Bagian 11 - Janji yang Diingkari

467 137 12
                                    

Vanka memberikan selembar uang sepuluh ribu kepada driver ojek online sebelum melangkahkan kakinya memasuki gedung apartemen Sean. Vanka tidak bisa tenang setelah mengatahui fakta bahwa Jonathan yang kemungkinan membayar kosnya.

Bukan Vanka tidak mau berterima kasih, sudah dibilang Vanka sedang ingin membuktikan diri. Kalau ujung-ujungnya ia tetap mendapat bantuan dari keluarganya, untuk apa perjuangannya selama ini? ibunya mungkin akan tertawa jika mengetahuinya.

Setelah menekan bel beberapa kali, pintu apartemen akhirnya terbuka. Menampakan Rayhan dengan kaos belelnya dan rambut yang berantakan seperti baru dihantam angin topan. Vanka hampir tidak percaya orang di depannya ini adalah seorang youtuber terkenal.

“Oh, Hai Vin!” Rayhan terlihat terkejut dengan kedatangan Vanka. Ia pikir abang-abang go food yang datang.

“SEAN ADA VINA NIH!” teriak Rayhan di detik berikutnya. Tentu saja ia pasti berpikir Vanka datang ke sini untuk menemui Sean.

“Ayo, masuk dulu Vin.”

“Athan lagi ada di sini?” sela Vanka.

“Athan? oh Jonathan ... ng, iya ada.” Rayhan menatap Vanka heran. Mungkin tak menyangka Vanka akan menanyakan Jonathan alih-alih bertemu Sean.

Belum sempat Rayhan memanggil Jonathan, cowok itu sudah lebih dulu keluar dari kamarnya setelah mendengar teriakan Rayhan. Ia tersenyum cerah menyambut Vanka yang justru menatapnya dengan pandangan tak bersahabat.

“Kemarin kamu ke kosku?” todong Vanka membuat Jonathan gelagapan.

“Jawab, Athan!”

“Iya Aka, maaf gak ngasih tau kamu dulu.”

“Siapa yang nyuruh kamu bayarin kosku?” Mencium bau-bau akan adanya keributan Rayhan buru-buru berlari ke kamar Sean dan menyelonong masuk begitu saja bertepatan dengan Sean yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih menggunakan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, sedangkan dadanya bertelanjang.

“SETAN!” umpat Sean kelepasan. “LO NGAPAIN DI SINI HAH?” teriaknya kemudian sambil menyilangkan tangan di depan dada.

Urgent nih lagian gue gak minat sama lo sama-sama berbatang juga!” Sean nyaris saja menendang Rayhan jika cowok itu tidak cepat-cepat menghindar.

“Aduh serius gue, ini bentar lagi bakal ada perang dunia ketiga kalau lo gak cepet-cepet keluar.” Sean tampak tak peduli, ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah pintu. Memberi kesempatan pada Rayhan untuk keluar sendiri sebelum ia tendang dari kamarnya.

“Vina keknya berantem sama si Jo.” Begitu mendengar nama Vanka disebut, ia refleks menurunkan tangannya.

“Vanka ada di sini?”

“Iya! lo gak denger tadi gue udah teriak-teriak ngasih tau?”

Sean tidak menjawab pertanyaan Rayhan dan berderap ke arah lemari lalu mengambil satu set pakaian sebelum menyuruh Rayhan untuk berbalik dan memperingatinya agar tidak mengintip.

“Kurang kerjaan banget gue ngintip lo ya anjir, gini-gini gue masih normal. Mending gue ngintipin Karin aja dah!” Satu detik setelah Rayhan menyelesaikan ucapannya, sebuah botol minuman kosong langsung menghantam kepalanya.

“ANYING SAKIT!” Rayhan berbalik untuk protes, tapi yang didapat malah lemparan handuk yang mendarat tepat di wajahnya.

Rayhan sepertinya harus belajar bagaimana caranya beristigfar.

“Ayo keluar!” Sean melangkah tah acuh melewatinya membuat Rayhan sontak menggerutu.

Ia melempar begitu saja handuk Sean ke atas kasur dan berjalan menyusul Sean yang sudah keluar lebih dulu.

Bittersweet [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang