BAB 17 : PERNYATAAN YANG MENGEJUTKAN

7 4 0
                                    

Mentari menyinari SMA Nusa Bangsa dengan cahaya khasnya, di tambah dengan dentangan bel masuk yang mulai terdengar. Memecah keheningan karena suara para siswa sedang terburu-buru masuk kelas.
Begitu juga dengan kelas XI IPA 1, saat Nia datang ke kelas. Bukannya menyapanya dengan baik, justru malah hanya ada pertanyaan”loh, Nia kok udah datang?”Ucap mereka dengan serempak.
Nia hanya bisa tersenyum mendengar pertanyaan teman-temannya, tanpa menjawab apapun dan segera duduk di bangkunya.
Rani yang baru saja datang dari kantin, dengan membawa sekotak susu uht coklat terkejut melihat Nia duduk di bangkunya. Dan tentu saja kalian akan tahu, perrkataan apa yang ia lontarkan?
“sahabatku?, kok udah datang sih?”
“apa sih Ran?pakai kata sahabatku segala”pungkas Nia sedikit kesal.
“iya dong Nia. Tapi, kok udah datang sih?”
“aku tuh malas Ran, di rumah sakit. Bosan, ngantuk, gak ada teman”
“oh gitu ya. Kalau aku sih suka lama-lama di rumah sakit, apalagi di rumah. Apalagi di tambah gak kerjakan tugas Bu Kasih”
“kamu kan aneh Ran. Aku sih gak heran ya”
Tanpa Rani sadari, ternyata ada salah seorang guru yang mendengar perkataan Rani, ternyata guru itu adalah Bu Kasih. Bu Kasih tanpa aba-aba ia berkata”Ehm, enak di rumah ya?apalagi enak kalau gak ada tugas?”
“Iya dong. Apalagi kan tugas Bu Kasih itu susah. Kan?b―bu Ka―kasih?”Ucap Rani sembari membalikkan arah, astaga ternyata suara itu adalah milik Bu Kasih.
“Rani?enak banget ngomongnya. Coba lagi nak, ibu mau dengar dong!”
“gak ada b―bu”Jawabnya terbata-bata
“duduk!”
“I―Iya bu”

                              ***

“kenapa gak istirahat aja nak?”tanya Bu Kasih yang menyusuri koridor bersama Nia.
“Nia, gak bisa bu istirahat lama-lama.”Jawab Nia agak singkat.
Dalam lubuk hatinya, ia tak ingin beristirahat lama-lama. Bukan karena bosan, ia tak ingin saja mendengar pertengkaran orang tuanya itu. Apalagi, kalau ia tahu sebenarnya pertengkaran itu bukan hanya tentang perusahaan ayahnya yang di ambang kebangkrutan, melainkan juga sepertinya ada hal buruk yang di buat oleh ayahnya di masa lalu.
Sebagai anak, ingin juga rasanya menginginkan kebahagiaan dari kedua orang tua, tetapi entah kenapa kebahagiaan itu seolah-olah di renggut oleh harta.
“oh gitu ya?. Oh iya, dua hari lagi pengurus OSIS mau adain kemah di hutan loh!”
“kemah?siapa yang usulkan bu?”Nia terkejut setelah mendengar ucapan Bu Kasih
“wakil ketua OSIS. Kenapa Nak?”
“bukan Tiro kan Bu?”
“Tiro?dia udah 2 hari gak masuk sekolah, entah kenapa?”
“2 hari bu?selama aku di opname?”
“iya,”
Nia tak mengerti dengan siswa itu, kenapa ia tak masuk selama dua hari?. Biasanya siswa itu juga rajin. Apa dia gak masuk kalau Nia gak ada?ah, tapi masa iya sih Tiro gak masuk hanya karena Nia gak ada?

                              ***

Pukul 16.05
Jalanan kali ini lancar, yang biasanya macet total mendadak jadi longgar. Entah apa yang terjadi?.
Pak Yanto masih fokus dengan kemudi mobil, sedangkan Nia hanya menyoroti sekitar jalanan dari dalam mobilnya, cukup terlihat menenangkan. Namun, seketika ketenangan itu berubah setelah matanya menyorot Tiro yang membungkuk memberikan sekotak nasi dan sedikit uang untuk seorang pengemis tua yang berada di pinggir jalanan.
Nia serasa tersentak melihat Tiro yang bersedekah dengan pengemis itu. Matanya mulai dialiri air bening yang hingga menetes di seragamnya’aku malu sekali ya Tuhan. Melihat Tiro yang memiliki keterbatasan, tetapi ia masih bisa bersedekah dengan orang lain. Sedangkan aku?, memiliki harta yang berlebih dan uang saku selalu cukup, tak pernah menyisakan sepeser pun bagi orang lain.’Ucapnya dalam hati.
Setelah melihat Tiro, ia meminta Pak Yanto untuk mengikuti Tiro.

                                       ***

Nia turun di sebuah rumah yang tak cukup luas dengan pekarangan hijau didepannya, ia melihat kalau Tiro masuk ke rumah bercat putih itu. Ia memberanikan diri masuk dan mengetuk pintu rumah.
Tok-Tok, permisi’
Ia mengetuk pintu dengan perlahan. Gagang pintu tersebut seketika bergerak dengan seseorang yang membuka di baliknya.
“cari siapa ya dek?”Ucap seseorang wanita yang bertubuh kurus dan sedikit tinggi.
“ini benar rumahnya Tiro ya?”
“iya, adek temannya Tiro ya?”
“iya,”
“masuk dek, kita ngobrol di dalam”Ucap Wanita itu memerintahkan untuk masuk dan duduk di kursi tamu.
Nia melihat keseliling arah bagian rumahnya Tiro, terlihat kalau rumahnya juga tak cukup besar. Rumah yang cukup sederhana, tapi sepertinya penuh ketenangan.
“ada perlu apa dek?”
“saya mau tanya kok Tiro gak masuk 2 hari ini?”
“Tiro saya gak izinkan dulu sekolah, sebelum ada Nia dek”
“Nia?, tapi saya Nia bibi”
“oh, adek yang namanya Nia. Adek itu sering di sebut Tiro, kalau adek itu baik banget sama Tiro”
“kok saya bi?”
“adek itu kata Tiro, teman yang baik. Selama ada Nia gak ada yang ganggu lagi”
“Tiro di ganggu?setahu saya Tiro gak pernah di bully bi”
“keponakan tante, sering depresi karena di ganggu dan di jahatin dek. Itu sebabnya, dia selalu seperti itu”
“keponakan?bibi itu bibinya Tiro?”
“iya dek, nama bibi, Anti”
“orang tua Tiro kemana bi?”
“orang tua Tiro sudah meninggal dek, sejak 13 tahun yang lalu”
“meninggal?kenapa bi?”
“13 tahun yang lalu, saat tiro masih kecil. Rumahnya kerampokan. Dulu rumah Tiro cukup besar, dia orang kaya. Namun, malam itu perampok datang dengan mencungkil jendela dan menyekap orang tua Tiro dan Tiro. Mereka kehabisan nafas dan meninggal, kecuali Tiro, itu sebabnya ia depresi dan jika merasa terganggu, ia akan mengatakan orang jahat”
“jahat sekali perampok itu”
“iya dek, tapi paman Tiro sudah tahu siapa perampok itu dan menyabotase perusahaan milik perampok itu”
Nia terkejut setelah mendengar perkataan Bibi Anti, jangan-jangan perampok itu adalah ayahnya sendiri?dan jangan-jangan yang menyabotase perusahaan itu adalah paman Tiro?apakah ini sebuah kebetulan atau semuanya berhubungan?

                            ***


Siswa Baru [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang