Bagian 13 - Katanya Teman

480 126 14
                                    

Sean menyeret langkahnya menuju apartemen. Hari ini ia lelah sekali karena jadwal kuliahnya yang padat. Belum lagi mengurus kunjungan ke BMKG untuk memenuhi salah satu mata kuliahnya karena sebagai komting mau tidak mau ia jadi penanggung jawab kegiatan tersebut. Thanks to Salsa yang sudah menumbalkan Sean jadi komting di awal semester kemarin.

Sean tadinya ingin langsung mandi dan beristirahat, tapi langkahnya terhenti begitu ia membuka pintu apartemen dan mencium bau asap rokok. Sean langsung mendengus kesal ia paling benci asap rokok yang bisa membuat paru-parunya tercemar. Sudah cukup menghirup polusi di sepanjang jalan tadi, ia tidak perlu menambahnya dengan menghirup asap nikotin juga.

“Lo apa apaan? gak inget perjanjian kita? gue ngijinin lo ngerokok tapi di dalam kamar atau balkon, bukan di sembarang tempat apalagi di dalem rumah!” sembur Sean tanpa basa basi begitu menemukan Rayhan tengah merokok di ruang tengah.

Namun cowok itu tidak meresponnya sama sekali, ia malah semakin membuat Sean kesal karena terus mengembuskan asap rokoknya ke udara.

“Rayhan lo denger gak sih?” bentak Sean sambil mencoba menghilangkan asap rokok di sekitar wajahnya. Sean ini punya riwayat penyakit asma makanya dia sangat sensitif. “Kalau lo gak mau diatur gini, gue bakal—”

“Anjing! berisik lo.” Rayhan berdiri dan menatap Sean nyalang, tapi bukannya takut Sean malah balik menatapnya sengit.

“Barusan lo ngatain gue?” tanya Sean setengah tak percaya. Baru kali ini Rayhan berbicara sekasar itu padanya. Ia memang sering mendengar Rayhan mengumpat atau mengabsen nama hewan saat sedang bermain game atau bercanda dengan teman-temannya, tapi baru kali ini kata-kata itu ditujukan pada dirinya.

“Atur aja hidup lo sendiri bangsat!” Rayhan lalu melempar puntung rokok dan kunci kamarnya sembarangan. “Makan nih apartemen, gue keluar!”

Sean terdiam melihat Rayhan pergi begitu saja setelah kelakuan menyebalkannya. Setelah sosoknya menghilang dibalik pintu, barulah Sean memungut puntung rokok dan membuangnya ke tempat sampah lalu meletakan kunci kamar Rayhan di atas meja.

Mungkin mood Rayhan lagi jelek, pikir Sean tak mau ambil pusing, tapi ternyata keesokan harinya dan keesokan harinya lagi Rayhan benar-benar tidak pulang.

Sean berusaha berpikir positif. Mungkin Rayhan pulang ke rumahnya atau menginap di kos-kosan Brian, tapi telepon dari Brian mengancurkan pemikirannya itu.

“Sean, Rayhan ada di apartemen gak?” tanya Brian sore itu.

“Nggak ada bang, udah dua hari gak pulang dia.” Brian terdengar kaget di ujung sana, tapi Sean lebih kaget lagi karena kalau Brian sampai mencari Rayhan itu artinya dia tidak sedang bersamanya ataupun pulang ke rumah. Lalu Rayhan kemana?

“Rayhan beneran gak bilang apa-apa sama lo? dia kayanya lagi ada masalah.”

Dahi Sean mengernyit. “Masalah apa?”

“Biasa masih soal kuliah. Kata nyokap, dia abis berantem di rumah sama tante gue terus langsung pergi. Lo ada nyinggung dia soal itu gak Sean? Udah lama banget soalnya dia gak kaya gini.”

“Nggak kok—” Kalimat Sean tertahan ketika ia teringat ucapannya tempo hari.

“Han, jangan samain si Jo kaya lo. Lo mah enak bisa berhenti kapan aja jadi youtuber kalau lo bosen, tapi kuliah kan gak gitu. Kuliah bukan tempat buat main-main.”

Rayhan gak tersinggung sama ucapannya waktu itu kan? Tapi kalau diingat-ingat lagi, waktu itu Rayhan langsung masuk kamar bahkan sampai membanting pintu.

“Gue tanyain ke temen-temennya dulu bang, nanti gue kabarin lagi,” putus Sean yang langsung kepikiran untuk menghubungi Jonathan.

“Oke deh, sori ya ganggu.”

Bittersweet [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang