BAB 13 : Semester Akhir

3.7K 261 1
                                    

Setelah dua bulan lamanya aku menghabiskan jatah liburanku, semester 6 pun dimulai. Aku bingung, karena saat ini aku harus menjalankan beberapa peran dalam satu waktu. Bekerja di cafe dan mengurusi suami menyebalkanku itu saja sudah membuatku lelah, apalagi mulai di semester ini aku harus mulai menyusun tugas akhir berupa skripsi untuk menyelesaikan masa kuliahku.

Pagi ini, seperti biasa aku melakukan kegiatan yang setiap hari aku lakukan, aku membuatkannya kopi dan sarapan untuknya. Setelah selesai bersiap siap, dia pergi ke meja makan untuk sarapan. Tiba tiba ponselnya berdering. Aku meliriknya dari ujung mataku, ada sebuah panggilan telepon dari Dokter Vera. Siapa dia?

"Sayang, aku berangkat dulu ya,"

Sejak kapan dia memanggilku sayang?

"Loh Mas, kamu gak sarapan dulu?" tanyaku

"Saya makan nanti saja, ini ada pasien Dokter Vera, baru lahir, tapi keadaannya sedang kritis, jadi saya harus cepat pergi ke rumah sakit."

Dia berdiri dari tempat duduknya dan tiba tiba dia mencium keningku,"Saya berangkat dulu ya Sayang. Kalo ada apa apa telepon saya, daaa." dan dia pergi meninggalkanku sendiri di rumah.

Tubuhku sejenak membatu, syok dengan perlakuan yang barusan Mas Satrio perbuat kepadaku. Aku sampai tak bisa berkata apa apa lagi untuk memprotesnya.

Sejak kapan dia boleh menyentuhku atau menciumiku? Dan sejak kapan juga aku tidak membrontak kepadanya?

***

Sepulang dari kampus, aku langsung pergi ke cafe untuk bekerja. Tumben saja aku sudah merasa lelah sebelum kerja. Mungkin saja ini efek karena terlalu lama liburan, di tambah lagi liburanku menjadi neraka setelah aku menikah dengan pria menyebalkan itu.

Hari ini jam kerjaku lebih lama dari biasanya, kami menutup cafe satu jam lebih lambat di banding biasanya. Semua staff cafe segera bergegas pulang. Baterai ponselku habis, aku masih berada di dalam cafe untuk mengisi daya ponselku agar aku bisa memesan ojek online agar aku bisa pulang ke rumah. Di sini tinggal aku dan Kak Dimas saja yang belum pulang, dia sekarang sedang berada di dalam officenya, biasanya dia menghitung pemasukan dan pengeluaran harian cafe.

"Belum pulang kamu Mir?"

"Belum Kak, biasa lah lowbat."

"Udah makan kamu Mir?"

"Hehehe, Belum Kak."

"Mau aku masakin gak?"

Aku hanya mengangguk, dan dia segera masuk ke dapur untuk membuat sebuah masakan. Ternyata dia memasak Spaghetti Carbonara. Aromanya sangat lezat. Lalu Kak Dimas membawakan makanan itu ke depanku lengkap dengan minuman dan beberapa lilin yang sudah ia nyalakan. Kini makan malam kami berubah menjadi candle light dinner, terlihat sangat romantis.

"Ternyata Kak Dimas pinter masak juga ya, enak lo!" aku memakannya dengan lahap

"Makasih Mir, masakan spesial buat orang yang spesial juga."

Aku hanya tersenyum membalas perkataan yang baru saja Kak Dimas ucapkan. Lalu tiba tiba Mas Satrio masuk ke dalam cafe yang di dalamnya masih ada kami berdua.

Pintar sekali dia ya datang dan merusak moment romantisku.

"Mira, sejak tadi Della mencari-carimu, berkali kali menelponmu tapi Handphone kamu gak aktif!"

"Maaf Mas, tadi hpku lowbat, jadi hp aku mati."

"Ya udah ayo kita cepet pulang," lalu dia menyeret tanganku.

"Bentar dong, aku masih makan!"

"Makan di rumah saja! Della sudah masak banyak makanan!"

Mas Satrio menyeret tanganku, aku ikut pergi bersamanya dengan mulutku yang masih penuh dengan spaghetti. Aku sedikit marah kepadanya karena dia telah merusak moment romantisku bersama Kak Dimas. Namun sepertinya suasana hatinya saat ini terlihat kurang baik. Kami masuk kedalam mobil, tumben dia diam saja, biasanya dia seperti radio yang gak bisa berhenti kalo gak di stop.

Setelah sampai di rumah, seperti biasa aku menyiapkan makan malam, aku memanggilnya untuk pergi ke meja makan, tapi dia sudah berbaring diatas kasur. Aku ajak dia makan malam, namun dia menolak. Dia kenapa sih?

"Mas, ayo dong makan malam, aku laper ini!"

"Kan tadi kamu sudah makan malam romantis bareng Dimas?"

"Jadi Mas dari tadi cemburu nih?mangkanya Mas dari tadi keliatan judes gitu ke aku?"

"Kalo lapar kamu makan sendiri saja!saya tidak lapar!"

"Bener nih? aku makan sendiri ya?"

"Iya!" jawabnya singkat, padat dan jelas

Lalu aku mengambil makanan di dapur dan memakannya di dalam kamar.

"Ngapain kamu makan di sini?"

"Terserah aku dong!" Aku makan di depannya dengan lahap. Aku berusaha menyuapinya dengan nasi yang ada di piringku.

"Mas, buka mulutnya dong!" aku masih berusaha menyuapinya. Dan akhirnya dia mau menerima suapanku.

"Kamu kenapa sih tiba tiba marah marah gak jelas kaya gini? Mas cemburu ya?"

"Kalo saya memang benar cemburu kenapa?"

Aku sedikit terkejut dengan pengakuannya, "Eh, Mas cemburu kenapa sih? Orang kita gak ngapa-ngapain kok."

"Sekarang suami mana sih yang gak cemburu melihat istrinya sedang makan malam romantis berdua dengan pria lain di depan matanya. Apalagi dari tadi saya menahan lapar karena ingin makan malam berdua bersama kamu!"

"Jadi Mas marah marah karena laper ya?" aku berusaha menggodanya

"Gak lucu ah!"

"Tapi Mas lucu kalo lagi marah kaya gini!"

Aku tertawa melihat tingkah lucunya saat dia mencemburuiku. Ternyata dokter sinting ini kalo cemburu lucu juga ya? Dan Mas Satrio hanya mendengus kesal mendengar tertawaanku sambil masih mengunyah makanannya.

"Iya iya, Maaf ya Mas." Aku meminta maaf dan tersenyum ke arahnya.

"Jangan di ulangin lagi!"

"Kalo itu gak bisa janji, hahaha!"

Mendengar kata kataku dia kembali sedikit kesal.

"Iya Mas, iya. Insyaallah, aku gak akan ulangin lagi. Ini ya aku ceritanin, tadi itu aku lagi ngecharge Hp aku, nah trus Kak Dimas nawarin aku makan, ya udah aku terima, kebetulan tadi aku kan laper juga, jadi ya udah aku terima aja, kan katanya gak boleh nolak rejeki." ungkapku

"Seharusnya kamu mikirin saya dulu, saya itu suami kamu, seharusnya kamu lebih memprioritaskan saya dan bisa menjaga perasaan saya. Tadi kalo misalkan kamu gak makan malam di sana rencananya saya mau ajak kamu makan malam di luar!"

"Aku kan gak tau, kan Mas gak bilang."

"Ya kan saya mau bikin kejutan!"

"Bisa aja kamu Mas."

"Pokoknya jangan di ulangin lagi loh ya!" ancamnya

"Siap Komandan!"

"Ya udah, sini peluk!"

"Hah!"

"Iya sini peluk!"

"Enggak ah!"

Tapi dia tetap memelukku. Saat dia cemburu tingkahnya seperti anak kecil saja. untuk membuatnya cemburu pun juga sangat mudah, aku tak perlu bersusah payah untuk berusaha.

Apa mungkin karena dia sering menangani anak kecil mangkanya dia juga ikut ikutan seperti anak kecil juga ya?

Tapi aku baru melihat sisi lain dari pria menyebalkanku yang lucu ini. Selain menyebalkan dan sering membuatku marah, ternyata pria ini mempunyai sisi lain yang sangat lembut. Dia juga telihat begitu penyayang dan sabar. Apalagi untuk menghadapi sikapku yang kadang seperti anak kecil, dia bisa bersikap dewasa dan bisa mengimbangi sifatku yang kadang masih labil ini.

PENGANTIN DADAKAN ✔  [ Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang