Bagian 16 - Bukan Sekedar Teman

501 133 22
                                    

Sudah hampir seminggu Rayhan tidak pulang atau lebih tepatnya menghilang. Brian dan anak-anak Antares bahkan sampai membuat pamflet orang hilang. Masalahnya Rayhan tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apapun masalah yang sedang ia alami, ia pasti akan memberitahu kakaknya, tapi kali ini tidak makanya semua orang panik dibuatnya.

“Rin, Rayhan sama sekali gak ngabarin lo sampe sekarang?” tanya Sean yang langsung mendapat gelengan kepala dari Karin.

“Sumpah ya tu anak kalau pulang awas aja. Gue pasangin rante baru tau rasa!” gemas Sean yang berujung mengundang gelak tawa cewek di sampingnya.

“Gue ada ide,” katanya.

Sean menoleh. Wajahnya seolah berkata 'Apa?'

“Gue mau upload video.”

“Video apa?” tanya Sean curiga. “Jangan bilang lo mau ngumumin Rayhan ilang di akun youtube lo?”

“Ya nggak lah Sean. Gue gak tau ini bakal berhasil apa nggak, tapi gue gak bisa diem aja.” Sean memandang Karin lama hingga akhirnya ia memutuskan untuk mempercayakan Rayhan pada cewek itu. Dirogohnya sebuah kunci yang beberapa hari lalu dibuang Rayhan begitu saja lalu diberikannya pada Karin.

“Apa nih?” tanya Karin bingung.

“Feeling gue dia bakal nyamperin lo.” Setelah itu Sean pamit dan meninggalkan Karin sendirian di gazebo kampus.

Niat hati Sean ingin langsung pulang dan mengistirahatkan tubuh lelahnya, namun urung saat mendapat panggilan dari Vanka yang berujung mereka janjian untuk bertemu di cafe tempat Vanka bekerja. Sean yakin alasan Vanka menghubunginya karena kejadian tempo hari. Jonathan sudah memberitahu lebih dulu dan mengirimkan banyak stiker aneh-aneh sebagai ungakapan rasa terima kasihnya. Katanya kalau Rayhan sudah ketemu dia mau neraktir Sean makan-makan.

Tak butuh waktu lama Sean sudah sampai di cafe, Vanka melambai dan tersenyum menyambutnya. Senyum yang benar-benat tulus dari seorang Vanka. Mau tidak mau Sean jadi ikut tersenyum juga.

“Duduk sini Sean!”

“Lo gak kerja?”

“Hari ini sebenernya gue libur, tapi tadi gantiin temen gue dulu karena ada mata kuliah pengganti.”

“Oh.” Sean tidak tahu harus menjawab seperti apa lagi.

“Btw Sean makasih ya, makasih buat semuanya. Berkat lo gue baikan sama Athan.”

“Udah kelar semuanya berati?” Vanka mengangguk.

“Walaupun hubungan gue sama nyokap masih gitu-gitu aja.”

“Pelan-pelan aja, nyokap lo mungkin butuh waktu lebih lama buat ngertiin kalian.”

“Iya. Jadi sementara ini gue mau fokus dulu aja sama kuliah, Athan juga sama.”

“Bagus deh, gue seneng dengernya.”

“Sekali lagi makasih ya Sean.”

“Bayarannya?” tanya Sean usil.

“Hari ini gue teraktir makan,” jawab Vanka, tapi Sean menggeleng.

“Gue bilang kan gue mau bantuin lo asal lo jadi temen gue.”

“Tapi kita udah temenan.”

“Tapi gue gak ngerasa kaya gitu.” Melihat Vanka salah tingkah, Sean justru tersenyum.

“Temen?” Sean mengulurkan kepalan tangannya ke arah Vanka dan seolah mengerti, Vanka langsung meninju pelan hingga kepalan tangan mereka bertemu.

“Lain kali kalau ada apa-apa lo boleh cerita ke gue.”

“Makasih Sean.” Keduanya tersenyum dengan pandangan saling bertemu. Satu hal yang Sean tau, sekarang ia sudah satu langkah lebih dekat dengan gadis ini.

Bittersweet [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang