Bagian 8 - Fight

587 144 9
                                    

Vanka tidak bermaksud apa-apa saat ia menawarkan diri untuk menemani Sean mengantarkan surat undangan ke kampus-kampus tetangga. Vanka hanya ingin balas budi karena Sean sudah berbaik hati mau meminjamkannya kamera dan tidak menuntut penjelasan apapun meski sempat ada kejadian tidak mengenakan di apartemennya.

Kalau dipikir-pikir itu bukan kali pertamanya karena sebelumnya Reno nyaris membuat masalah dengan Sean dan saat itu Vanka hanya mampu meminta maaf tanpa menjelaskan apapun lagi. Itupun lewat chat, untung saja Sean tidak mempermasalahkannya.

Vanka tidak berniat mengulang kejadian tidak mengenakan pada Sean untuk kali ketiganya. Sayangnya secepat ia berharap, secepat itu pula harapannya pupus  karena ketika perjalanan pulang mereka bertemu dengan Reno.

Vanka dan Sean mampir di warung pinggir jalan untuk menikmati nasi goreng saat Reno datang dan langsung berderap mendekati meja mereka setelah salah datu temannya berujar. “Ren, itu bukannya cewek lo?”

Lalu kini sosok Reno sudah berdiri sambil menatap nyalang ke arah Vanka dan Sean.

“Aku sengaja ngasih kamu waktu, tapi kamu malah kaya gini?” ujarnya membuat Vanka bingung. Seharusnya Reno tidak mempermasalahkan hal seperti ini lagi karena mereka sudah putus.

“Atau jangan-jangan ini alasan kamu minta putus?” Sean dan kedua teman Reno sontak terkejut.

“Apa sih Ren, aku sama Sean habis nganterin surat. Lagian apa maksud kamu ngasih aku waktu? aku gak pernah nyuruh kamu ngelakuin itu.”

Reno tersenyum sinis. “Beberapa hari ini aku sengaja gak ngehubungin kamu karena aku pikir kamu lagi capek dan butuh waktu sendiri, tapi ternyata kamu malah selingkuh!”

Abang-abang penjual nasi goreng serta satu pengunjung lainnya mulai menaruh atensi pada pertengkaran anak muda di depan mereka.

“Ren selama kita pacaran aku nggak pernah selingkuh dari kamu. Aku minta putus itu nggak ada hubungannya sama Sean. Dia temen aku di BEM dan kamu gak berhak nyalahin dia!”

“Mana mungkin kamu tiba-tiba minta putus kalau nggak ada apa-apa.”

“Aku udah bilang alasan aku minta putus karena aku gak ada waktu buat pacaran. Jangan nyari kesalahan yang gak pernah aku lakuin.”

“Gak ada waktu buat pacaran tapi ada waktu buat makan nasi goreng berduaan malem-malem gini?” Vanka kehilangan kata-kata mendengar tuduhan Reno. Satu hal yang tidak Vanka suka dari Reno adalah sifatnya yang seperti ini. Dia sulit mendengarkan penjelasan orang lain dan hanya melihat apa yang ingin dia lihat tak peduli itu kebenaran atau bukan.

“Ren, kita udah kenal lama, tapi kamu nganggep aku cewek kaya gitu?” tanya Vanka setelah terdiam cukup lama.

“Keliatannya emang kaya gitu kan? kamu selalu nolak kalau aku ajak kemana-mana, tapi sama cowok lain kamu mau.” Dari semua masalah yang pernah ia lewati bersana Reno, ini adalah yang paling membuat Vanka sakit hati. Jadi, selama ini Reno tidak pernah percaya padanya? Lalu cewek seperti apa Vanka di mata cowok itu?

Sebelun Vanka sempat membalas ucapannya, Sean tiba-tiba berdiri hingga sosoknya kini berhadapan dengan Reno. Hanya terpisahkan meja kayu saja.

“Sori sebelumnya gue gak ada niat ikut campur masalah kalian, tapi menurut gue lo udah keterlaluan. Apa gini cara lo memperlakukan cewek yang lo suka? ngejelek-jelekin dia di depan umum?” Sepertinya ucapan Sean membuat Reno tersadar sedang berada dimana mereka sekarang.

“Satu lagi, gue gak pernah ada niatan jadi selingkuhan orang. Gue gak serendah itu!”

“Kalau lo gak serendah kaya yang lo bilang, harusnya lo gak ngajak jalan berdua cewek yang udah punya pacar.”

Bittersweet [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang