BAB 6 : Malam Pertama

5.6K 317 5
                                    

Setelah melakukan akad nikah yang dilaksanakan tadi pagi, dan melakukan serangkaian prosesi adat pernikahan jawa yang padat itu, aku dan pria menyebalkan itu masih belum sempat beristirahat. Tamu-tamu banyak berdatangan, mulai dari kolega Ayahku, teman-teman Bundaku, dan yang paling banyak adalah tamu-tamu dari pria menyebalkan itu. Pernikahanku seperti Rumah Sakit, karena banyak sekali dokter maupun staf medis kenalannya yang datang di acara pernikahan kami. Meskipun aku memiliki teman yang banyak, tak satupun dari mereka yang aku undang, karena apa, karena aku masih belum siap untuk mempublikasikan status baruku ini kepada semua teman-temanku. 

Acaranya selesai, aku segera masuk ke dalam kamar. Melepas semua gaun berat dan menghapus make up tebal yang membuat wajahku terlihat seperti topeng. 

"Sebentar!" teriak pria menyebalkan itu

"Apa sih Om?"

"Jangan dihapus dulu!" dia mengambil ponselnya dan membuka kameranya

"Ngapain sih, Om?"

Cekrek.. Cekrek.. 

Dia mengambil foto pertama kita berdua. Meskipun wajahku terlihat candid dan agak ngeblur dia tetap menyimpannya.

"Ih! hapus, Om! hapus!"

"Ini buat kenang-kenangan kita berdua."

"Tapi kan itu jelek!"

"Mangkanya sini, deketan biar bagus!"

"Sekali aja ya."

"Iya!"

Cekrek..

Dia ambil foto pertama kita setelah resmi menjadi sepasang suami istri. Setelah itu dia mandi terlebih dahulu. Aku masih berusaha membersihkan make up tebal yang menempel di kulit wajahku. 

"Om, cepetan aku kebelet nih!"

"Bentar, pake celana!" teriaknya

Dan dia pun keluar dari dalam kamar mandi. Wangi tubuhnya menyebar di seluruh ruang kamarku. Rambutnya yang basah, bibirnya yang merah. Dia telanjang dada, terlihat perut kotak kotaknya yang terlihat seperti roti sobek. 

"Astagfirullah! Om, keluar kamar mandi itu pake baju dong! Aurat itu jangan di umbar-umbar!"

"Apa sih? kan udah sah!"

"Sah apanya? Sahitonirojim!" sahutku langsung masuk kamar mandi. 

***

Aku memandangi tubuhku pada sebuah cermin yang terpasang di dalam kamar mandiku. Pikiranku melayang, beberapa pikiran buruk mulai menghinggapi otakku. Malam pertama? Aku menelan ludahku. Apakah pria menyebalkan itu akan memaksaku untuk melakukannya sekarang? Ah, tidak! Tidak! Aku belum siap! Jangankan melakukan hal seperti itu, dalam seumur hidupku tak sekalipun aku pernah berciuman dengan seorang pria. Atau mungkin aku harus membekali diriku dengan senjata agar aku aman dari pria menyebalkan itu? 

Perlahan aku membuka pintu kamar mandi, berusaha mengintip apa yang sedang dilakukannya sekarang. Jika ada hal yang mencurigakan aku bisa membekali diriku dengan sebuah benda yang mungkin bisa aku jadikan senjata.  Kulihat pria itu sudah memakai baju koko dan sebuah sarung yang melilit di pinggangnya, dan sekarang dia sedang menggelar dua sajadah yang menghadap ke arah kiblat. Setelah aku merasa aman, aku keluar dari dalam kamar mandi.

"Ayo kita sholat. "ajaknya

"Aku sholat sendiri aja, Om."

"Sholat bareng saja, toh pahalanya lebih besar dibandingkan sholat sendiri-sendiri. "

"Ya udah, aku mau wudhu dulu."

Aku masuk kembali ke dalam kamar mandi, selesai berwudhu aku keluar dan mencari mukena yang ada di lemariku. Aku melihatnya sedang duduk bersila menungguku keluar dari kamar mandi.

PENGANTIN DADAKAN ✔  [ Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang