BAB 8 : PERTENGKARAN DUA SAHABAT

12 4 0
                                    

“kakak?, kok gak makan?”Tanya seorang wanita berdiri di pintu kamar Nia. Wanita itu adalah Ratu―mamanya Nia. Ratu melihatnya sedang menangis di meja belajarnya.

“gak ma, Nia lagi gak selera makan”Jawabnya sembari  mengelap air mata.

Ratu hanya terdiam mendengar jawaban Nia yang terdengar sedih. Ia tahu kalau anaknya itu lagi frustasi dengan kondisi keluarganya sekarang. Sebagai ibu dari anak-anaknya. Ratu sebenarnya tak ingin membesarkan masalah keluarganya. tapi emosinya seketika memuncak karena ia selalu saja yang disalahkan oleh ayah Nia.
Ia mencoba untuk menenangkan Nia yang sedang bersedih dengan menghampiri dan memeluk Nia. Pelukan dari seorang ibu benar-benar sangat tulus. Tak ada pelukan sehangat ibu yang bisa menenangkan diri seorang anak.

Nia merasa sudah agak tenang, ia mencoba untuk memberitahu kegelisan hatinya selama ini kepada Ratu,”ma, Nia mohon. Tolong selesaikan masalah kalian secara tenang”Ucapnya yang sembari mempertemukan kedua telapak tangannya.

“mama udah berusaha untuk menenangkan ayah nak. Tapi apa?mama terus yang disalahkan sama ayah nak.”

“Nia ngerti ma, kondisi mama dan ayah sekarang. Tapi, Nia gak mau jadi anak dari keluarga broken home. Nia gak mau!”

“itu semua gak akan terjadi nak”Ucap Ratu berusaha untuk meyakinkan

“gak akan, bagaimana ma?. Nia itu tahu ayah orangnya suka memutuskan di saat emosi. Walaupun keputusan yang diambilnya salah. Apa itu gak mungkin?”

“gak, gak akan!. Percaya sama mama”

“mama janji?,”

“janji. Mama akan berusaha untuk memperbaiki masalah ini secepat mungkin”

thank you mom. I love you

of course. Sekarang Kakak makan ya!. Baru istirahat, mama gak mau lihat Kakak nangis lagi!”
“iya ma”

***

Matahari baru saja menampakkan serpihan-serpihan sinarnya di ufuk timur. Angin yang begitu segar seolah-olah ingin bermain dengan ceria. ditambah dengan cuitan burung yang terdengar sangat merdu menghibur telinga yang sedang sendu.

Nia tampak berjalan lesu menyusuri koridor sekolah yang amat luas. Dari wajahnya sepertinya ia masih memikirkan masalah keluarganya, padahal Ratu sudah berjanji agar masalah dalam keluarganya akan cepat di tangani, walaupun begitu tetap saja ia masih ragu dengan ucapan mamanya.

Dari arah belakang, terlihat Rani yang sedang memakai make up. Berjalan menyusuri koridor. Rani tak tahu kalau di depannya adalah Nia, begitu juga sebaliknya. ‘bruk...’seketika tabrakan terjadi di koridor yang cukup luas itu, ia menabrak Nia dan alat make up yang ia pegang terlempar cukup jauh dari tangannya.

Nia begitu kesal dengan tabrakan Rani dan tanpa sadar berucap”aduh, kalau jalan pakai mata dong!”

“heh, siapa suruh sih di depan sini!”balasnya juga tak sadar.
Nia berdiri dan meneggakkan badannya, ternyata Rani adalah orang yang menabrak dirinya.

“Ran?ngapain sih kamu nabrak aku?”

“Nia?kamu?”Ucap Rani yang sedikit terkejut, karena orang yang ditabraknya adalah sahabatnya sendiri.

“iya aku. Emangnya kenapa sih?”

“gak apa-apa kok.”Ucap Rani dan kembali melanjutkan perkataanya seketika mengingat tugas yang harus dkumpulkan hari ini”Eh, Nia tugasku gimana?udahkan?”

“Aduh!, aku lupa Ran!”

“Nia, gimana dong. Bisa gaswat dong aku”
“tapi, aku udah ngerjain separuh kok. Ini bukumu Ran!”

