BAB 5 : Akad Nikahku

4.4K 290 1
                                    

Gelap gulita. Aku tak bisa melihat apapun dengan mataku ini. Aku seperti terjebak di dalam sebuah lorong panjang yang gelap. Aku meraba-raba sekitarku, tak ada sebuah benda pun yang dapat aku jadikan pegangan. Aku cari-cari terus, sampai aku menangis terisak-isak. Semakin lama semakin kencang tangisanku.

"Mira! Miraa!"

Aku mendengar ada suara seorang pria yang memanggili namaku dalam kegelapan ini. Aku raba lagi sekelilingku. Lalu aku menemukan sebuah tangan yang tiba-tiba memegangi erat tanganku. Aku pegang erat juga tangannya. Dan tepat di ujung lorong itu aku melihat ada sebuah cahaya putih yang terang. Dibawanya aku ke sana. Setelah aku sampai di tempat terang itu, aku lihat wajah pria yang menuntunku keluar dari lorong gelap tadi. Dan pria yang menggandeng tanganku dengan erat itu adalah calon suamiku, Satrio Bagaskara.

***

"Mir, Mira!" suara Bunda membangunkanku.

"Mmmm..," jawabku malas karena baru bangun

"Bangun, Nak. Sholat subuh berjamaah yuk, cepet mandi trus wudhu. Jam lima periasnya dateng loh."

Mimpi itu? Mungkinkah ini memang pertanda yang Tuhan berikan untukku? Dan mungkinkah dia?

Aku beranjak dari atas kasurku. Mandi dan berwudhu lalu sholat subuh bersama kedua orang tuaku dan juga kakak lelakiku. Aku berdoa, jika memang ini jalan terbaik untukku aku akan menerima dia sebagai suamiku. Selesai sholat, perias yang akan mempercantikku di hari pernikahanku pun datang.

Tak terasa waktu terasa lebih cepat, kini sudah jam delapan pagi. Rombongan pengantin pria datang. Kini jantungku berdebar lebih cepat, seakan-akan ingin lompat dari tempatnya berada. Bunda datang menjemputku untuk turun ke bawah.

Semua tamu sudah datang, Bunda menggandengku untuk menuruni satu persatu anak tangga. Semua mata tertuju padaku. Kecuali si dokter sinting itu, dia tak menolehkan kepalanya padaku.

Mungkin dia sedang gugup?

Aku didudukkan di sebelahnya. Tanganku berkeringat, hatiku tambah berdebar. Hari ini aku akan melepaskan semua yang aku punya. Penghulunya sudah datang, acaranya pun dimulai. Ayahku duduk di sebelah penghulu, dia menjadi orang yang akan menikahkanku hari ini.

Ayahku mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan pria yang sebentar lagi akan menjadi menantunya. Aku melihat pria yang duduk di sebelahku ini menjabat tangan kanan Ayahku dengan erat, tanpa ada rasa keraguan yang tersirat pada wajahnya. Aku melihat dirinya yang nampak sangat yakin dengan momen sakral ini. Matanya terlihat sangat fokus serta keringat dingin muncul yang menghiasi daerah pelipisnya. Sebelum dia mengucapkan ijab qobul-nya, aku berdoa kepada Tuhan, semoga semua ini adalah pilihan terbaik yang Tuhan berikan kepadaku.

"Ananda Satrio Bagaskara bin Ahmad Setyobudi, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Mira Mariana Binti Agus Sucipto, dengan Mas kawin, seperangkat alat sholat serta satu set perhiasan berlian dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Mira Mariana Binti Agus Sucipto dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" ucapnya dengan sekali nafas dan lancar

"Sah..,Sah.., Alhamdulillah!"

Pernikahanku lancar, tanpa ada satupun halangan yang menghambat. Lalu kami berdua menandatangani berkas-berkas perkawinan. Dan memasangkan cincin mas kawin yang telah disebutkannya tadi ke masing-masing jari manis kami. Disuruhnya aku mencium punggung tangan pria yang saat ini telah menjadi suamiku. Lalu dia cium keningku, yang menandakan jika kami sudah sah menjadi sepasang suami istri.

Ayah dan Bundaku menangis. Mereka menangis bahagia di pernikahanku, aku juga memeluk erat tubuh mereka, lalu mereka menyambut pelukanku dengan erat.

"Terima kasih, Nak. Kamu sudah menjadi anak kami, kini kamu sudah sah menjadi istri Satrio, dan kini tugas kami menjadi walimu sudah selesai." kata ayahku.

Air mataku mengalir deras. Hari ini aku telah sah menjadi istri seorang pria aneh yang tidak pernah aku suka. Aku masih sedikit tidak rela lepas dan berpindah ke dia, dokter sinting yang kini menjadi suamiku.

PENGANTIN DADAKAN ✔  [ Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang