Bagian 2 - Ambisius

807 171 18
                                    

“Siapa?” tanya Reno dingin dengan kedua mata yang tidak lepas dari sosok Sean.

“Temen aku.” Reno mengernyit mendengar jawaban pacarnya. “Ngapain pagi-pagi di sini? mau jemput kamu?”

“Ren!” Vanka melotot ke arah cowok itu, namun Reno mengabaikannya.

Sementara Sean balas menatapnya datar. Walau ini pertemuan pertama mereka, Sean sudah dapat menyimpulkan bahwa Reno bukan cowok yang ramah. Dilihat dari nada bicaranya saja dia jelas tidak menyukai Sean. Selain itu Sean pernah beberapa kali tak sengaja mendengar anak-anak BEM membicarakan soal cowok Vanka yang katanya sangat posesif dan kasar.

Memilih untuk mengabaikannya, atensi Sean kini beralih pada Vanka. “Gimana kak Aira? dia nggak macem-macem kan?”

Vanka tersentak. Buru-buru ia memasang senyum sambil menggeleng pelan. “Kak Aira baik kok, makasih ya Sean.”

Tak suka melihat ceweknya tersenyum pada cowok lain, Reno serta merta menarik tangan Vanka dan menyuruhnya untuk segera naik ke atas motor. Vanka hanya menurut tanpa banyak bicara.

“Sean, gue duluan ya, sekali lagi makasih.”

Sean tersenyum dan membiarkan Vanka dibawa pergi oleh cowoknya. Mau bagaimanapun hubungan mereka itu bukan urusan Sean jadi, lebih baik dia tidak usah ikut campur.

Namun kejadian tersebut membuat alasan Sean tidak mau pacaran semakin bertambah. Bagi Sean pacaran itu ribet. Lihat saja Vanka dan pacarnya tadi, Sean yakin habis ini mereka akan bertengkar hanya karena masalah sepele seperti curiga pada Sean misalnya.

Dan dugaan Sean benar adanya. Begitu Vanka sampai di kosnya, ia langsung diintrogasi Reno dengan nada curiga dan tatapan tidak percayanya.

“Kok cowok itu bisa ngejemput kamu?”

Vanka mengembuskan napas lelah. “Dia yang bantuin aku semalem.”

“Bantuin gimana? yang tadi bukan kosnya dia kan?”

“Kamu kira aku cewek apaan nginep di kos cowok sembarangan?” Vanka mulai emosi.

“Terus kenapa dia bisa bantuin kamu.”

“Kamu ini kenapa sih Ren? harusnya aku yang nanya, kamu kemana aja semalem? kalau bukan karena Sean aku udah tidur di pkm!”

“Sori Vina aku semalem ketiduran, tapi kan kamu bisa pesen ojol gak harus minta anter cowok itu apalagi nginep di tempat orang yang nggak jelas!”

“Kamu lupa kosku ada jam malemnya?”

“Biasanya kamu minta dubukain pintu sama temenmu.” Kesabaran Vanka benar-benar diuji.

“Kalau kamu ke sini cuma mau berantem, mending kamu pulang aja Ren.” Vanka melangkah pergi meninggalkan Reno sendirian di depan gerbang kosnya.

Biasanya Vanka akan sabar menjawab satu persatu pertanyaan Reno yang selalu curiga bila ia dekat-dekat dengan cowok lain, tapi kali ini Vanka lelah. Ia masih ngantuk dan ingin memejamkan matanya sejenak untuk mengisi energi. Apalagi nanti siang dia ada jam kuliah dan sorenya lanjut kerja part time.

***

Sean memarkirkan motornya lalu berjalan menuju gedung jurusannya ketika seorang cewek tiba-tiba memanggilnya dan berlari menghampiri dengan sekotak donat bertuliskan angka 3000 pada tutup kotaknya.

Cewek itu nyengir sambil mengangkat kotak donat dan Sean paham apa maksudnya.

“Iya entar di kelas!”

“Asik.” Cewek itu tersenyum lebar sambil berjalan riang di sebelah Sean. Dia adalah Salsa, teman BEM yang kebetulan satu jurusan dengannya.

“Lo hari ini dapet jadwal danusan sama siapa?”

Bittersweet [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang