar pintu kamarnya.

Briana segera mendekap handuk di tubuhnya melihat Ansell Millian mematung di ambang pintu.

"Ke mana kau akan pergi Briana?" tanya Ansell dingin, menatap tajam pada koper di samping ranjang.

"Ke mana?" Tiba-tiba saja Camryn Millian muncul dari arah yang sama, tepat di mana Ansell berada. "Aku tak menyangka kau berbohong padaku, Ansell Millian."

"Ibu--"

"Hari ini juga, aku ingin kalian pergi berbulan madu, ke manapun itu, dan segera berikan aku cucu," tegas Camryn tak ingin dibantah.

TBC

Unexpected Reality (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang