Pemanasan dulu yukk—
Hanifa's twitter update:
Dejun's:
💐💐💐💐💐
"Hanifa, kamu mau kan, nikah sama aku?"
Kalimat itu benar-benar keluar dari mulut Dejun.
Dia..ngajak..gue..nikah!
Beribu pertanyaan langsung menggerogoti kepala dan tentang ajakan itu, gue gak tahu harus jawab apa. Jangankan mikirin jawaban, mikirin perasaan gue sekarang juga bingung.
"Hm? Sayang, kamu mau, kan?" Dejun masih berlutut dengan sebuah cincin yang ada di tangannya.
"Dejun, am I deserve to you?" dari sekian banyak pertanyaan, akhirnya hanya pertanyaan itu yang gue ajukan ke dia.
Orang paling sabar ini seketika bikin gue merasa insecure karena sifat gue bertolak belakang sama dia. Gue merasa Dejun itu sempurna, sedangkan gue masih banyak kekurangan.
Dejun langsung berdiri dan senyum menanggapi pertanyaan gue barusan. "Fa, if I'm asked how deserve to me you are, I can answer with equal conviction. Yes."
"Aku gak sebaik kamu, Jun."
Gak tahu kenapa, pikiran gue jadi goyah. Bisa aja gue langsung terobos bilang mau, tapi ini pernikahan. Ikatan sakral yang gak main-main. Mungkin gue akan beruntung kalau nikah sama dia, tapi gue takut dia merasakan yang sebaliknya.
"Sayang, sini lihat aku." Permintaan itu langsung gue turuti.
"Di dunia ini gak ada orang yang sempurna. Aku banyak kekurangan, kamu juga ada. Tapi kehadiran kamu melengkapi hidup aku. Kita melangkah bersama, ya?"
Gue diam dan berusaha untuk meyakinkan tentang kalimat apa yang harus gue ucapkan ke Dejun. Dia seyakin itu sama gue, orangtua gue pun udah yakin kalau Dejun orang yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA
RomanceE.nig.ma [a person or thing that pazzling and difficult to understand] Susah, ini emang susah. Susah untuk di mengerti, susah untuk di jelaskan. Semuanya selalu berawal dari kebetulan. Kebetulan kenal, kebetulan bersahabat, kebetulan terpisah, eh se...