A/N : cerita ini telah diterbitkan dalam bentuk ebook dan direpost seminggu satu bab di Wattpad. Untuk membeli versi full silakan cek di google play.
berikut novel yang tersedia di Google Play :
1. Sinful Enfire
2. Lie With Me
3. Stole His Heart
4. Playing Her Heart
5. The Millian's Love Story
6. Gavin Millian
7. Take Me Back
8. Dirty Rich Obsession
9. Captivated
10. Meet The Dracula
11. Accidental Roommate
12. Bad Girl Vs Nerd BoyUntuk pdf, hubungi admin : 082124089124
***
MALDIVES Island tampak begitu indah dengan pemandangan di sekitarnya. Pantai yang luas nan jernih, deburan ombak yang menenangkan, pepohonan yang menyejukkan. Briana memejamkan matanya sejenak. Menikmati ketenangan yang melingkupinya. Maldives pantas disebut sebagai surga. Tempat di mana seseorang bisa merasakan kenyamanan luar biasa. Mahakarya Tuhan terlukis indah.
Republik Maladewa atau Maldives Island adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kumpulan atol (suatu pulau koral yang mengelilingi sebuah laguna) di Samudra Hindia. Maldives merupakan pulau yang awalnya terlupakan. Namun, seiring berjalannya waktu, keadaan alam di sini kian jelas keindahannya. Para pasangan berlomba-lomba untuk berbulan madu.
Briana menenggelamkan kakinya ke dalam air. Ia menggerakkannya dengan ringan, menimbulkan bunyi riak kecil. Senyum gadis itu terlukis tanpa sadar. Rambut cokelatnya yang tergerai tertiup angin.
Betapa menyenangkannya berada disini. Sejenak, Briana merasakan beban pikirannya menghilang. Ia merasa cukup rileks.
Teringat dengan Ansell, Briana melirik sekitarnya, mencari-cari sosok pria itu. Ansell meninggalkannya sendirian di kamar mereka. Pria itu pergi entah ke mana. Briana mendengus dalam hati. Menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinganya.
Dia merasa kebingungan jadi Briana memutuskan untuk duduk di jembatan. Sekali lagi, Briana berusaha mencari Ansell. Ia segera mengalihkan pandangannya melihat pria itu dari gazebo. Ansell tengah melangkah mendekat ke arahnya.
Briana berusaha tak peduli. Dia ingin sekali menolak bulan madu mereka. Briana tak ingin menyetujui perjanjian Ansell. Ia bukan pemuas nafsu pria itu, Briana bukan penampung benih seenaknya.
"Apa kau lapar?" tanya Ansell datar.
Briana menatap uluran tangan Ansell. Menyadari kegugupan gadis itu, Ansell mendengus tak senang.
"Ayo kita makan malam, Briana."
Pada akhirnya, walau berat hati Briana menyimpan tangannya di tangan Ansell. Membiarkan pria bermata biru safir itu menggenggam erat tangannya. Rasanya aneh. Baru kali ini ia merasakan sentuhan Ansell yang nyata. Maksudnya, tanpa paksaan seperti kemarin-kemarin.
Jemari Ansell terasa melingkupi jemarinya. Hangat. Menyalurkan sengatan aneh yang membuat Briana bergidik. Briana duduk di kursi tepat di hadapan Ansell.
"Makanlah," perintah Ansell tanpa ekspresi. Lagi-lagi Briana hanya menurutinya tanpa memprotes atau membantah.
Diam-diam, Ansell memperhatikan istrinya dengan seksama. Briana menggunakan mini dress tali sphagetti yang ia belikan. Tidak, bukan Ansell yang membelikannya, tapi Keana, hanya saja memakai uangnya. Ansell sengaja memerintah kakak iparnya untuk membelikan Briana pakaian.
Ia lihat; walk-in-closet Briana hanya dipenuhi dengan lingerie. Itu bagus. Tapi Ansell tak mungkin membawa pergi Briana hanya dengan sepotong kain tipis.
Briana terlihat cantik dengan rambut cokelatnya yang tergerai bebas. Pipinya merona tanpa pulasan apapun. Ansell mengernyitkan keningnya. Penampilannya seperti Kathleen.
"Ansell...." Briana menatap ragu pada suaminya. Ia meremas jemarinya di bawah sana dengan gugup.
Ansell hanya menjawabnya dengan gumaman. Tatapannya masih sedingin es. Berusaha memasang raut tak peduli.
"....Untuk berapa lama kita berada di sini?" tanya Briana pelan.
Ansell menghentikan acara makannya. Dia tak tahu sampai kapan mereka di Maldives. Permintaan ibunya sekitar 1-2 minggu. Dan Ansell bingung, apa yang akan mereka lakukan selama 2 minggu ke depan.
Ansell memutuskan mengabaikan pertanyaan Briana, ia tak menjawab pertanyaan gadis itu. Tanpa sadar hal itu membuat Briana menunduk kembali. Briana menghela napas sedih. Ia menenggak jusnya pelan-pelan. Rasa sesak itu memenuhi dadanya.
Tiba-tiba Ansell bangkit dari duduknya, membuat Briana mendongak dan menatapnya sedikit heran.
"Kemari," ucap pria itu serak.
Briana bangkit perlahan, mendekati Ansell yang mematung di hadapannya. Ansell mengulurkan tangannya mengusap rona di pipi Briana.
"Kenapa?" Briana menahan napas merasakan bibir Ansell nyaris menyentuh bibirnya.
Ansell menahan tengkuk Briana. "Kau bertanya padaku, berapa lama kita akan berada di sini?" Ansell mencium bibir Briana sekilas. "Sampai kau mengerti semuanya, Briana."
"Mengerti?" Briana menatap Ansell bingung.
Ansell memutar bola matanya. "Mengerti...." Ia menekan bibirnya pada bibir Briana lebih dalam. Mencecapnya lembut dan bergantian. Ansell mengerang merasakan Briana membalas ciumannya perlahan. Gadis itu sangat manis juga lembut. Lidahnya walau ragu tetap mengikuti pergerakan Ansell. "....Seperti ini, Briana." Napas Ansell terengah setelah melepaskan ciumannya.
Briana menatapnya tak berkedip. Pipinya memanas merasakan tatapan Ansell yang begitu intens.
"Kau harus bisa melakukan yang lebih lagi." Ansell membawa jemari Briana ke dadanya, "Kau boleh menyentuhku di manapun sesukamu."
Briana menggigit bibir bawahnya. "Aku tak tahu di mana harus menyentuhmu," cicitnya.
"Lingkarkan kakimu di pinggangku." Briana memekik ketika Ansell mengangkat bokongnya dengan mudah. Refleks ia menuruti permintaan Ansell.
Ansell menatap Briana dengan menggelap. "Aku akan mengajarkanmu bercinta, Briana."
Briana menatap Ansell ragu. Jemarinya terselip di rambut cokelat pria itu. "Tapi ... Kemarin rasanya menyakitkan."
"Aku berjanji kali ini tidak akan sakit lagi."
Tidak akan memanggil nama Kathleen lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Reality (END)
Romance[SEQUEL STOLE HIS HEART] 21+ Setelah kematian Kathleen Riamos, hidup Ansell Millian berubah. Dia seakan tak bernyawa. Dingin tak tersentuh. Meski senyum terlukis di bibirnya, semua orang tahu hatinya beku. Ansell Millian berjanji tak akan mengenal c...