01

3.3K 380 91
                                    

"[Name], bangun."

Aku membuka mataku dan kulihat, Mum sedang membangunkanku.

"Kita sudah sampai," kata Mum. Mendengar perkataan Mum, aku turun dari mobil.

Kami berada di depan sebuah rumah yang lumayan besar. Halamannya lumayan luas. Minimalis.

Aku masuk ke dalam rumah dan melihat dalam nya. Bagus. Belum ada barang-barang yang tersusun, jadi rumahnya tampak luas.

Aku membantu Mum dan Dad menyusun barang-barang yang masih bisa kami angkat.

°°°

"Mum," panggilku saat kami makan malam. Kami selesai menyusun barang pada pukul enam.

"Apa, sayang?" tanya Mum.

"Kapan aku masuk sekolah?" tanyaku.

"Emm, belum Mum daftar. Ini masih liburan. Lusa, kamu mau ikut ke sekolah untuk mendaftar?" jawab Mum, balik bertanya.

"Mau, Mum," jawabku dengan wajah yang berseri.

"[Name], besok, temen Dad mau pindah ke sini, ke rumah sebelah," ujar Dad.

"Siapa, Dad?" tanyaku bingung. Seingatku, aku tak pernah bertemu teman Dad.

"Lihat besok ya," jawab Dad. Aku hanya mengangguk, walau masih bingung.

°°°

Keesokan harinya.

Kamarku sejuk sekali. Lebih nyaman daripada kamarku dulu.

Aku pergi mandi dan sarapan. Dad sedang membersihkan halaman dan menanam bunga. Mum sedang menonton TV. Sementara aku sedang bermain HP.

"Mum, boleh gak [Name] jalan-jalan di komplek ini?" tanyaku pada Mum.

"Kenapa?" tanya Mum.

"Mau nyari temen," jawabku.

"Nanti, ya, sama Mum," kata Mum. Aku mendengus, lalu mengangguk.

Ngomong-ngomong, hari ini Mum akan memasang WiFi di sini.

Selama menunggu sahabat Dad datang, aku membaca buku dan sesekali bermain HP. Kulihat rumah di sebelah kami. Kosong. Menyeramkan jika tak ada penghuninya.

Salah satu kamarnya berseberangan dengan kamarku. Semoga kamar itu tak kosong.

Saat sedang melamun, sayup-sayup kudengar suara mobil dan... truk?

Entahlah. Aku segera turun dan keluar dari rumah. Begitupun Mum dan Dad.

"Hei!" seru Dad. Seorang laki-laki yang tampaknya seumuran Dad berjalan menghampiri Dad.

Mereka berpelukan. Mum juga berpelukan dengan seorang perempuan yang tampaknya seumuran dengan Mum.

"Jaeden! Jovi! Kita sudah sampai!" kata tante itu. Pintu mobil terbuka lagi dan keluarlah seorang anak perempuan yang lebih kecil dariku.

"[Name], kenalin, ini Jovi Lieberher," kata Mum, tersenyum kepada Jovi.

"Hai," sapaku pada Jovi sambil tersenyum.

𝐅𝐎𝐑𝐆𝐎𝐓𝐓𝐄𝐍, 𝗃𝖺𝖾𝖽𝖾𝗇 𝗆𝖺𝗋𝗍𝖾𝗅𝗅 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang