Pria itu merengek kelaparan, dia memintaku untuk memasakkannya makanan untuk makan siang. Lalu aku pergi ke dapur, mengecek ada sisa bahan apa saja yang ada di sana. Aku memasak dengan bahan seadanya yang masih tersisa di dalam kulkas.
Setelah makan siang, aku membongkar semua pakaian dan barang-barangku dan menatanya ke dalam lemari. Setelah itu aku melanjutkannya dengan mencuci pakaian kotorku. Namun hari ini ada yang berbeda, karena mulai hari ini aku tak hanya mencuci pakaian kotorku sendiri, mulai hari ini aku juga akan mencuci pakaian kotor milik pria menyebalkan itu. Aku mulai membongkar pakaian kotor itu untuk memisahkan antara pakaian dalam dengan baju dan celana satu per satu. Karena aku biasanya memang mencucinya secara terpisah, hanya pakaian dalam saja yang aku cuci manual pakai tangan.
Ah, sial!
Aku menemukan pakaian dalam milik pria itu. Aku tak terbiasa melihat pakaian dalam milik orang lain selain milik keluargaku. Lalu aku mengambilnya menggunakan sebuah tongkat dan menyisihkannya ke sebuah bak yang terpisah. Aku menyisihkannya agar dia mau mencuci pakaian dalamnya sendiri. Lalu, aku memasukkan semua pakaian kotor itu tadi ke dalam mesin cuci.
Dia melihatku sedang memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Mungkin dia juga melihat ada beberapa pakaian miliknya yang aku sisihkan ke dalam sebuah bak yang terpisah. Dia datang menghampiriku dan dia mulai memprotesnya,
"Kenapa pakaian dalam saya kamu sisihkan?" tanyanya
"Mas cuci sendiri lah, aku gak mau cuciin!"
"Kenapa kamu gak mau cuciin punya saya?"
"Aku gak biasa melihat barang pribadi milik orang lain! Apalagi punya kamu, jijik!"
"Ya mulai sekarang harus kamu biasain dong! kalo bukan kamu yang nyuci mau siapa lagi?
"Ya Mas lah! kenapa harus aku? Kan Mas punya dua tangan dan dua kaki yang masih lengkap!"
"Kenapa harus saya? Kan saya punya istri yang akan mengurus semua keperluan dan kebutuan saya?"
Argh! Sabar, Mir. Sabar! Kenapa sih dia suka sekali menguji kesabaranku? Ingin rasanya ku smackdown saja pria menyebalkan ini!
Lagi-lagi aku yang berusaha mengalah, dengan terpaksa aku mencuci pakaian dalamnya dengan kedua tanganku yang masih suci ini. Aku melihatnya sedang tersenyum kecil saat dia melihat ekspresiku yang menahan kesal kepadanya. Dan dia pergi menjauhiku yang sedang sibuk mengucek beberapa pakaian dalam kotornya itu. Aku mendengus kesal dan berharap agar aku bisa lebih sabar lagi untuk menghadapi prilaku yang kadang tak terduga dari pria ini.
"Dasar kompeni!" kataku mengatainya.
Setelah mencuci, aku mulai membereskan beberapa bagian rumah yang belum aku sentuh. Aku membersihkan seluruh rumah mulai dari menyapu, mengepel dan mengelap permukaan yang sudah berdebu. Aku berlarian kesana kemari untuk membersihkan semua bagian di dalam rumah ini. Menurutku rumah ini terlalu besar untuk di tempati kami berdua. Aku terlalu lelah, karena perjalanan dari kampungku menuju kemari merupakan perjalanan yang lumayan panjang, dan aku langsung bergegas membersihkan seluruh rumah baruku ini tanpa istirahat terlebih dahulu.
Aku sangat kuwalahan, sedangkan pria menyebalkan itu hanya bisa tersenyum saat melihatku berlarian kesana kemari sambil menonton tv dan memakan beberapa camilan yang ada di depannya. Jika ada pepatah yang mengatakan "Rumahku adalah surgaku" menurutku pepatah itu tak berlaku kepadaku. Yang benar adalah "Rumah baruku adalah nerakaku" ditambah lagi aku juga mendapatkan bonus seorang Iblis yang siap menyiksaku kapan saja. Aku baru sadar, ternyata menjadi seorang istri itu tidak gampang, apalagi kalau suaminya macam orang gila ini, ah bisa mati berdiri aku kalau kaya gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN ✔ [ Sudah Terbit]
RomanceSindrom perfeksionis telah menjalar ke dalam kehidupan milik Mira Mariana, seorang dara cantik yang terkesan naif, namun juga keras kepala. Dari dulu dia selalu menginginkan hidup yang sempurna seperti yang dia harapkan. Dia akan melakukan berbagai...