A/N : cerita ini telah diterbitkan dalam bentuk ebook dan direpost seminggu satu bab di Wattpad. Untuk membeli versi full silakan cek di google play.
berikut novel yang tersedia di Google Play :
1. Sinful Enfire
2. Lie With Me
3. Stole His Heart
4. Playing Her Heart
5. The Millian's Love Story
6. Gavin Millian
7. Take Me Back
8. Dirty Rich Obsession
9. Captivated
10. Meet The Dracula
11. Accidental Roommate
12. Bad Girl Vs Nerd Boy***
"Kau merasa mual?" Ansell menatap Briana dengan lekat. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ansell menggerakan stetoskopnya lebih atas, tepat ke dada Briana, ia mendengarkan detak jantung Briana dengan seksama.
Ansell menghela napas pelan. "Aku akan menelepon dokter Cyra agar dia datang kemari." Ia menyimpan stetoskopnya kembali ke tempatnya. "Aku bukan dokter kandungan Briana. Tapi dugaanku, kemungkinan kau hamil saat ini."
Briana menatap Ansell lekat. Pria itu terlihat tampan sekali dengan stetoskopnya. Briana membayangkan berapa banyak pasien yang betah berlama-lama diperiksa oleh Ansell. Dia tersenyum tanpa sadar. Lalu tangannya bergerak mengusap perutnya yang rata. Hamil? Benarkah?
Ansell mengangkat sebelah alisnya melihat perilaku Briana. Ia tertawa meremehkan. "Jangan senang dulu. Belum tentu kau hamil," celetuk pria itu, sukses merubah raut wajah Briana.
Briana menjauhkan tangannya dengan gugup. Ia menunduk tak berani menatap Ansell. Satu hari setelah kejadian pingsan di kamar mandi, Ansell memutuskan untuk membawa Briana pulang. Pria itu langsung memesan tiket pesawat penerbangan ke Kanada. Briana sempat percaya diri, mungkinkah pria itu khawatir?
Tapi, ketika Ansell bilang bahwa dia ingin memastikan Briana hamil atau tidak. Semua kebahagiannya musnah seketika. Briana tak lebih dari penitipan benih pria itu. Mungkin saja setelah dia melahirkan keturunan Ansell Millian, pria itu akan menceraikannya.
Briana mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap gedung pencakar langit di kota Ottawa. Jalanan yang dipadati kendaraan, orang-orang yang berlalu lalang, betapa menyenangkannya hidup mereka; dapat bebas. Bukan seperti dirinya. Terkurung di dalam sangkar kepedihan, yang entah sampai kapan dia dapat bertahan.
Ansell menyimpan ponselnya setelah mengirimkan pesan singkat pada temannya, dokter Cyra, seorang dokter kandungan. Pria itu mendekati Briana dan memeluk istrinya dari belakang. Sentuhan ini terasa biasa baginya. Ansell tak pernah merasa berdebar atau apapun. Toh, dia melakukannya hanya karena menghargai Briana sebagai istrinya.
Sentuhan ini adalah ... Sentuhan tanpa cinta. Seperti apa yang seringkali mereka lakukan di tiap malamnya.
"Kuharap, kau tak mandul," bisik Ansell tanpa perasaan.
Briana menatap bayangan pria itu di kaca dengan tatapan luka dan kepedihan yang mendalam. Apa pria itu tak berpikir sedikitpun? Tanpa sadar ucapan itu merendahkan Briana sebagai wanita.
"Jika aku mandul...." Briana menelan ludahnya. "....Apa kau akan menceraikanku?"
Ansell menatap Briana tanpa ekspresi. "Aku telah mengatakannya bahwa aku tak 'kan menceraikanmu."
Briana menyesal telah memgucapkan itu. Karena selanjutnya dia merasakan aura Ansell yang berubah. Raut wajah pria itu begitu dingin dan mengeras. Briana merasakan keringat dingin mulai membasahi kedua telapak tangannya. Dia takut Ansell marah.
"Berbaliklah," bisik Ansell parau. Briana membalikan tubuhnya perlahan. Ansell menundukan wajahnya untuk mencium bibir Briana, namun tiba-tiba saja bel apartemennya berbunyi, menahan pergerakannya yang nyaris terjadi. "Sepertinya dia sudah datang. Tunggu disini." Ansell melangkah keluar; Briana menatap kepergiannya dengan datar.
Briana kembali mengalihkan pandangannya ke luar kaca. Hingga sapaan seorang wanita membuyarkan lamunannya. Briana menoleh dan menyambut dokter itu dengan ramah. Dokter Cyra. Briana membaca name tag-nya.
Wanita cantik itu mempersilahkan Briana untuk merebahkan tubuhnha di atas ranjang. Dokter Cyra dengan sabar memeriksanya. Sesekali mengajak Briana bercanda gurau. Briana memperhatikannya dengan seksama. Senyum dokter itu sangat menawan. Tatapannya begitu hangat ketika menatap Ansell. Mungkinkah wanita itu menyukai Ansell?
"Kau sangat cantik sekali, Briana," puji dokter Cyra dengan senyum di bibirnya. "Pantas Ansell menyukaimu."
Briana hanya tersenyum kecut menanggapinya. Ansell sama sekali tak meliriknya. Pria itu hanya peduli dengan apa yang dia inginkan dari Briana. Pernikahan mereka bukan atas dasar cinta. Dan seterusnya, tidak ada cinta di manapun.
Ansell muncul di ambang pintu. "Bagaimana?" tanyanya.
"Seperti biasa. Kau memang dokter segala arah, Ansell Millian. Briana tengah mengandung saat ini."
Ucapan dokter Cyra membuat senyum Briana terlukis lebar. Kebahagiaan membuncah di hatinya. Ia mengusap perutnya dengan haru. Dirinya hamil ... Briana menitikkan air matanya tanpa sadar.
Hamil anak Ansell?
Briana melirik ke arah Ansell. Menatapnya dengan senyum lebar di bibirnya. Tapi, pria itu sama sekali tak membalas tatapannya. Fokusnya tetap pada dokter Cyra. Ansell mengabaikannya.
"Tebakanku memang tak pernah melenceng." Ansell melangkah mendekati Briana.
"Kalau begitu. Aku pamit permisi." Dokter Cyra sempat menghentikan langkahnya. "Ah ya, ini resep yang harus kau tebus bila Briana merasa mual."
"Terima kasih, Cyra," bisik Ansell. Ia menyimpan selembar kertas itu ke atas nakas.
"Briana." Ansell menarik tubuh Briana ke dalam pelukannya, mendekapnya erat dengan ekspresi yang tak terbaca. Pria itu tak menunjukan ekspresi bahagia atau apapun. Hanya datar, selain sedingin es dan sorot tajam.
"Boleh aku bertanya satu hal?"
Briana mengerjapkan matanya, ia menengadah sedikit. "Apa?"
"Apa kau pernah mengalami amnesia?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Reality (END)
Romance[SEQUEL STOLE HIS HEART] 21+ Setelah kematian Kathleen Riamos, hidup Ansell Millian berubah. Dia seakan tak bernyawa. Dingin tak tersentuh. Meski senyum terlukis di bibirnya, semua orang tahu hatinya beku. Ansell Millian berjanji tak akan mengenal c...