BAB EMPAT BELAS

12.4K 901 25
                                    

A/N : cerita ini telah diterbitkan dalam bentuk ebook dan direpost seminggu satu bab di Wattpad. Untuk membeli versi full silakan cek di google play.
berikut novel yang tersedia di Google Play :
1. Sinful Enfire
2. Lie With Me
3. Stole His Heart
4. Playing Her Heart
5. The Millian's Love Story
6. Gavin Millian
7. Take Me Back
8. Dirty Rich Obsession
9. Captivated
10. Meet The Dracula
11. Accidental Roommate
12. Bad Girl Vs Nerd Boy

***

GAUN itu menjuntai menyapu lantai. Berwarna krem lembut yang begitu pas di tubuhnya. Briana menatap bayangan dirinya di cermin. Dia tak pernah merasa seperti ini. Terlihat begitu berbeda dan sensual. Tatapannya berbeda. Entahlah ... Dia terlihat lebih dewasa meski usianya belum beranjak duapuluh lima tahun.

Briana memandang lekat pada tulang pipinya yang tegas. Penata rias itu memang pandai membuatnya terlihat mempesona. Briana terkekeh ketika ia sadar telah memujinya dirinya sendiri. Briana memutar tubuhnya, menatap lekat punggungnya yang terbuka di balik cermin. Gaun itu mempertontonkan secara intens punggung mulusnya. Di bagian bawah, pahanya diekspos sebagian.

Betapa memalukannya jika Briana melangkah.

Pandangannya turun pada sepatu berhak tinggi yang mempercantik penampilannya. Oh, apakah dia dapat berjalan dengan baik? Briana mencoba melangkah. Dia merasa tak asing dengan apa yang dia lakukan. Tiba-tiba rasa sakit itu kembali muncul, nyaris terasa membelah kepalanya. Briana menopang tubuhnya ke dinding.

Sudah sejak lama dia tak pernah merasa seperti ini. Briana tak pernah mengalami sakit kepala lagi. Dia tak mengerti, apa yang membuat penyakitnya muncul kembali? Briana meraih segelas air di atas nakas lalu menenggaknya hingga tandas.

Amnesia? Briana menggeleng. Dia tak mengalami amnesia apapun. Pertanyaan Ansell sungguh aneh.

"Kau sudah selesai?" Ansell muncul di balik pintu dengan jas yang melekat di tubuhnya. Untuk beberapa saat Briana terpaku. Ansell begitu tampan--selalu seperti itu--tampak sempurna di mata Briana.

Briana mengerjapkan matanya, sadar dengan hal memalukan yang ia lakukan; menatap suaminya kelaparan. Dia memperbaiki letak dressnya, terutama di bagian dada, agar dadanya tak terlalu mencuat. Tapi hasilnya sia-sia, bagian tengah dan sisi payudaranya terlihat menonjol secara langsung.

Ansell menatap penampilan Briana dengan datar sebelum melingkarkan lengannya. Tak ada kata apapun yang terucap dari bibir pria itu. Briana hanya menghela napas kecil dalam hati. Sampai kapanpun, di mata Ansell Millian dia tetaplah seperti ini. Dia bukan siapa-siapa, meski statusnya adalah istri pria itu.

Briana duduk di samping Ansell, memandang ke luar jalanan kota London di malam hari. Saat ini mereka berada di Inggris untuk menghadiri pernikahan sahabat Ansell. Briana dengar, namanya Jacari Rivera. Oh, mungkinkah orang yang sama, yang menelepon Ansell pada saat di Maldives.

Briana tak begitu peduli. Yang jelas, dia ingin segera pulang dari pesta pernikahan itu. Kepalanya terasa sakit.

"Seharusnya kau tak memakai sepatu dengan hak tinggi, Briana." Ansell mengutarakan protesnya melihat apa yang melekat di kaki Briana.

Briana menatap Ansell dengan menyesal. "Penata rias itu yang memberikannya padaku," bisiknya parau.

Ansell tak mengatakan apapun lagi hingga mereka sampai sebuah hotel yang mewah. Pria itu turun lebih awal disusul oleh Briana. Ansell melingkarkan lengannya di pinggang Briana dengan posesif. Tatapannya sedingin es pada saat beradu pandang dengan pria di sekitarnya. Seakan menegaskan kepemilikannya, sesekali Ansell mencium pipi Briana.

Pandangan para pria itu jelas memuja istrinya. Menginginkan Briana secara langsung. Ansell mendengus tak senang dalam hati. Memang dirinya yang memilih gaun ini untuk dikenakan Briana. Tapi Ansell tak pernah menyangka bahwa Briana akan secantik ini. Tubuh indahnya seakan diekspose sempurna untuk khalayak umum.

"Akhirnya kau datang." Jacari Rivera muncul dengan Scarlett Barclay di sampingnya. Ansell tersenyum lebar dan menepuk pundak pria itu sekilas.

Briana mengikuti apa yang Ansell lakukan dengan menyalami pasangan pengantin itu. Ia memaksakan sebuah senyuman kecil.

"Kau cantik sekali," puji Scarlett membuat Briana tersipu malu.

"Terima kasih," jawabnya dengan pipi merona.

"Ayo, Ansell dan Briana mari kita berdansa," ajak Jacari dengan senyum lebar di bibirnya. Pasangan pengantin itu turun ke lantai dansa lebih awal. Briana menatapnya dengan senyum di bibirnya. Mereka pasangan yang bahagia bukan?

"Aku akan segera kembali, jangan pergi ke manapun." Ansell melangkah meninggalkan Briana tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.

Briana mengamati kepergiannya dengan heran. Keningnya berkerut. Dia tak nyaman ditinggal sendirian. Tatapan di sekitarnya terasa menusuknya. Rasa pusingnya mulai memudar, tapi Briana merasa sesak mendapatkan pandangan aneh dari para pria. Briana menatap sekelilingnya, mencoba mencari sosok suaminya.

Raut wajahnya berubah sedih melihat Ansell tengah berdansa dengan gadis lain. Senyum Ansell yang terlukis lebar. Tatapan hangat pria itu. Lengan pria itu yang melingkar manis di pinggang gadis itu. Briana menundukan wajahnya. Ia meremas jemarinya yang saling bertautan. Mungkinkah Ansell malu berdansa dengannya?

Bukankah Ansell telah berjanji tak 'kan bersama gadis manapun?

Briana memutuskan untuk pergi dari keramaian itu. Ia mengusap air matanya dengan kasar. Briana duduk di sebuah bangku, menatap nanar pada lampu warna-warni di pepohonan.

"Briana?"

Sebelum dia berucap, tiba-tiba saja tubuhnya telah dipeluk sedemikian erat.

TBC

Unexpected Reality (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang