BAB 2 : ADUH!, RANI!

124 6 2
                                    

Langkah kaki mereka beriringan menuju
keperpustakaan sekolah, niatnya mereka berdua ingin belajar matematika. Tetapi Rani justru membelokkan tubuhnya dan tidak memberitahu Nia, ia berjalan perlahan ke arah Bu Kasih―guru matematika di SMA Nusa Bangsa yang terkenal galak tetapi masih bisa di bercandain.

Rani bertemu Bu Kasih bukannya ingin bertanya tentang tugas matematikanya, tetapi justru ia bertanya tentang hal yang di luar dari matematika. Boro-boro, ingin tanya matematika. Mengerjakan tugas matematika aja masih minta sontekan dengan Nia.

Kalian tahu apa yang ingin ditanyakan Rani?, apalagi kalau bukan, tentang siswa baru yang sedang duduk di sofa kepala sekolah, apa sih yang tidak bisa dilakukan Rani kalau sudah terlalu niat untuk melakukan sesuatu, apalagi hal yang bersangkutan dengan cowok, walaupun badai akan tetap dia terjang!

“Bu, saya boleh tanya sesuatu gak bu?”Ucapnya dengan senyum tipis yang melekukkan bibirnya

“tumben kamu ingin tanya sama ibu?”Balas Bu kasih yang mecurigai pertanyaannya

“ya, gak apa-apalah bu”

“iya, kamu ingin tanya apa?”

“tadi, yang barusan masuk siapa bu?. Boleh kenalan gak sama dia bu?”

“kenalan?, sama pak Hardi?. Bukannya kamu udah kenal?”

“bukan pak Hardi bu!, tapi siswa baru itu”

“oh kirain sama pak Hardi. Ngapain sih kamu ingin kenalan sama dia?”

“mau jadikan teman, ya kalau bisa jadi sahabat bu”

“gak, nanti kamu akan tahu namanya di kelas”

“di kelas?, dia sekelas sama saya bu?”Ucapnya penuh Semangat

“iya, dia sekelas kamu. Ngomong-ngomong kamu tanya beginian, udah kerjakan tugas matematika dari ibu?”

Sedangkan, Nia baru sadar kalau ia ditinggalkan Rani disampingnya, ia berarti hanya mengoceh sendiri dong!, ah keterlaluan memang Rani, Rani pergi tanpa permisi dulu sama dirinya. Saat ia menoleh kebelakang, sorot matanya tampak jelas melirik ke sebuah arah, yaitu arah dimana Rani sedang mengobrol sesuatu dengan bu Kasih didepan kantor. Tanpa harus bertanya ia sepertinya sudah tahu tentang pembahasan Rani dengan bu Kasih, ia segera melangkahkan kaki sebelum siput di film ‘Turbo’ mengalahkan langkahnya.

Dari arah jauh Nia berteriak dengan ucapan”Belum dong bu!”

Rani amat terkejut dengan keberadaan Nia yang secara tiba-tiba berada di sampingnya”Nia, ngapain sih kamu ganggu urusan negara sih!”Bisiknya sembari mengarahkan lehernya kesamping.

“negara?sok penting kamu!. Ngapain sih
disini?”Balas Nia juga berbisik

“kamu tahu kan, aku penasaran sama cowok yang didalam tuh!”Jelasnya sembari mengulurkan jari telunjuknya mengarah ke dalam ruangan kantor.

“Aduh!Rani!, kan tadi kamu bilang, mau ke perpus Ran”

Mereka berdua tak sadar dengan lirikan mata Bu Kasih yang berada di depannya, Bu Kasih seolah-olah hanya didiamkan dengan mereka berdua, tanpa ambil aba-aba dari hitungan seratus ia berkata”Ehm, ternyata ibu itu patung ya?Rani, Nia”

“Eh ibu”Ucap mereka serempak dan tersenyum malu

“gini-gini, Rani besok ibu mau tugas matematika kamu, harus ada diatas meja ibu pukul 08.00 pagi?”Jelas Bu Kasih yang secara cepat mengarahkan kembali pembicaraanya dengan Rani.

“Tapi kan bu, itu awal sekali bu. Kerjakan aja belum bu. Oops!”Ucap Rani yang terkejut dan tak sengaja mengakui kebiasaan mengerjakan tugasnya disekolah.

“Rini...!, gak ada alasan. Kamu mau ibu tambah lagi tugas kamu sampai sepuluh lembar?, dan setiap nomornya ibu kasih beranak!”Teriak Bu Kasih kepada Rani

“gak mau bu, iya saya kerjakan habis pulang sekolah”

“oke, ibu masuk dulu ke kantor. Ingat ya, ibu tunggu!awas loh!”Ucap Bu Kasih sembari mengancam Rani.

Sedangkan Nia hanya tertawa melihat sahabatnya sedang dimarahi Bu Kasih dan ia kembali mengajak Rani untuk belajar bersama”Rasain, Ran!. Habisnya kamu nekat banget, pakai sok-sok tanya sama Bu Kasih lagi. Udah tahu bagaimana Bu Kasih, masih nekat aja!”

“Ih, kamu tahu kan sahabatmu ini?. walaupun derasnya hujan akan ku tempuh, lava pun aku akan sebrangin! Demi si dia”

“banyak bicara kamu Ran!, di kejar anjing aja masih panggil-panggil Tante Nasya”

“Nia, jangan begitu ah!”

“ya sudahlah, ayuk kita perpustakaan. Sebelum bel masuk bunyi!”

“iya,ayuk

                                            ***

Siswa Baru [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang