BAB 27 : PAK YANTO PAMIT, NON

6 4 0
                                    

Dibalik jendela besar ruang ICU, Nia menyoroti bedside monitor tepat disebelah Tiro. Indikatornya masih terlihat aman. Namun, Lelaki itu masih terbaring lemah tanpa menggerakan salah satu bagian tubuhnya. Sudah hampir berjam-jam ia tak sadar.
Nia hingga kini masih merasa bersalah dengan kecelakaan Tiro dan baru saja ia mendengarkan kabar bahwa ayahnya di tangkap karena tersangka sebagai pelaku perampokan. Walaupun, ia sudah tahu kejadian sebenarnya.
“Nia dimana Tiro?”Ucap seorang wanita terdengar khawatir, wajahnya tak asing baginya muncul seketika.
“Tiro di dalam bi”Balasnya,
“bibi, masuk ke dalam dulu ya!”
Nia mengangguk perlahan.
Wanita barusan sepertinya adalah bibi Tiro. Tapi, dimana paman Tiro berada?bukannya Tiro tinggal bersama paman dan bibinya?ataukah paman Tiro sedang bekerja, ah rasanya tak mungkin. Apalagi kondisi Tiro sedang kritis. Tapi, pentingkah dirinya mengurusi urusan keluarga Tiro. Sebaiknya, tak usah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00.
Nia masih duduk di kursi luar dengan keadaan cemas, memakai seragam sekolah tanpa mengganti terlebih dahulu.’Rani kemana sih?katanya dia mau datang!’gerutunya.
“Nia!”Teriak Rani namun Nia hanya menyimbolkan jari telunjuk di tempelken ke bibir.
“Diam, Ran!. Apa-apaan sih Rani, ini dirumah sakit!”
“iya Nia bawel. Kamu lama nunggu ya?”
“iyalah, ngapain sih lama-lama?”
“Eh-eh, macam gak tahu Rani aja sih Nia!”
“iya aku tau!”
“nah, itu tau kan?by the way Tiro udah siluman gak?”
“maksudnya?siluman?”
“itu nah, sadar”
“Rani, itu namanya siuman. Bukan siluman”
“oh iya ya, tapi dia udah siuman gak?”
“belum. Aku takut kalau Tiro kenapa-kenapa Ran”
“Tiro pasti gak kenapa-kenapa.  Percaya aku Nia”Ucap Rani menenangkan
“kamu, yakin?”
“100% yakin, tugas kita hanya berdoa Nia”
“makasih Ran. Kamu memang sahabat terbaikku”
                            ***
Nia baru saja beranjak dari mushalla di samping rumah sakit bersama Rani. Seketika pak Yanto datang menghampirinya, dengan membawa tas kain kesukaan Nia.
“Non, ini bajunya”Ucap Pak Yanto sembari mengulurkan tangan memberi tas kain itu.
“makasih pak.”
“Non, saya sekalian pamit ya!”
“pamit?mau pulang ya Pak?”
“saya mau ke kampung Non”
“ke kampung?kenapa Pak?”Nia terkejut
“saya sudah tidak bisa lagi kerja sama Non, karena rumah Non di sita oleh bank”
“disita?keanapa mama gak bilang?”
“mungkin mama gak mau tambah pikiran Non”
“ya sudah pak, makasih banyak ya!”
“iya non, saya pulang dulu ya Non”
Entah ujian seperti apa lagi yang diberikan kepadanya. Mendengar kata-kata pak Yanto membuatnya begitu terkejut. Setelah ini mungkin bibi Tiro akan membenci dan memarahinya, bahkan bisa saja saja dirinya akan dituntut atas kecelakan yang menimpa Tiro.

                                      ***

Siswa Baru [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang