EPILOG

1.5K 223 340
                                    

Aku pergi ke taman, dengan kursi rodaku. Aku belum bisa berjalan. Kakiku terkilir karena terjatuh dari tangga.

Udara hari ini sangat sejuk. Kemarin, Millie, Sadie, Noah, Finn, Jack, Wyatt, Brandon, Aaron, Joey, Liam, dan Lila menjengukku. Begitupun Jaeden. Aku hanya bisa tersenyum lemas kepada mereka.

Kabar baik. Brandon sudah kembali menyukai Lila. Begitupun Lila yang sudah berubah dan menyukai Brandon.

Joey juga mendapat tiket liburan untuk musim panas. Dia mengajak kami semua pergi liburan.

Aku melihat sekeliling taman. Rasanya senang bisa keluar dari kamarku dirawat.

Seseorang menghampiriku dan duduk di kursi taman, yang terletak tepat di sebelah kursi rodaku.

"Hei."

Aku menoleh. Ternyata Jaeden.

"Gimana keadaan lo?" tanya Jaeden.

Aku tersenyum. "Udah mendingan dari kemarin."

Jaeden tersenyum. Dia memandang pohon yang berada tak jauh dari kami.

"Gue tau lo udah ingat soal semuanya," kata Jaeden. Aku menunduk.

"Ya," kataku. "Gue udah tau siapa Bill, Gabi, Kenny, Alfie."

Jaeden tertawa pelan. "Kenny, Alfie, Gabi..."

"Gabi..." Aku melirik Jaeden. "Ngeselin ya..."

"Iya sih sebenernya," tanggap Jaeden, tertawa. Aku tersenyum.

"Kenny suka sama Lila ya?" tanyaku.

Jaeden mengangguk. "Iya, dia suka sama Lila. Dia sering bilang Lila 'by, kamu, sayang', dan Lila langsung marah."

Aku tertawa. "Berarti, Brandon orang kedua yang suka Lila?"

Jaeden mengangguk. "Ya, tapi Lila suka sama Brandon. Lila gak pernah suka sama Kenny."

"Kalau Alfie?" tanyaku. "Suka sama Gabi."

"Nah, itu tau," kata Jaeden. "Tapi Gabi nganggap dia temen doang kan."

Aku mengangguk. Kemudian, aku menghela napas. "Gue rindu sama Bill."

Jaeden menunduk. "Gue juga."

"Maaf, Jae." Aku memandang jariku yang bertaut. "Bill pergi, gara-gara gue."

"[Name]." Jaeden memegang pundakku dan menatapku. Mataku berkaca-kaca.

"Maaf, gue udah marah-marah sama lo waktu itu. Gue masih childish banget. Sampai nyalahin orang," ujar Jaeden. "Lo gak salah. Itu takdir."

Aku mengusap air mataku yang telah jatuh. "Jae, gue ketemu sama Bill kemarin."

Jaeden terkesiap kaget. "Maksud lo?"

"Gue kemarin ketemu sama Bill di mimpi," ujarku. "Kami ada di tempat putih terang. Gue pakai baju putih, dia juga. Gue mau ikutin dia, ke tempat seterusnya. Tapi, dia nahan gue dan bilang kalau kehidupan gue udah berubah. Gue udah punya banyak kebahagiaan."

Aku menatap Jaeden. "Dia bilang, lo suka sama gue dari dulu. Dia juga bilang, kalau gue sayang sama lo."

Aku tersenyum, terus memandang Jaeden yang masih bingung. "Kalau enggak karena ingat lo, gue udah nyusul Bill, Jae."

Jaeden terkejut. Dia menatapku dengan tak percaya. "[Name]..."

"I love you, Jae," ucapku. "I know, kita udah putus."

"Maaf, [Name]. Gue mutusin lo biar lo gak tau rahasia tentang Bill," ujar Jaeden.

Aku mengangguk dan tersenyum. "Gue ngerti kok."

Jaeden menghela napas. "Gue udah suka sama lo dari awal kita kenalan."

Aku menatapnya.

"Masuk sekolah, gue sahabatan sama Kenny dan Alfie. Awalnya sih begitu, tapi lama-lama, kami dekat sama Lila dan Stacey."

"Lila dulunya biasa aja. Dia suka sama gue. Tapi, pas mereka tau kalau gue suka sama lo, Lila mulai gangguin lo. Dia ngajak Stacey juga."

"Gue cuman bisa suka sama lo diam-diam. Gue gak bisa nembak lo karena lo dekat sama kembaran gue. Gue juga tau, kalau lo cemburu sama Bill dan Gabi."

Jaeden menatapku. "Sebelum Lila pindah, kami berlima bertengkar hebat. Stacey marah-marah sama gue, karena gue masih suka sama lo. Padahal, lo itu musuh mereka. Mereka juga marah karena gue cuman suka diam-diam dan terus-terusan bohong."

"Makanya, pas liburan, gue gak ngajak mereka. Karena kami udah gak sahabatan. Dan Lila juga udah pindah."

"Sejak lo berantem sama Bill, penyakit jantung Bill makin parah. Gue jagain dia terus, beberapa hari itu. Sampai hari..."

Jaeden berhenti bicara. Dia terdiam dan menunduk. Air mataku pun mulai turun. Mengingat kejadian itu.

"Di hari itu juga, gue berusaha buat benci sama lo dan lupain lo."

Jaeden memegang tanganku. "Tapi gak bisa. Sekeras apapun usaha gue buat membenci lo, gue gak akan bisa berhenti suka sama lo."

Aku tersenyum dan mengusap air mataku.

"Hari lo kecelakaan, lo amnesia. Mama kita putusin buat pindah. Semua sosmed lo dihapus, biar lo gak ingat tentang itu lagi. Nama lo juga diganti jadi [Name] Kenzie, bukan Mackenzie lagi. Gue juga ganti nama, sesuai kemauan gue. Jaeden Lieberher, berubah jadi Jaeden Martell."

Jaeden tersenyum. "I love you, [Name]. Gue janji, bakal jagain lo. Sesuai pesan yang disampaikan Bill di surat."

Aku menangis. Jaeden mengusap air mataku dan mendekat kepadaku. Kami berpelukan dengan erat. Ya, kami kembali.

"You're mine, [Name]."

"And I'm... yours."

━━━━━━━━ END ━━━━━━━━

·

·
·

FINALLY , END .

thank u so much buat yang udah baca cerita inii. masih baca walaupun dulu aku sering slow update 🥺💗

thank you buat selalu vote n comment ! terutama buat yang sering comment. ilysm ! 💗

maaf kalau di cerita ini sering ada typo atau kesalahan lainnya. aku masih penulis pemula , jadi ya gitu ╥﹏╥

anw , ku punya bbrp pertanyaan. ga wajib jawab sksksk.

O1. what's ur fav character ?

O2. ur fav ship ?

O3. ur fav chapter ?

O4. kalau bisa milih cowo selain jaeden , mau pilih siapa ? :D

O5. ur fav bestfriend ? (dari cerita ini)

O6. three extra part ? maybe campur ( ga semua tentang jae and [name] )

O7. finn wolfhard fanfict ??

ok , itu ajaa. skip bagian ini gapapa. karena emang ga penting :p

vote + comment !

bye !

- mey

𝐅𝐎𝐑𝐆𝐎𝐓𝐓𝐄𝐍, 𝗃𝖺𝖾𝖽𝖾𝗇 𝗆𝖺𝗋𝗍𝖾𝗅𝗅 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang