BAB 13 : PEMILIHAN KETOS DAN WAKETOS

10 3 0
                                    

Pagi mulai menyapa dengan ceria, awan yang murung, sepertinya tak nampak pagi ini. Semilir angin juga mengelus-ngelus kulit Nia dengan lembut. Ditamnah dengan nyanyian burung-burung yang sedang bertengger di ranting pohon begitu menambah keindahan pagi ini.

Kring...

Terdengar suara bel masuk yang berdentang cukup nyaring di telinga. Tapi, kali ini semua jam pelajaran dikosongkan, tak ada satupun guru yang akan masuk mengajar maupun memberikan tugas. Termasuk di kelas Nia. Semua itu dilakukan bukan tanpa alasan, melainkan hari ini para siswa akan memilih calon ketua osis yang telah mendaftarkan diri beberapa hari lalu.
Semua siswa, sudah berkumpul di aula sekolah, mereka terlihat agak berhamburan dan tak terlihat duduk rapi seperti biasanya, padahal tempat duduk di sana sudah dibuat berundak-undak dan sepatutnya akan muat oleh siswa yang jumlahnya hampir dua puluh ribu itu. Tapi ini tidak, entah karena tak ada guru yang mengawasi atau mereka bosan duduk dibangku yang berundak-undak itu?.
Selain, para siswa yang cukup terlihat berhamburan di mata Nia. Ada yang lebih aneh dari itu semua. Ya, Tiro. Nama Tiro terpampang jelas di panggung aula yang juga tak kalah luasnya. Ada tiga kandidat yang mencalonkan diri juga terlihat, dan nomor urut mereka sudah ditentukan di hari-hari sebelumnya.

Nia tak tahu harus berucap apalagi, ia tak habis pikir kenapa siswa baru itu, sangat nekat sekali mencalonkan diri, apalagi di dampingi dengan Roy yang menjadi waketosnya.

Roy orangnya sangatlah bijak, pintar dan sangat rapi dalam berpakaian, tapi kenapa sih dia mau menjadi waketosnya si Tiro?dibayar berapa sih dia?. Nia merasa agak sedikit kesal dengan Tiro. Ia bukan membencinya. Melainkan ia khawatir jika depresi Tiro akan kumat lagi. Ia benar-benar tak bisa membayangkan hal itu akan terjadi.

Mulutnya sedari tadi hanya berkomat-kamit mengucapkan doa, agar Tiro tak dipilih menjadi ketos. Dan kemungkinan besar ia pasti tak akan terpilih.’Tuhan, ku mohon jangan biarkan si Tiro itu dipilih. Ku mohon Ya Tuhan

***
Setelah lama menuggu, akhirnya nama Nia dipanggil setelah 500 siswa telah maju. Langkah kakinya berjalan menuju bilik suara ke-10 yang berada di paling ujung panggung aula. Sesampainya di bilik suara, sudah sangat jelas, ia pasti akan memilih selain nama Tiro.
Ia berharap bahwa kandidat ketos yang bernomor urut tiga itu, tak dipilih banyak siswa.

Beberapa jam telah berlalu...

Detik-detik pengumuman hasil suara ketua osis―wakil ketua osis, akan segera diumumkan secara langsung diaula itu. Sekolah itu tak perlu memakan waktu lama untuk menghitung suara dari ribuan pemilih siswa, tak seperti kebanyakan sekolah dalam menghitung jumlah suara. SMA Nusa bangsa hanya membutuhkan waktu 1 menit untuk menghitung jumlah suara, dengan teknologi canggih yaitu menggunakan tablet dalam memilih. Sekolah itu benar-benar elit, tak heran jika pembayaran SPP mereka hampir sekitar satu juta dalam sebulan.

“Anak-anak, kita akan menyampaikan hasil suara pemilihan ketua osis dan wakil ketua osis ya!”

Terdengar suara Bu Kasih, guru matematika sekaligus pembina osis yang terdengar cukup nyaring, karena dibantu dengan sound speaker yang berada di mana-mana.
Bu Kasih juga, mulai menampilkan hasil suara di layar monitor yang terpampang lebar. Hasil suara itu terlihat berbentuk diagram batang yang semakin naik.

Nia masih bisa bernafas lega, perhitungan suara untuk sementara ini masih unggul kandidat lain selain Tiro―Roy. Seiring waktu berjalan, perhitungan suara hampir memasuki final dan tak disangka, seketika hasil suara Tiro melejit hingga menduduki posisi  puncak. Dan akhirnya yang terpilih menjadi ketua osis adalah Tiro.

Nia serasa ingin pingsan, mendengar hasil final itu. Tapi apa daya, ia tak bisa melakukan apa-apa. Kecuali jika ia memohon-mohon kepada Bu Kasih, agar hasil final tadi di batalkan, pasti Bu Kasih akan menyetujui hal itu.

***



Siswa Baru [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang