A/N : cerita ini telah diterbitkan dalam bentuk ebook dan direpost seminggu satu bab di Wattpad. Untuk membeli versi full silakan cek di google play.
berikut novel yang tersedia di Google Play :
1. Sinful Enfire
2. Lie With Me
3. Stole His Heart
4. Playing Her Heart
5. The Millian's Love Story
6. Gavin Millian
7. Take Me Back
8. Dirty Rich Obsession
9. Captivated
10. Meet The Dracula
11. Accidental Roommate
12. Bad Girl Vs Nerd Boy***
"Cepat! Berikan uangnya!"
Briana menatap takut pada dua preman yang dulu nyaris memperkosanya. Dengan bergetar ia meraih uang di dalam tasnya. Segepok dollar itu langsung disambar oleh Alter dan Dase. Briana segera menarik dirinya agak menjauh.
Selama ini, dia memang memberikan uang pada Alter dan Dase. Tapi bukan apa-apa, ia memberikan uang itu karena Alter dan Dase mengancamnya. Jika Briana tak memberikan uang pada saudaranya, Briana akan dijual sebagai jaminan hidup mereka. Briana tak ingin hidupnya mengerikan. Maka dari itu dia lebih baik menyisihkan uang pemberian Camryn.
Dulu, Briana tinggal bersama neneknya, Dorothy. Diusianya yang ke-67 tahun wanita itu meninggal akibat serangan jantung. Alter dan Dase sebagai anaknya, menjual segala benda peninggalan Dorothy. Tak terkecuali rumah yang dulu mereka tinggali. Kini entah di mana Alter dan Dase tinggal. Briana sedikit bersyukur dia agak menjauh. Walau dia tahu Alter dan Dase akan terus mengawasinya.
"Orangtuamu dulu berhutang pada nenek kami!" bentak Alter membuat Briana beringsut. "Maka dari itu kami meminta kau untuk membayarnya."
"Tapi ... Nenek tak pernah mengatakan apapun, Alter--"
"Itu karena nenek kasihan padamu, Jalang," desis Dase tertahan. Ia menghitung uang di tangannya. Lalu dengan kasar melempar lembaran itu ke wajah Briana, menyebabkannya berhamburan ke tanah. Briana segera menunduk untuk memungutnya. Dia menghitungnya, dan itu cukup, jumlahnya sama dengan yang biasa ia berikan.
"Jumlahnya tak cukup. Aku ingin lebih."
Ucapan Dase membuat Briana membelalak. Dia tahu apa yang dimaksud pria itu. Briana mendekap dirinya takut-takut. Ia menatap nyalang sekitarnya. Kenapa jalanan kota Ottawa harus sepi sore ini?
"Tidak, kumohon, Dase. Aku sedang mengandung--"
"Ah ... jadi pria kaya itu menikahimu?" Dase tersenyum miring. Ia mengulurkan tangannya mengusap helaain rambut Briana. "Tapi sepertinya dia kurang kaya."
Briana menggeleng. "Dase, aku janji akan memberikan lebih. Aku...." Briana menggantung ucapannya melihat Alter mengacungkan pisau ke arahnya.
Ya Tuhan....
Andai dia sedang tidak mengandung, mungkin Briana telah berlari sejauh yang ia bisa. Ia tak mungkin mengikuti Alter dan Dase pergi. Ansell akan mencarinya. Briana menatap Alter dan Dase takut-takut.
"Ikut aku," ucap Alter tanpa ekspresi masih menodongkan pisau itu ke wajahnya.
Briana meringis dalam hati. Ia terpaksa mengekori Alter masuk ke dalam mobil. Briana menjaga jaraknya sejauh mungkin dari Alter juga Dase. Dia tahu dirinya tak 'kan bisa pergi ke manapun. Namun, setidaknya, Briana berhasil menjaga dirinya agar tidak terluka.
Alter dan Dase bisa saja nekad jika dia memberontak. Briana tak ingin hal buruk terjadi padanya. Diam-diam, dia menatap ponselnya dengan khawatir. Semoga Ansell tak menghubunginya. Briana menatap keluar kaca mobil dengan sedih.
"Aku tak akan melukaimu jika kau menurutiku, Briana." Alter membawanya turun dari mobil setelah beberapa menit.
Briana menatap sekitarnya dengan pandangan heran. Di mana ini? Tiba-tiba rasa sakit menghantam kepalanya. Briana merasa tak asing dengan rumah bergaya Eropa itu. Ia memijat pelipisnya dengan perlahan.
"Nenek! Di mana nenek?"
Suara-suara itu muncul memenuhi kepalanya. Bayangan samar seorang anak kecil berusia 10 tahun-an yang berlari memenuhi benaknya. Briana mengerjapkan kedua matanya, mencoba memperjelas penglihatan. Bayangan apa itu?
Dia sering mengalami sakit kepala seperti ini sejak lama dan Dorothy selalu mengatakan mungkin penyakitknya kambuh. Briana tak pernah tahu penyakit apa yang dia idap. Dorothy tak pernah nemberitahunya. Ketika Ansell bertanya apakah dirinya pernah mengalami amnesia, dia merasa heran. Mengapa pria itu bertanya demikian?
Briana yakin Ansell memeriksa kepalanya di Maldives. Karena pria itu terus memintanya agar diam.
"Tuan." Suara Dase membuyarkan lamunannya. Briana sadar bahwa dirinya telah diseret ke dalam sejak tadi.
Ia menatap heran pada seorang pria yang membelakangi tubuhnya. Tubuh tegapnya terbalut jas mahal. Briana menerka-nerka berapa harga kain yang melekat di tubuhnya itu. Pasti pria itu sangat kaya. Jas yang dikenakannya mirip dengan apa yang seringkali Ansell kenakan. Pas dan mewah. Seperti memang dijahit khusus untuknya.
"Kalian boleh pergi." Suara bariton pria itu begitu dalam dan serak. "Aku telah mengirimkannya ke rekening kalian."
Apa!
Briana membelalak. Dia mencoba mengejar Alter dan Dase ke arah pintu. Tapi sebelum dia berlari lebih jauh lagi, kepalanya kembali berdentum dengan kuat. Semakin dia menatap sekitarnya, semakin bayangan itu kian terlintas. Kenapa Alter dan Dase tega menjualnya?
Keterjutan Briana kian bertambah ketika pria itu membalikan tubuhnya. Pria itu ... Pria yang sama pada saat di London. Briana memundurkan langkahnya melihat pria itu mendekat. Pria berwajah latin itu menatapnya dengan pandangan sedih, juga kecewa. Briana tak mengerti kenapa dia juga merasa tak asing dengan pandangan itu.
"Briana Carson. Ini aku Briana ... aku tunanganmu."
Tanpa sadar Briana berbisik. "Miguel?"
Untuk kedua kalinya, pria itu kembali mendekap erat Briana, menenggelamkan dirinya pada rasa yang tak asing.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Reality (END)
Romance[SEQUEL STOLE HIS HEART] 21+ Setelah kematian Kathleen Riamos, hidup Ansell Millian berubah. Dia seakan tak bernyawa. Dingin tak tersentuh. Meski senyum terlukis di bibirnya, semua orang tahu hatinya beku. Ansell Millian berjanji tak akan mengenal c...