Bagian 9 - Metode Pendekatan

505 136 16
                                    

“Kurang ajar, berani-beraninya dia ngejelekin Vanka di depan umum!” emosi Jonathan setelah mendengar cerita Sean tentang kejadian yang menimpa kembarannya malam kemarin.

“Minus ahlak banget, untung udah diputusin Vina,” sambung Rayhan.

Sean cuma ngangguk-angguk setuju. Jangankan Jonathan, Sean saja sudah sangat kesal.

“Terus Aka sekarang gimana? dia gak apa-apa?”

“Ya gitu gak tau juga sih, dia tertutup banget ya orangnya jadi agak susah ngedeketinnya.”

Jonathan mengehela napas. Ia sudah tahu tidak akan mudah menangani Vanka apalagi kalau hanya mengandalkan Sean. Sepertinya mau tidak mau Jonathan juga harus ikut bertindak.

“Sori ya Sean ngerepotin.”

“Lah baru sadar.” Rayhan sontak tergelak mendengar jawaban pedas Sean.

“Lo gimana mau dapet cewek sih Sean kalau ngomong aja pedes gitu, padahal kata abang gue lo tuh orangnya ramah banget.”

“Gak usah sok-soan ngurusin kisah cinta gue Han kalau kisah cinta lo sendiri aja belum jelas. Yang dikejar siapa yang dibaperin siapa.” Pukulan telak untuk Rayhan karena cowok itu langsung nyengir.

“Gue gak ada niat ngebaperin Salsa kok.”

“Cih, pembelaan.” Setelah itu Sean memutuskan untuk berangkat ke kampus. Meninggalkan dua orang itu di dalam apartemen.

Dengan langkah santai Sean berjalan menuju parkiran sambil menenteng helm di tangan kanannya. Sean sama sekali tidak menyangka bahwa Reno akan mencegatnya begitu ia keluar area parkir apartemen. Entah sejak kapan cowok itu berada di sana. Mungkin seharian karena sejak tadi Sean belum keluar apartemen lantaran jadwal kuliahnya hanya siang hari.

Sean berniat mengabaikan Reno, namun gagal karena motor Reno langsung mengadang motornya. Terpaksa Sean mematikan mesin dan membuka helmnya lalu memandang Reno kesal.

“Gue gak punya waktu, jadi cepet ngomong kalau ada yang mau lo sampein!”

“Sejak kapan lo deket sama Vina?” Reno yang sejak awal sudah melepas helmnya, melayangkan tatapan sengit. Kejadian semalam cukup membuat harga dirinya terluka. Belum ada sejarahnya seorang Reno diputuskan dan dipermalukan di tempat umum seperti kemarin.

“Selain gak punya attitude, ingetan lo juga dangkal ya? lo lupa kemarin Vanka udah bilang kalau gue temen dia di BEM. Ya lo kira-kira aja gue temenan sama dia sejak kapan.”

“Lo udah tau Vina punya cowok, terus masih berani deketin dia?”

Sean berdecak sebal. “Males gue ngomong sama orang bego!” ujarnya ketus. Lama-lama capek juga harus menjelaskan hal yang sama berulang kali pada Reno. Sudah jelas ia dan Vanka tidak ada hubungan apapun selain rekan organisasi—walau Sean memang ada niat untuk mendekati Vanka demi balas budi pada Jonathan.

“Lo mau gue hajar?!” Rupanya perkataan Sean berhasil menyulutkan emosi Reno.

“Kalau mau berantem kapan-kapan aja, gue bentar lagi ada kelas.” Sean langsung menghindar. Sudah jelas siapa yang akan kalah kalau mereka tetap berkelahi. Sean tidak punya titisan bad boy atau preman dia juga belum punya pengalaman berkelahi sungguhan. Jangankan berkelahi, menonjok orang saja Sean tidak pernah selain ketika latihan bela diri saat masih SMP dan Reno jelas bukan tandingannya.

“Beneran mau gue hajar ya!” Reno tiba-tiba turun dari motornya membuat Sean terbelalak. Untung saja saat itu Jonathan lewat dan kaget menyaksikan dua orang yang siap baku hantam, terlebih salah satunya adalah Sean.

Bittersweet [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang