Epilog

954 135 24
                                    

Vanka memijat pelan kakinya yang terasa pegal setelah seharian mondar-mandir mengabadikan momen di setiap kegiatan. Dari mulai seminar, bazar buku sampai final perlombaan seni antar fakultas. Belum lagi ia masih harus jadi tukang foto di acara puncak malam nanti yang diisi dengan bintang tamu lokal dan nasional.

Belum ada satu menit Vanka mengistirahatkan dirinya di bangku kayu yang ada di gazebo, suara kamera membuatnya mendongkak dan menemukan presensi Sean dengan kamera yang ada di genggaman tangannya.

Sean memotret Vanka beberapa kali kemudian tertawa sendiri setelah melihat hasil jepretannya.

“Ih Sean jail banget, hapus-hapus! guenya pasti jelek banget,” protes Vanka.

“Gak jelek-jelek banget kok, lucu malah. Nih liat!” Sean menunjukan layar kameranya yang menampilkan foto Vanka sedang cengo menatap Sean.

“IH SEAN ITU JELEK BANGET!” Sean malah terbahak.

“Gapapa buat kenang-kenangan kasian lo dari pagi motoin orang, tapi gak ada yang motoin.”

“Ya tapi nggak gitu juga Sean!”

“Yaudah ulang deh ulang!” Sean kembali mengarahkan kameranya di depan mata. Bersiap membidik Vanka, tapi cewek itu malah menutupi wajahnya.

“Gak mau, guenya udah kucel banget.”

“Entar tinggal edit jadi shining shimmering splendid lagi.” Sean tidak mempedulikan ucapan Vanka dan terus memotret Vanka sebelum ikut duduk di sampingnya.

“Gabut ya lo?”

“Nggak tuh.”

“Terus ngapain ke sini?”

“Emang gak boleh?”

“Ya nggak sih.”

Mereka kemudian terdiam menikmati suasana sore yang lumayan tenang karena kegiatan hari ini sudah masuk waktu ishoma. Tadi Sean memang sengaja mencari Vanka karena makanan milik Vanka belum disentuh sama sekali dan mengingat anak-anak PDD sibuk dari pagi, Sean berinisiatif mengecek keadaan Vanka. Kan gak lucu kalau tiba-tiba Vanka tepar kelelahan dengan kondisi perut kosong.

“Masih kuat jalan gak?” tanya Sean tiba-tiba.

“Kenapa?”

“Mau gue ajak keluar.”

Dahi Vanka mengernyit. “Kemana?”

“Nyari makan.”

“Loh, kan udah disediain konsumsi.”

“Bawa pulang aja yang itu lagian paling isinya nasi ayam. Gue pengen makan yang lain.”

Kedua mata Vanka seketika berbinar. “Bakso yuk?”

“Lo kan belum makan dari siang, emang gak apa-apa langsung makan bakso?”

“Gak apa-apa nanti sambelnya gue kurangin, lagian gue lagi gak mood makan nasi.”

“Kalau sakit perut gue gak tanggung jawab ya?”

“Iyaaa.” Vanka berdiri menyusul Sean.

Mereka berdua berjalan bersama menuju parkiran saat Salsa dan yang lain memergoki mereka dan bertanya mau kemana? tapi dengan santai Sean malah menjawab. “Kepo kalian.” Membuat yang lain bertanya-tanya dan berujung merecoki Salsa dengan pertanyaan 'Mereka pacaran?' dan Salsa hanya bisa membalasnya dengan senyuman kikuk serta sederet kalimat, “Gak tau dah gue aja penasaran.”

Meninggalkan teman-temannya, Sean membawa Vanka ke salah satu warung bakso langganannya. Namanya warung Bu Lastri. Dulu tempat ini hanya warung mie ayam saja, tapi kemudian menu bakso juga ditambahkan belum lama ini dan Sean tau tempat ini dari kakaknya.

“Di sini baksonya enak, mie ayamnya apalagi, tapi gue lebih seneng bakso sih.”

“Yes kita sama!” Vanka mengangkat telapak tangannya untuk mengajak Sean tos. “Kalau Athan lebih seneng mie ayam.”

“A Wira juga.” Keduanya lantas terkekeh.

“Apa kakak emang ditakdirin untuk suka mie ayam dan adek suka bakso ya?” canda Vanka.

“Ehm ... bisa jadi.” Sekali lagi mereka terkekeh geli hanya karena candaan ringan yang sebenarnya tidak terlalu lucu, tapi untuk suatu alasan membuat keduanya tertawa.

Sejak kejadian beberapa waktu lalu ada satu tembok yang berhasil Sean runtuhkan. Sepertinya Vanka juga tidak keberatan dengan kehadiran Sean yang pada awalnya sedikit memaksa karena bagaimanapun sekarang Sean sudah berhasil membuatnya nyaman tanpa batasan, berhasil membuatnya untuk selalu bebas menjadi dirinya sendiri. Sean adalah teman terbaik yang ia punya.

Mungkin saat ini mereka hanya berteman, tapi jangan kaget jika suatu hari ada rasa yang tumbuh diantara mereka. Entah salah satu atau malah keduanya. Ingat pertemanan adalah awal dari semua hubungan dan rasa nyaman adalah kuncinya.

 Ingat pertemanan adalah awal dari semua hubungan dan rasa nyaman adalah kuncinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeay akhirnya cerita ini benar-benar selesai.

Sekali lagi terima kasih untuk kalian juga untuk partner collabku RoxyRough

Last, aku bikin cerita baru judulnya Heart Pieces. Masih satu universe sama cerita ini, tapi lebih fokus nyeritain Reno. Bagi yg tertarik silakan mampir 😁

_________________________________
Bittersweet [201101 - 210107]
©Dkatriana

Bittersweet [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang