Kalau kalian roaming baca part ini karena udah aku bawa mundur, boleh cek lagi part 2 nya ya~Satu hal yang gue sadari setelah jadi dewasa adalah, pertemanan makin berjalan seadanya. You should deal with it. Pertemanan orang dewasa bukan perkara seberapa banyak, tapi seberapa berkualitas pertemanan yang terjalin itu.
Belakangan ini gue lagi di hadapkan sama situasi dimana hidup gue kedatangan seseorang dari masa lalu. Gue bingung cara menyikapi semua ini. Gue sama Dejun gak mungkin bisa temenan lagi kayak dulu. Bertahun-tahun gak ada kabar bikin kita jadi pribadi yang berbeda begitu ketemu lagi. Dejun dengan dunia barunya, gue juga dengan dunia baru gue.
Kehilangan bukan cuma milik mereka yang awalnya saling mencintai. Gue sama Dejun gak pernah terlibat dalam urusan asmara, tapi kita pernah sedekat itu, kita pernah saling mengandalkan buat situasi-situasi tertentu waktu jaman kuliah. Keberadaan dia sebagai sahabat cukup jadi pelengkap cerita hidup gue di kampus.
Tapi perasaan gue saat ini cukup sulit untuk di definisikan. Entah itu kehilangan atau kangen, yang jelas setelah ketemu Dejun lagi, setiap hari gue berharap dia datang untuk ngasih penjelasan di balik menghilangnya dia selama ini. Lagian gue cuma pengen tau aja alasan dia dulu menghilang itu karena apa, gak lebih.
Lagi pula, manusia manapun gak mungkin bakal baik-baik aja kan, setelah ditinggal pergi sama seseorang tanpa kejelasan? Mau teman, pacar, atau keluarga sekalipun.
"Hanifa?" Perlahan gue sadar ketika ada satu suara manggil nama gue.
"Dejun~" Gue panggil satu-satunya orang yang ada disini. Kayaknya gue habis pingsan. Orang yang gue panggil langsung cek mata gue pake senter kecil yang dia selipkan di saku jas putihnya.
"Istirahat ya, jangan terlalu kecapean. Besok saya datang lagi." Orang yang barusan bikin gue hilang kesadaran cuma berlalu gitu aja. Sisi egois gue langsung mencuat ke permukaan. Gue gak mau dia pergi lagi tanpa kejelasan. Terakhir yang gue ingat, kayaknya dia mau jelasin sesuatu.
"Dejun, jelasin sekarang!"
Dia berbalik dan natap gue dengan tatapan yang sulit gue artikan. Dia senang atau takut ya?
"Nanti ya, maaf kayaknya terlalu buru-buru. Kamu masih sakit."
"Jelasin sekarang, atau kita gak usah ketemu lagi abis ini?"
Gila. Gue bener-bener gila. Berani-beraninya gue ancam seseorang. Lihat respon Dejun yang sulit di percaya, gue refleks pegang dada yang tiba-tiba berdetak gak karuan. Muka gue memanas dan gelanyar aneh menyelimuti perasaan gue saat ini.
"Hanifa, kamu harus istirahat."
Mendengar Dejun ngomong kayak gitu, gue asumsikan kalau dia gak berniat buat ngasih tau gue cerita yang sebenarnya. Dengan perasaan yang kecewa, gue tarik selimut dan bersiap menutup hati buat membuang jauh-jauh harapan kalau hubungan pertemanan kita bisa balik lagi kayak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA
RomanceE.nig.ma [a person or thing that pazzling and difficult to understand] Susah, ini emang susah. Susah untuk di mengerti, susah untuk di jelaskan. Semuanya selalu berawal dari kebetulan. Kebetulan kenal, kebetulan bersahabat, kebetulan terpisah, eh se...