11. One Fine Day

424 108 76
                                    

Ada harga yang harus dibayar ketika kita memilih untuk menjadi orang egois.

Ada harga yang harus dibayar ketika kita memilih untuk menjadi orang egois

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁🍁🍁

Satu hari setelah check up ke rumah sakit, ternyata bikin badan gue tumbang karena efek samping dari prosedur kemarin bikin demam dan punggung sakit.

Setelah permohonan izin kerja di rumah gue disetujui sama Kak Yuta, gue kerja seperti biasa tapi bedanya ini di rumah. Sambil sarapan seadanya, gue login ke website kantor buat akses kerjaan.

Setengah hari gue lewati di apartemen dengan sangat membosankan. Satu gelas Americano berukuran besar berhasil nganterin gue sampai jam istirahat tanpa ngantuk.

Pas gue mau rebahan, bel apartemen bunyi dan di layar intercom nunjukin kalau di depan ada Kak Yuta, Kak Joy, sama Kak Ten. Gue langsung semangat bukain pintu buat mereka.

"Aaaa kalian! Sini masuk!" Gue sambut mereka dengan semangat dan langsung ngajak mereka bertiga masuk.

"Kamu sakit apa?" Kak Yuta ngasih paper bag sushi yang kelihatannya enak-enak.

"Gak tau, hasilnya baru bisa di ambil lusa." Jawab gue.

Terlanjur bikin mereka penasaran, akhirnya gue ceritain kalau kemarin gue ketemu dokter saraf dan ada beberapa prosedur yang harus gue jalani buat mengetahui penyebab keluhan yang gue rasain akhir-akhir ini.


"Hah, gimana gimana? Emang cairan otak bisa di ambil lewat punggung?"

"Itu IQ lo gak berkurang pas di sedot cairan otaknya?"

"Emang sakit banget ya?"

Mereka membombardir pertanyaan ketika gue bilang punggung gue sakit karena abis diambil cairan otak.

Gue juga gak nyangka bakal sampai gini sih, soalnya keluhan gue kan cuma pusing, kirain bakal kepala doang yang di periksa, taunya sebadan-badan.

"Y,ya bisa-bisa aja sih," ujar gue ragu. "Buktinya gue kan kemarin di gituin?"

Sebagai seorang atasan dan orang yang paling dewasa diantara kita, Kak Yuta orang yang paling serius menanggapi cerita gue tadi. Dia bahkan sampai nyaranin gue buat ambil cuti aja dan gak usah mikirin kerjaan sampai gue bener-bener pulih.

"Anjir ya lo, bisa-bisanya sekali sakit bikin orang parno. Yaudah tuh, lo makan dulu gih!" Kak Joy nunjuk papar bag yang barusan mereka kasih buat gue buka.

"Lo makan dah yang banyak, istirahat, gak usah over thinking ntar cepet tua. Kita balik ya? kalau ada apa-apa telpon kita-kita aja!" Kata Kak Ten. Dia walaupun rada sengklek dan ceplas-ceplos, dia orangnya konsekuen sama waktu.

Sepeninggal mereka bertiga, gue makan sushi sambil menyelesaikan sisa kerjaan. Sambil makan dan kerja, gue juga main sosmed karena aplikasi itu udah gue tinggal seharian.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang