Bagian 6 - Unexpectation

556 139 11
                                    

“Ini instagramnya gue udah nemu.” Salsa menunjukan layar ponselnya yang tengah menampilkan akun instagram Reno pada Sean pagi itu sebelum jam kuliah dimulai.

“Dia jarang upload foto sih, jadi nggak ada yang bisa dikepoin.”

Screenshot coba terus kirim ke gue.”

“Oke bentar.” Salsa segera melakukan apa yang Sean perintahkah padanya.

“Kalau lo mau minta tolong lagi juga gak apa-apa kok Sean, gue bisa nyari tau tentang Reno dari temen-temennya,” sambungnya seraya menatap Sean penuh arti dan Sean paham apa arti tatapannya itu.

“Iya entar gue ajak main ke apart gue lagi!” Salsa langsung bersorak sedangkan Sean hanya menggelengkan kepalanya sambil berdecak pelan. Entah apa yang membuat temannya itu begitu mengidolakan seorang Rayhan. Lebih masuk akal kalau yang disukai Salsa itu kakaknya Rayhan, tapi yasudahlah toh Sean tidak berhak untuk mengomentari hidupnya.

Selagi Salsa sibuk stalking akun teman-teman Reno, Sean segera mengirimkan hasil screenshot yang dikirim Salsa tadi kepada Jonathan. Setelah itu Sean mulai memikirkan bagaimana cara mendekati Vanka.

Biasanya Sean tidak pernah kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sean itu supel dan karena itulah dulu ia sempat menjabat sebagai ketua osis, tapi sejak ia mengalami fase terpuruknya gara-gara gagal masuk kedinasan dan hampir gap year, Sean mendadak menutup diri karena rasa bersalah serta kecewa pada dirinya sendiri.

“Sa?” panggil Sean tiba-tiba.

“Kenapa?”

“Nggak jadi.” Sean segera mengurungkan niatnya untuk meminta saran pada Salsa. Bukannya membantu, sepertinya nanti yang ada dia malah akan menggoda Sean dan menuduhnya yang bukan-bukan. Untuk masalah kali ini tampaknya Sean harus menyelesaikannya sendiri dan itu artinya ia harus mendekati Vanka dengan caranya sendiri, sebagai Sean bukan orang lain.

Dipikir-pikir tidak ada ruginya juga kalau nanti ia dan Vanka jadi akrab. Itung-itung menambah teman, selain itu Vanka juga bukan tipe orang yang menyebalkan. Mereka juga masih satu organisasi, kan siapa tau kedepannya Sean akan membutuhkan bantuan Vanka.

“Dih, tabok nih!” Salsa melirik Sean sekilas.

“Menurut lo Vanka orangnya gimana?”

“Vanka?” Salsa kembali menolehkan kepalanya ke arah Sean. “Lo kenapa nggak manggil dia Vina aja sih? kan gue jadi berasa ngomongin orang yang beda.”

“Aneh, udah biasa manggil Vanka. Lo aja yang ganti!”

“Gak mau, Vina lebih gampang di lidah gue.”

“Yaudah terserah.” Salsa langsung mencibir pelan.

“Jadi?”

“Apa?”

Sean merotasikan matanya. “Gimana Vanka menurut lo?”

“Tuh kan lo mencurigakan banget tau dari kemarin nanyain soal Vina. Ini sebenarnya lo kenapa sih? kalau jawab 'cuma pengen tau aja' fix kita gak temen.”

“Ya emang pengen tau.”

“Kan gak mungkin tiba-tiba lo pengen tau, kemarin-kemarin perasaan b aja tuh.”

“Kemarin-kemarin gue belum penasaran.”

“Terus sekarang kenapa penasaran?”

“Pengen deket sama dia!” jawab Sean asal. Kalau terus mengelak Salsa akan curiga, kalau memberitahu yang sejujurnya akan sangat panjang dan lagi memangnya Sean boleh menceritakan soal Vanka kepada orang lain?

Bittersweet [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang