35. Imperfection

337 63 71
                                    

⚠️DISCLAIMER⚠️

The following part includes kidnapped and harassment content.

The following part includes kidnapped and harassment content

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raut wajah Dejun langsung berubah. Ketawa jahil itu seketika hilang, dan yang nyisa cuma wajah datar yang sulit gue terka apa artinya.

Gue sendiri udah jelas panik. Bohong banget kalau di dunia ini gak ada cewek yang benar-benar legowo dengan semua kekurangan yang dia punya. Gue salah satunya.

Waktu pertama kali gue sama Dejun melakukan itu, Dejun gak nanya macam-macam atau bahas tentang ini karena waktu itu lampunya di matiin, jadi kita gak bisa lihat satu sama lain.

Malam itu gue sempat kepikiran ini, cuma kayaknya Dejun belum ngeh.

Malam itu sebenarnya gue takut banget buat melakukan itu, tapi gak tahu kenapa kemampuan gue untuk menolaknya seolah lumpuh.

Kayaknya kegiatan itu mulai sekarang harus gue normalize karena, mungkin memang ini salah satunya kegiatan yang wajar dilakukan sama pasangan suami istri.

Tapi hal ini bikin gue ragu untuk melakukannya lagi di kemudian hari. Gue benar-benar takut kalau Dejun berubah pikiran.

"Tidur, yuk?" secepat mungkin gue mengalihkan pembicaraan supaya Dejun gak memperpanjang masalah ini.

Tapi kayaknya gak mungkin.

"Sayang," tatapan dia berubah seolah minta penjelasan. Dejun langsung ngerapihin rambut dan pakaian gue yang udah sedikit acak-acakan dibuatnya.

"Now you know, right?"

Gue langsung membelakangi dia karena malu banget. Tatapan dia kayak lagi menelanjangi gue secara perlahan.

Ada pepatah yang bilang serapat-rapatnya aib ditutupi, ujung-ujungnya bakal ketahuan juga. And I guess it's my turn.

Gue langsung membayangkan kemungkinan terburuk karena mungkin aja Dejun kecewa karena gue gak bisa menyuguhkan badan gue yang sempurna.

"Maaf aku gak sempurna." Seluruh tubuh gue rasanya kebas dan mata ini udah gak sanggup lagi natap cowok yang baru beberapa hari jadi suami gue.

"Itu..luka bekas apa? Sayatannya, sayatannya..itu gak biasa." Dejun terbata-bata nanyain asal mula luka ini.

Karena dia suami gue, dan dia udah terlanjur menyadarinya, gue gak ada pilihan lain selain cerita selengkap-lengkapnya.

Gue bangun dan membuka semua kancing baju yang gue pakai. "Sebenarnya gak cuma satu."

Sambil menahan malu sekuat tenaga, gue nunjukin tubuh gue yang lain dan membiarkan Dejun lihat semua kecacatan yang gue punya.

Luka bekas tusukan di perut, luka tembak di bahu, dan sayatan yang melintang di sepanjang tulang punggung, gue tunjukkin semuanya ke Dejun, suami gue.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang