BAB 11 : Kembali Ke Rutinitas Lamaku.

3.8K 247 1
                                    

Sesuai dengan janjiku kemarin, aku akan kembali bekerja setelah semua urusanku selesai.

Hari ini hari senin, dokter sinting itu juga kembali ke rutinitasnya. Jam setengah tujuh pagi tadi dia sudah berangkat ke rumah sakit. Aku juga akan pergi bekerja di cafe.

Berangkat pakai apa?

Di rumah ini satu-satunya kendaraan cuman mobil milik pria menyebalkan itu, tapi mobil itu kan dipakai dia buat kerja. Aku punya sih sepeda lipat, tapi jarak dari rumah ke cafe lumayan jauh dan cukup menyita banyak tenaga. Jadi aku memutuskan saja untuk memakai jasa ojek online.

Aku sampai di cafe, aku menyapa semua pegawai yang ada di sana, lalu aku segera pergi menuju dapur. Kupakai apronku, menu spesial yang hari ini akan aku buat adalah honey strawberry cake. Di cafe kami pasti ada menu spesial yang akan disajikan berbeda beda di setiap harinya. Untuk menarik para pelanggan, biasanya kami akan memberi diskon sebesar 25% untuk setiap pemesanan menu spesial harian, maka dari itu cafe kami selalu ramai dengan pelanggan.

Kami harus bersiap karena jam makan siang adalah jam ramai pengunjung. Karena di jam jam ini banyak pelanggan yang datang untuk makan siang atau sekedar nongkrong-nongkrong saja. Biasanya tamu yang berkunjung pada jam makan siang itu sering membludak dan kadang kami juga kekurangan staff, jadi semua pegawai di sini sudah terbiasa melakukan multitasking, termasuk aku yang bagian baker ini bisa berperan ganda menjadi waiters ataupun kasir.

Pegawai di cafe ini ada 1 kasir, 2 baker, 2 koki, 1 barista, 2 waiters. Setelah selesai menyelesaikan tugas di dapur, biasanya aku membantu kasir untuk mencatat menu pesanan pelanggan. Saat ini aku sedang berada di meja kasir untuk mencatat pesanan mereka.

"Selamat siang, Kak. bisa dicatat apa pesanannya?" ucapku, sambil tersenyum ramah kepada pelanggan, namun mataku masih agak sibuk mengutak atik layar monitor komputer.

"Saya pesan satu honey strawberry cake, hot americanonya satu, tenderloin steaknya dua, sama smoothies strawberrynya satu,"

"Saya ulang pesanannya ya, Kak. Honey strawberry cake-nya satu, hot americanonya satu, tenderloin steaknya dua sama smoothies strawberrynya satu yaa Kak..," sambil menoleh ke arah pelanggan.

Ternyata dia Mas Satrio, kenapa dia kemari? dia menatapku sambil tersenyum ke arahku.

"Kamu ngapain kesini, Mas?" bisikku kepadanya

"Ya saya mau makan siang lah. Saya tadi pulang ke rumah, mencari kamu tapi kamu nya tidak ada. Dan setelah saya cari ternyata kamu ada di sini," ucapnya tanpa berbisik

"Sstt! pelan-pelan dong, Mas! kalo ada yang denger gimana? Trus kenapa Mas gak nyari makan di tempat lain aja sih, kok malah kesini?"

"Saya kan pengen makan bareng istri saya,"

"Sstttt! pelan-pelan dong, Mas! Nanti kalo ada yang denger gimana?"

"Pokoknya kamu saya tunggu di meja sana, karena saya sudah pesan dua porsi jadi kamu temani saya makan!" sambil menyodorkan sebuah kartu debit.

"Tapi kan aku sekarang sedang sib..,"

"Saya tunggu kamu di meja itu sampai selesai!" jawabnya, langsung pergi meninggalkanku

Setiap kali aku berbicara pasti selalu dia potong, sepertinya dia senang sekali melihatku cemas dan ketahuan jika kami sudah menikah.

Rasanya ingin sekali aku jambak rambut klimisnya itu!

Tapi aku tak mungkin melakukannya di sini, karena aku harus bersikap seprofesional mungkin saat bekerja.

Dia menunggu dan menatapku dari ujung tempat duduknya. Hampir satu jam dia menunggu, jam makan siang sudah terlewat. Tapi dia masih saja menungguku datang untuk makan siang bersamanya.

"Mir, Mas-mas ganteng itu siapa? Kok dari tadi liatin kamu terus?" tanya salah satu rekan kerjaku.

"Oh, dia kakak iparku. Dia ke sini mau ajak aku makan siang, tapi kamu tau sendiri kan sekarang masih rame."

"Ya udah sana, gih! Temenin dia makan. Kasian tuh, dia udah lama nungguin kamu. Makanannya juga belum dimakan."

"Tapi kan,"

"Udah! kalo masalah Mas Dimas nanti aku urus. Aku bisa jaga kasir sendiri kok," ucapnya sambil melepas apronku.

Aku pun berjalan menghampirinya dan langsung duduk di depannya. Dia nampak antusias dengan kehadiranku, aku hanya bisa mendengus kesal karena dia sudah mengobrak-abrik moodku karena dia datang ke tempat kerjaku.

"Yuk sini kita makan, saya sudah lapar sekali, nunggu kamu lama datengnya."

"Lagian, Mas ngapain sih dateng kesini?"

"Kan saya tadi sudah menjelaskan alasan saya datang ke sini mau apa. Lagian kalo kamu mau saya tidak datang ke sini itu gampang, kamu resign dari sini trus kamu masakin saya makan siang di rumah, biar saya gak pergi kesini lagi," ucapnya, sambil memasukkan potongan daging kedalam mulutnya

"Tapi kan aku udah bilang, jangan pernah ikut campur ke dalam urusan aku!"

Pria itu memasukkan potongan daging steak ke dalam mulutku, "Udah jangan ngomel terus! Mending sekarang kamu makan saja, keburu dingin makanannya!"

"Memang sudah dingin, Mas!"

Setelah selesai makan, dia pamit untuk kembali ke rumah sakit.

"Saya pulang dulu ya, Istriku. Kamu kerja di sini baik-baik, jangan genit sana sini ya! nanti saya sedih loh."

"Ih! apaan sih, Mas? Jangan bilang kaya gitu, gak lucu tau! nanti kalo ada yang denger gimana?"

"Ya bagus dong! jadi kita gak usah repot repot buat ngasih tau mereka lagi!"

"Jangan ngaco deh! udah sana cepet pulang!"

"Aku pergi dulu ya, byee sayang," dia pamit untuk pergi meninggalkan cafe ini, tak lupa dia melemparkan sebuah senyum manisnya kepadaku dan memperlihatkan lesung pipinya.

Akhirnya dia pergi juga. Kenapa sih? dari sekian banyaknya cafe dan restoran kenapa dia tetep milih cafe tempatku bekerja? Aku takut dia akan membocorkan rahasia pernikahan kami ke orang-orang terdekatku. Emang dia gak bisa apa sehari aja gak gangguin aku atau merusak suasana hatiku yang selalu positif itu? Perasaan dia seneng banget ngeliat aku panik dan marah marah terus ke dia!

PENGANTIN DADAKAN ✔  [ Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang