BAB 11 : MALAIKAT PENYEMANGAT NIA

11 4 0
                                    

“Gawat, karena dia itu...”Nia melanjutkan ucapannya. Namun, terhenti karena Bu kasih memanggil namanya di belakang.

“ada apa bu?”tanyanya yang menghadap kebelakang.

“Nia, ini soal-soal kamu pelajari ya!. Beberapa hari lagi kamu akan cerdas cermat loh!”Jelas Bu Kasih yang memberikan setumpuk kertas soal-soal yang terlihat dari jauh cukup rumit.
“itu soal Nia?”potong Rani.

“iya, ini soal. Emangnya kenapa?”

“tebal amat Nia. Kalau aku yang kerjakan tuh soal bisa mati mendadak aku”

“baru gitu udah mati mendadak. Bagaimana kalau Rani diputusin”Ceplos Bu Kasih sembari tertawa

“kalau diputusin, Rani gak mati mendadak lah bu”

“oh ya?terus kamu gimana?”

“ikhlasin aja bu. Jadi perempuan kan harus kuat bu. Seperti ibu Kartini”

“masya Allah!keren kamu nak Rani. Ngomong-ngomong copas dari mana?”

“itu bukan copas bu. Dari lubuk hati Rani yang paling terdalam, yang dalamnya lebih luas dari samudera, dan lebih tinggi dari gedung pencakar langit”

“kamu ini ya lucu banget. Kapan-kapan datang ke ruang guru ya!”

“ngapain bu?”

stand up comedy, di depan kepsek. Siapa tahu kepsek akan tertawa mendengar lelucon kamu”

Nia benar-benar tak mengerti dengan obrolan mereka. Entah apa yang ia bisa resapi dari obrolan didepannya, tak ada!. Bahkan kalau jangkring masih ada pagi ini, jangkrik itu pun masih tetap menderik mendengar obrolan yang sungguh tak tau dimana kelucuannya berada. Clingak―clinguk hanya itu yang ia bisa lakukan, ingin rasanya nimbrung juga, tetapi tak tau ingin bicara apa. Jangankan bicara, tertawa saja pun masih bingung.

***

Bel pulang kembali berdentang hari ini dengan suara khasnya yang penuh penantian. Sore ini lagi-lagi Nia harus menunggu di bangku koridor sekolah. Ia tentu menunggu di jemput oleh pak Yanto―supir pribadinya, bukan menunggu kepastian datangnya seseorang dalam hidupnya. Ah, Nia tak mau mengenal hal itu. Sekolah dan pelajaran matematika lah yang cukup penting dari hal apapun itu untuk sekarang ini.

Beberapa menit kemudian.

Nia melirik arloji berwarna ungu yang melingkar erat di pergelangan tangannya. Waktu terasa lambat sekali, seolah-olah jarum jam di arloji itu tak mau bergerak, seperti ada sesuatu yang menjanggal.
“Nia,”Sapa seseorang tiba-tiba

Ia tahu suara ini, makhluk ini kembali bergentanyangan mengusik ketenangannya sesaat di bangku marun itu. Orang yang menyapanya adalah Rani. Siapa sih orang yang mau berteman dengan Nia. Walaupun terkenal pintar. Tapi sebenarnya, Nia juga orangnya seperti kulkas. Dingin banget!hanya saja kalau bersama Rani, Nia suka sekali naik pitam gegara ulah Rani yang aktif banget!

“Apa Ran?”balas Nia dengan senyum palsu terpampang di wajahnya.

“Nia, kamu belum pulang?”

“iya, tunggu pak Yanto dari tadi”

“oh gitu. Aku juga loh!”

“ngapain sih berdiri Ran. Duduk aja!”

“iya aku duduk,”Ucap Rani, tiba-tiba ia mengingat tentang cerdas cermat tadi”oh, iya. Nia kamu kok gak bilang sih kalau mau cerdas cermat?”

“kalau aku gak bilang, kamu mau bantu Ran?”

“ya, kale. Rani mau bantu”

“terus ngapain kamu tanya?”

“aku kan sahabat kamu. Nanti, kalau cerdas cermat, aku mau sorakin kamu. Biar lebih cemungut!”

Nia mendengar ucapan Rani yang membuatnya semanngat, namun tetap saja, ia masih merasa kurang bersemangat, apalagi ditambah masalah yang sedang menimpa keluarganya. “iya, makasih Ran. Tapi, tahun ini rasanya aku gak bersemangat”

“loh, kenapa?kamu sakit Nia?”Ucap Rani yang sontak terkejut.

“gak, tapi ini masalah keluargaku. Beberapa minggu ini, mama―ayah selalu saja bertengkar”

“bertengkar?karena apa Nia?”

“perusahaan ayah aku terancam bangkrut Ran, karena oknum yang berani menyabotase data-data perusahaan. Dan imbasnya gak ada yang mau tanam saham di perusahaan ayah”

“ih jahat sekali orang itu. Jadi, bagaimana kondisi keluarga kamu Nia?”

“itu tadi yang aku bilang. Ayah selalu bertengkar dengan mama”

“sabar Nia, janganlah kamu sedih begitu. Kamu harus semangat loh!. Nia pasti bisa!pasti”

Ucapan Rani memang benar, Nia tak perlu sedih atas masalah apa yang terjadi sekarang. Seharusnya, ia harus bersabar menghadapi masalahnya bukan justru bersedih. Kadang, Rani adalah malaikat penyemangatnya. Dibalik sikap yang ngeselin , masih ada rasa persahabatan yang kuat tertanam dari hatinya.

***
😂sudah Berapa hari Author tidak publish cerita nih? Pastinya sudah Lumayan Lama Yah
Kalau Gitu Jangan Lupa Vote Cerita Ini ya...Biar Lebih Semangat Publishnya!






Siswa Baru [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang