Aku terdiam, berpikir. Haruskah aku ke rumahnya?
Tiba-tiba, terlintas sesuatu di pikiranku. Foto itu. Aku ingin melihat foto itu dengan jelas.
"Gue mau," jawabku. Jaeden mengangguk.
"Oke. Ayo." Jaeden berjalan pergi. Aku mengikutinya di belakang.
Jaeden membuka pintu rumahnya. Kami masuk ke dalam.
"Mum?" tanya Jaeden dengan suara yang keras.
"Jaeden?" Terdengar suara Tante Angela yang sedang menuruni tangga.
"Jaeden, Mum mau pergi sebentar, nyusul Mum-nya [Name]. Kamu jaga Jovi dulu, ya. Mum gak lama kok," kata Tante Angela, memegang pundak Jaeden.
"Baik, Mum," kata Jaeden.
"Baiklah. Mum pergi dulu, ya. Jaga rumah dan jaga Jovi. Jaga [Name] juga," kata Tante Angela lagi. Jaeden mengangguk.
Tante Angela pun pergi. Jaeden mencari Jovi. Ternyata Jovi ada di kamarnya.
Aku duduk di sofa sambil melamun, menunduk.
"Hei." Jaeden berdiri di hadapanku. Aku mendongak.
"Lo enggak ganti baju?" tanya Jaeden.
"Gue bakal ganti baju kok," jawabku.
"Ganti baju di kamar gue aja. Baju ganti lo ada?" tanya Jaeden. Aku menggeleng.
"Pakai baju gue, kalau gitu," kata Jaeden. Seperti bisa membaca pikiranku, Jaeden berkata, "Biar gue pilih."
Aku pun mengikutinya ke kamarnya. Jaeden mencari bajunya yang cocok denganku. Akhirnya dia mengambil sebuah hoodie putih yang sepertinya lebih besar dari ukuran bajuku yang biasa.
"Muat nih?" tanyaku bingung.
"Muat lah. Mungkin cuman kebesaran dikit," jawab Jaeden. Dia pun keluar dan menutup pintu. Aku pergi ke toiletnya dan berganti baju.
Setelah berganti baju, aku merapikan seragam sekolahku tadi.
"Muat?" tanya Jaeden saat aku keluar dari kamarnya.
"Muat," jawabku. "Walaupun, ya..."
Jaeden mengerti tentang hoodie yang kebesaran ini.
Saat Jaeden menyuruhku turun, aku mencari kesempatan untuk melihat foto.
"Eh, sebentar!" seruku. Jaeden menoleh. "Ada barang gue yang ketinggalan."
"Yaudah. Cepat!" kata Jaeden. Aku mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Kulihat foto yang waktu itu. Sekarang dengan lebih jelas.
Ada dua orang yang sedang berfoto di pegunungan.
Seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Mereka melihat kamera, tetapi wajah mereka tak begitu jelas. Keduanya tersenyum.
Fotonya sedikit gelap. Kedua anak itu berangkulan. Aku semakin melihat foto itu dengan jelas, sampai...
"Bohong ya? Mana barang yang ketinggalan? Ini?"
Jaeden menutup foto itu dan mendorong ku mundur.
"Emm, maaf," ucapku. "Gue b-bohong..."
"Gue tau apa rencana lo kesini. Lo mau lihat foto ini kan?" kata Jaeden. "Kenapa? Kenapa lo mau lihat foto ini?"
Aku tak menjawab dan berjalan pergi.
"Jaeden?" Jovi muncul di depan pintu kamar Jaeden.
"Jovi, kenapa?" tanya Jaeden. Jovi menghampirinya dan memeluk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐎𝐑𝐆𝐎𝐓𝐓𝐄𝐍, 𝗃𝖺𝖾𝖽𝖾𝗇 𝗆𝖺𝗋𝗍𝖾𝗅𝗅 ✓
Fanfiction[ completed ] ❛ you forget everything. ❜ - jaeden martell x fem!reader - fanfiction ﹙13+﹚ ﹙written in bahasa﹚ © ssatify, 2021