BAB 24 : INI NIA?

7 4 0
                                    

Nia berlari mendekati Rani. Sahabatnya itu pasti sudah rindu dengannya. Dengan baju yang lusuh dan penuh lumpur sekaligus basah, ia memeluk Rani.
Nia ingin menangis melihat sahabatnya, namun ia harus menyekanya. Karena sahabatnya itu pasti sudah menangis sejak kehilangan dirinya.
“Ini kamu kan Nia?”tanya Rani masih tak percaya
“iya, Ran”balasnya singkat
“aku gak mimpi kan?”
“ya, gak lah Ran”
“kalau kamu masih hidup Nia, jadi yang di kantong jenazah itu siapa?”
“itu Rumi”
“Rumi?siapa Rumi?”
“sebelum aku terperosok ke bibir jurang, sebenarnya aku lihat dia berlari seperti orang ketakutan. Aku berusaha untuk menolongnya, tapi dia justru mendorong aku. Entah kenapa?”
“ngapain dia kesana?”
“aku gak tahu Ran”
“ah, kenapa harus pikirin dia?kita pulang aja yuk. Kasihan kamu Nia. Kelamaan di hutan bikin kamu tambah aneh”
“maksud kamu Ran?”
“tambah gak cantik Nia”Ucap Rani sembari menjulurkan lidah
Rani akhirnya bisa kembali lagi tersenyum, setelah dua hari meneteskan air mata. Senyum Rani saja sudah membuatnya senang bukan main.  Tapi di balik rasa senangnya ada terbesit rasa marah. Bukan dengan Rani, melainkan ayahnya sendiri.

                            ***

“Kamu yakin?”Ucap Bu Kasih
“iya bu,”Ucap seseorang di depan Bu Kasih.
Nia melangkahkan kaki menuju keluar kantor, tak sengaja mendengar obrolan mereka berdua. Ya Tiro,orang yang paling membuatnya kesal dari seluruh sekolah setelah Rani. Indra pendengarannya tak pernah sepenasaran ini. obrolan di meja Bu Kasih terdengar cukup serius.
“kalau kamu mau begitu nak, ya sudah. Tapi kamu pikirkan benar-benar”
“saya takut. Karena ulah saya lagi. Nia akan marah lagi bu!. Saya gak mau, dia sahabat saya bu!”
‘Sahabat?’Ucap Nia dalam hati. Apa Tiro memang sudah bisa berpikir bijak seperti itu. Ataukah dia sudah normal seperti siswa yang lain?walaupun Nia merasa kesal dengan Tiro. Tetap saja ia sudah memaafkan kesalahan Tiro waktu kemah. Apalagi setelah ia tahu kebenaran yang sudah terungkap dari mulut ayahnya.
Tiro sebenarnya adalah seorang korban dari kejahatan masa lalu ayah terhadap keluarga taufiq. Dari arah pembicaraanya, Tiro sewpertinya ingin mengundurkan diri sebagai ketua osis.
Ya, Nia tahu. Tiro pasti merasa tertekan dengan siswa-siswa di sekolah ini. termasuk dirinya sendiri. Banyak sekali yang menginginkan Tiro mundur dari jabatannya. Apalagi setelah kejadian malam itu.
“Saya gak perlu memikirkan, bu. Saya memang gak pantas menjadi ketua osis”Ucap Tiro menunjukkan kebulatannya.
“ya sudah, gak apa-apa!”
Wajah Bu Kasih terlihat lesu mendengar tekad Tiro sudah benar-benar bulat. Namun, Bu Kasih juga tak mungkin menolak. Karena semua ini demi kebaikan Tiro. Agar Tiro tak berperilaku aneh lagi.

                           ***

Siswa Baru [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang