*Sembilanbelas*

0 1 0
                                    

Di sebuah ruangan yang nampak kumuh serta berantakan itu terdapat seorang lelaki paruh baya serta kedua wanita yang bestatus sebagai anak serta istri.

Ketiganya kini tengah tertawa lepas di karenakan rencana yang mereka susun dengan rapi berjalan dengan lancar, ya walaupun 20% keberhasilannya,tak apa lambat laun 80%rencananya akan berhasil, pikir si lelaki tua itu yang tak lain ialah jibran.

"apakah dia masih koma? "tanya dila istri jibran.

"ya tentu,dan hal itu dapat mempermudah rencana kita"balas karisa dengan seringainya dan sontak jibran dan dila yang mendengar itu tertawa bak iblis.

Karisa tersenyum miring, sebentar lagi apa yang ia inginian akan tercapai, yaitu menjadi orang kaya lagi, ya sebentar lagi.

Jibran mengeluarkan ponselnya kala sebuah getaran menganggunya,ia melihat sebuah nama yang menelfonnya dengan cepat pria itu mengangkat panggilan dari anak buahnya.

"APA? Bagaimana bisa gadis itu sadar?"

"..."

"brengsek, saya tidak mau tau lenyapkan dia malam ini"

"..."

Tut.. Tut....

Karisa menatap sang ayah dengan raut bingung begitupun dengan dila, sebenarnya apa yang terjadi hingga membuat lelaki itu marah?

Brak!

Jibran, lelaki itu menggebrak meja di hadapannya itu dengan kasar, dapat di lihat dari wajahnya pria itu saat ini tengah di landa rasa takut, marah, bingung bercampur jadi satu.

"ada apa mas? "tanya dila.

"si bodoh itu vanila sadar dari komanya, argggh.. Sial"ucap jibran sontak membuat kedua wanita itu menegang, bagaimana bisa vanila sadar?

Apakah sekuat itu vanila sampai ia bisa melewati masa komanya?sekuat apa sebenarnya vanila sampai gadis yang jatuh dari ketinggian itu masih hidup? Kenapa tidak mati saja?arghh hal ini makin mempersulit rencana jibran.

"kau tengan saja, pasti anak buah kita bisa melenyapkan dia"timpal dila.

"mending kita mempercepat rencana kita, lagian sudah 5 bulan kita bersenang senang sekarang lah waktunya kita bereaksi,sekarang tujuan kita melenyapkan keni"tegas jibran di nadanya terdapat secercik nada takut dan marah.

***

Keni memasuki mobil gevan dengan perasaan senang, bagaimana tidak senang, ia baru saja mendapat informasi dari gevan yang katanya sang kakak sudah sadar dari komanya dan hal itu membuat keni bersorak senang, bahkan sedari tadi keni tak melunturkan senyumannya, apa gak pegel ken??

Gevan yang melihat tingkah keni pun hanya terkekeh gemes,apa seseneng itukah keni hingga enggan melunturkan senyumannya, tapi percayalah gevan juga turut senang saat melihat keni tersenyum seperti ini apalagi di tampah info jikalau gadisnya,eh?hghmm vanila sadar.

"keni mau makan dulu? "tanya gevan membukan pembicaraan.

"enggak kak, keni mau makan sama kak vanila aja nanti hehe"balas keni dengan kekehannya.

"okeedeh bentar lagi nyampek nih"

"yeayyyy asikkkk"

Selang beberapa menit kini mobil gevan sudah memasuki kawasan rumah sakit.

Gevan dan keni melangkah memyusuri setiap ruang inap dengan binar bahagia, tepat di depan pintu ruangan dimana vanila di rawat gevan menghentikan langkahnya.

VANILA || on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang