Hari ini hari ulang tahuhku. Tak ada yang spesial, semua berjalan sepeti biasanya. Aku masih datang ke kampus dengan beberapa tumpukan kertas yang masih harus aku revisi. Padahal baru 3 minggu aku masuk ke kampus lagi, rasanya aku ingin menyerah saja. Aku mengumpat di dalam hati,
MENDING KAWIN AJA LAH KETIMBANG RIBET MIKIRIN SKRIPSI!
Eh, tapi kan aku emang udah nikah? lalu aku harus membuat alasan apalagi untuk menyerah dengan tumpukan revisi ini? Setelah pulang dari kampus, aku langsung pergi ke cafe untuk bekerja. Tak ada yang istimewa di hari ini. Hingga jam kerjaku berakhir.
Seperti biasa, baterai ponselku lowbat. Dasar handphone tua! Aku akan menggantimu saat aku sudah gajian nanti! Seperti biasa, aku meminjam charger kepada teman teman kerjaku. Aku selalu lupa untuk membawa charger, karena aku selalu bangun kesiangan atau kadang memang ada saja barang yang selalu ketinggalan di rumah.
Tiba tiba Kak Dimas mendatangiku dengan membawa sebuah kue ulang tahun bersama crew cafe. Dan tak lupa Tika juga ikut datang untuk memberikanku kejutan. Aku terkejut dan tak menyangka jika mereka akan membuatkan aku kejutan seperti ini. Mereka beramai ramai menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepadaku. Ku tiup lilinnya, tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepada mereka. Kami bersenang senang di pesta kecil kecilan ini. Mereka semua memberikanku sebuah hadiah. Mereka menyuruhku untuk membukanya. Aku membuka isinya ada sebuah foto yang terbingkai oleh sebuah pigura ukuran A3. Foto itu adalah foto kebersamaan kami semua selama bekerja di cafe. Di bawahnya juga tertulis, We love you, Mira!
Tika menghadiahkanku sebuah sepatu olahraga. Aku tau maksud Tika menghadiahkanku barang ini, karena memang tahun lalu aku berencana untuk diet dan berjanji akan sering berolahraga karena aku ingin lebih kurus lagi biar aku tidak kalah saing dengan perempuan perempuan genit yang sering mendekati Kak Dimas. Tapi nyatanya itu hanya sekedar wacana semata. Kadang ngelihat cilok Pak Min depan kost aja udah bikin ngiler, gimana mau diet coba? Di tambah jadwal kuliah dan jadwal kerjaku yang padat yang membuatku tak bisa melakukannya. Kalau libur pun aku lebih memilih untuk beristirahat dan bermalas malasan di dalam kamar kost-an, mangkanya niatku untuk berolaraga semakin kecil.
Setelah pesta selesai, mereka semua pulang. Dan akhirnya aku yang membereskan sisa kekacauan yang mereka buat. Tentunya di bantu Kak Dimas. Setelah semuanya beres, Kak Dimas menyodorkan sebuah kotak yang sudah terbungkus kertas kado. Ia mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih padanya. Sebagai hadiah keduanya, ia ingin mengantarkanku pulang. Karena ia tau, kalo Mas Satrio nggak sempat untuk menjemputkku, aku selalu memesan ojek online untuk mengantarkanku pulang ke rumah.
Setelah menutup cafe, aku mengikutinya untuk mengambil motor di tempat parkir. Di pakaikannya aku helm, setelah itu aku menaiki motornya. Sebelum pulang, dia membawaku untuk berkeliling-keliling sekitar kota. Lalu dia mengantarkanku pulang. Aku memintanya agar dia tak menurunkanku di depan rumah dan dia menurutiku. Dia membantuku untuk membukakan helm yang sedang aku pakai.
"Selamat malam, Mira. Semoga tidurmu nyenyak." dia tersenyum, lalu pergi menjauhiku. Tak lupa aku melambaikan tangan kepadanya.
Ku buka gerbang rumahku. Terdapat sebuah mobil asing yang terparkir di halaman rumah.
Mungkinkah ada tamu di jam yang selarut ini?
Lalu aku masuk ke dalam, ku ketuk pintunya. Pintu terbuka, dan tiba tiba Mas Satrio mengagetkanku. Dia membawa sebuah kue tart dengan sebuah lilin yang membentuk angka 22 yang menyala di atasnya. Dia menyanyikan sebuah lagu selamat ulang tahun, aku terharu. Lalu aku tiup lilin itu. Aku mengucapkan terima kasih dan memberikan senyuman tulusku kepadanya. Dia mencium kening dan kedua pipiku, lalu dia juga memeluk tubuhku dengan erat.
Lalu aku segera mandi. Setelah itu aku menyiapkannya makan malam. Dia menyuruhku untuk menyuapinya kue tart itu. Dan aku pun teringat dengan sebuah mobil yang terparkir di halaman depan tadi. Aku tanyakan kepadanya. Dia masuk ke dalam kamar, aku tak tau apa yang sedang dia lakukan. Saat dia keluar, dia membawa sebuah kotak yang terbungkus oleh sebuah kertas kado dan di atasnya terdapat sebuah kunci. Ia mengatakan jika itu adalah kado ulang tahun darinya. Aku terkejut, karena ia memberikanku sebuah mobil mini Cooper keluaran terbaru sebagai hadiah ulang tahunku.
Lalu di suruhnya pula aku untuk membuka sebuah kotak yang dia bungkus dengan kertas kado itu. Aku sobek kertasnya, ternyata dia membelikanku sebuah Iphone keluaran terbaru. Aku sangat terkejut menerima semua hadiah ini, karena aku tak terbiasa menerima barang barang mahal dari orang lain, termasuk dari keluargaku sendiri.
"Ya ampun Mas, kamu ngasih aku hadiah mahal ini apa nggak sayang? hanya karena Mas ingin membahagiakan aku, Mas harus mengeluarkan uang yang sangat banyak. Mending kan uangnya bisa di tabung buat yang lain aja. "
"Sayang, dengerin ya. Uang itu bisa di cari, yang sulit di cari itu kebahagiaan. Kebahagiaan juga tidak bisa di cari melainkan di dapat. Dan kebahagiaan terbesarku adalah kamu. Saya bekerja keras buat kamu dan untuk anak anak kita nanti." Ucapnya, dia menatap wajahku dan tersenyum dengan lembut. Aku berdiri dan berjalan kearahnya lalu memeluk tubuh priaku ini.
***
Setelah membereskan sisa makan malam tadi, aku merebahkan tubuhku yang lelah ini di atas kasur. Lalu Mas Satrio datang dan ikut berbaring di sebelahku. Dia memeluk tubuhku, dan menciumi tengkukku. Karena reflek, aku menolehkan wajahku ke arahnya.
"Mas, apa yang sedang Mas lakukan?"
Lalu dia membisikkan sesuatu di telingaku, "Biarkan saya melakukannya malam ini!"
Aku terkejut. Tiba tiba jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Aku belum siap, namun mulutku tak sanggup untuk mengatakannya. Dia makin mempererat pelukannya.
"Mm.., Maksud, Mas?"
"Biarkan saya untuk memilikimu seutuhnya!"
Lalu di balikkannya tubuhku yang lebih kecil dari tubuhnya itu. Dan kini wajah kami saling berhadap hadapan serta tubuhnya yang tiba tiba menindihi tubuhku.
"Mm..,Mas..,Apa yang mau Mas lakukan?" tanyaku dengan terbata bata.
Namun dia tak menghiraukan pertanyaanku sama sekali. Tubuhku semakin merinding, ku pejamkan mataku dan menahan degup jantungku yang semakin lama semakin cepat.
Aku merasakan ada sebuah benda kenyal yang menyentuh bibirku. Dan di lumatlah bibir mungilku ini. Pria yang sehari hari terlihat ramah dan kalem ini, terlihat sangat bergairah dan bringas malam ini.
Perlahan, dia buka satu persatu kancing baju tidurku. Wajahku memerah, dia tersenyum kepadaku sambil menunjukkan lesung pipinya. Dia buka kaos yang dia pakai, nampak tubuh bugar miliknya itu. Otot yang kekar dan perut yang berbentuk kotak kotak itu seperti menyihirku.
Di tambah lagi aroma parfum yang telah bercampur dengan aroma tubuhnya yang semakin membuatku seperti di mabuk kepayang. Dia ciumi seluruh wajah dan leherku. Apa yang di lakukannya itu semakin membuatku geli. Aku pun pasrah menerima semua yang di lakukannya, karena aku sadar aku ini istrinya, istri yang harus menuruti apa yang di minta oleh suami, termasuk untuk melayaninya. Dan pada malam ini, aku benar benar menjalankan kewajibanku sebagai istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN ✔ [ Sudah Terbit]
RomanceSindrom perfeksionis telah menjalar ke dalam kehidupan milik Mira Mariana, seorang dara cantik yang terkesan naif, namun juga keras kepala. Dari dulu dia selalu menginginkan hidup yang sempurna seperti yang dia harapkan. Dia akan melakukan berbagai...