"Pacaran pura-pura?"
Aku mengangguk. Finn mengerutkan dahinya. "Maksudnya?"
Aku menghela napas. Aku pun menjelaskan semuanya kepada Finn.
Tapi aku tak menyebutkan nama Jaeden.
"Jadi, gue punya temen, atau sahabat pokoknya. Dan gue..." Aku menggigit bibirku, "... suka sama dia."
Finn mengangkat alisnya tak percaya. "Terus?"
"Gue punya musuh juga. Dan... musuh gue itu jadian sama sahabat gue," lanjutku. "Dan... sahabat gue itu suka ngasih perhatian. Gimana ya? Gue pengen bikin dia cemburu."
"Dia suka sama lo?" tanya Finn bingung. Aku menarik ujung bibirku.
"Gak tau sih. Tapi... dia pernah gak jadi date sama cewe, gara-gara gue marah sama dia dan jalan-jalan sama cowo lain," kataku. "And by the way, dia satu sekolah sama kita."
"Owhh." Finn mengangguk-angguk. Dia menyibakkan rambutku ke belakang telinga sambil menatapku.
Aku diam dan hanya menatapnya. Kemudian, aku berkata, "Gak usah bikin gue baper ya."
Aku memutar bola mata, muak pada sikapku yang mudah baper. Finn tertawa pelan.
This is my chance, batin Finn.
°°°
Keesokan harinya.
Aku benar-benar seperti berpacaran dengan Finn. Dia menjemputku saat aku akan berangkat sekolah. Di sekolah, aku menggandengnya saat melewati Jaeden.
Noah, Millie, dan Sadie yang melihat kami, sangat terkejut. Begitupun orang-orang di koridor.
"Woah, I can't believe it..." Noah ternganga sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Aku tersenyum tipis dan membuka lokerku.
"Gue duluan ya," bisik Finn ketika kami akan berjalan ke kelas. Aku mengangguk dan tersenyum.
Ketika di kelas, aku melihat Jaeden yang duduk di pojok sambil bermain handphone. Kami bertatapan sekejap, kemudian aku membuang muka. Aku duduk di tengah dan membuka bukuku dengan dingin.
°°°
Jaeden pov.
Anak-anak mengerumuni ku dan Lila. Lila menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sedangkan aku, terus memegang bunga.
Sabar, batinku. Lila menerima bunga itu. Anak-anak bersorak, membuatku muak. Nick pun membubarkan mereka kemudian.
"Ini untuk gue?" tanya Lila.
"Ya," jawabku. "Dari Brandon."
Senyum Lila langsung pudar. Aku tak peduli dan pergi secepatnya.
Malam harinya, aku chatting-an dengan Wyatt sampai tertawa-tawa. Dia mengirimkan videonya jungkir balik sampai ketahuan ibunya.
"Jaeden! Tidur!" Mum berteriak, membuatku kaget dan langsung meletakkan handphone-ku ke atas kasur.
"Iya, Mum!" seruku.
KRUYUKK
Sial. Aku belum makan malam. Mum akan memarahiku. Aku lapar sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐎𝐑𝐆𝐎𝐓𝐓𝐄𝐍, 𝗃𝖺𝖾𝖽𝖾𝗇 𝗆𝖺𝗋𝗍𝖾𝗅𝗅 ✓
Fanfiction[ completed ] ❛ you forget everything. ❜ - jaeden martell x fem!reader - fanfiction ﹙13+﹚ ﹙written in bahasa﹚ © ssatify, 2021