“separuh Nia?kan ada sepuluh?”

“tapi aku gak konsentrasi Ran, tadi malam”

“aku kan minta bantuan kamu!, masa cuman setengah sih?”Ucap Rani yang kesal.

“Ran, ini kan tugas kamu?kenapa harus aku yang ngerjain?”Ucap Nia dengan nada yang cukup tinggi  , ia kali ini mulai kesal dengan perkataan Rani yang tak tahu bagaimana perasaannya tadi malam.

“Tapi?aku minta bantuan kamu. Kamu kan sahabat aku yang pintar matematika!”

“jadi, maksud kamu kalau aku pintar matematika kamu manfaatin aku seenak kamu?iya?”

“aku bukan manfaatin kamu, tapi aku cuman minta bantuan kamu!itu doang. Kalau kamu gak ikhlas, ya udah,biar aku yang kerjain sendiri”

“okey, aku juga gak sudi kerjain matematika kamu!”

Baru kali ini dua sahabat itu bertengkar. Nia yang notabenenya pendiam, kali ini ia betul-betul kesal dengan sahabatnya sendiri, Nia merasa kalau Rani itu benar-benar egois terhadap dirinya. Sedangkan, koridor sekolah sudah dipenuhi siswa-siswa yang mulai berdatangan. Beruntung tak banyak siswa yang melihat mereka bertengkar.

***

Kring...’
Kelas sudah dimulai dengan pelajaran Bahasa Indonesia yang mengawali selasa pagi ini. cukup terdengar lantang suara Pak Bimo mengabsensi satu per satu siswa kelas XI IPA 1. Semua siswa sepertinya sudah hadir dan duduk di tempat masing-masing. Kecuali, Tiro siswa baru itu masih terduduk diam di bangku koridor, padahal sudah tak ada lagi siswa ataupun siswi dikoridor itu. Aneh, gerak-gerik Tiro seperti orang yang sedang kebingungan,ketakutan, dan seperti tak tahu arah kelasnya.

Bu Kasih, yang melihat Tiro di bangku marun itu, menghampirinya dengan perlahan dan menyapanya,”Tiro?, gak masuk nak?”

“siapa?siapa kamu?”Ucap Tiro sembari meremas-remas rambut rapinya.

“ini Bu Kasih, guru matematika kamu nak!”

“bukan, kamu bukan orang baik”teriak tiro

“ibu baik nak.”

Bu Kasih menjadi kebingungan dengan sikap Tiro kepadanya, ia berusaha untuk sabar dan tenang menghadapi Tiro yang menyangkalnya sebagai orang jahat.

Sedangkan, dari pintu kelas XI IPA 1 terlihat Nia yang sedang izin untuk pergi ke wastafel melihat Tiro dan Bu Kasih di bangku koridor itu. Nia menghampiri mereka dengan amat cepat.

“Bu, ada apa dengan Tiro?”Tanyanya cemas

“Tiro, tiba-tiba gak tau kenapa Nia. Bantu ibu, bawa Tiro ke UKS”Balas Bu Kasih cemas.

“Iya Bu,”

Entah kenapa Nia juga menjadi cemas dengan perilaku Tiro yang cukup membingungkannya. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi dengan Tiro. Sudah dari kemarin Tiro berperilaku aneh yang semakin membuatnya penasaran dengan sikap siswa baru itu. Dengan cepat ia melangkahkan kaki mengantar Tiro ke UKS, agar tak ada hal yang aneh dan tidak diinginkan selanjutnya.

Di Ruang UKS. Tiro sudah berada di kasur kecil di balik tirai-tirai hijau. Dokter Bram―dokter tetap—di UKS SMA Nusa Bangsa yang memiliki kulit putih,badan tinggi dan agak berisi itu sedang memeriksa keadaan Tiro. Tak lama kemudian, Dokter Bram keluar dan memberitahu kondisi Tiro kepada Bu Kasih,”Sebaiknya, Bu Kasih telpon orang tuanya dan menyuruh Tiro untuk pulang dan beristirahat. Sepertinya Tiro lagi depresi”

“depresi?”Ucap Nia terkejut mendengar perkataan Dokter Bram

***

Siswa Baru [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang