26

1K 223 92
                                    

Aku menjauhi Jaeden sejak kejadian kemarin. Kami tak berbicara sama sekali. Dia lumayan bingung dengan sikapku.

"Jadi, lo masih suka sama dia?" tanya Brandon saat kami duduk di kafetaria bertiga—aku, dia, dan Joey.

"Heem," jawabku singkat. "Tapi gak terlalu pengen ngejar. Dan gak terlalu ngarep."

"Hmm, jangan murung dong," kata Joey, menatapku. "Mungkin Jaeden bohong doang."

"Nah iya. Bisa jadi," kata Brandon. "Dia kan gengsian. Sama kayak lo."

Aku mendelik. "Apaan sih??"

"Kalian kan sama-sama gengsi."

Satu injakan pun diterima oleh Brandon. Joey hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Brandon ada benarnya juga sih," kata Joey.

"Ih, Jo! Kok lo malah ngebela Brandon sih?" kataku, cemberut kesal.

"Lah, kan kata-katanya emang bener," kata Joey. Aku mendengus.

"Asik, ada tukang ngarep."

Lila muncul dan mengguyurkan segelas air ke rambutku. Aku pun kaget dan memegang rambutku yang sudah basah karena air putih yang disiram Lila.

"Shit," gumamku kesal. Aku menatap Lila.

"MAU LO APA SIH??" Langsung ku bergerak menyerangnya. Lila melawanku. Terjadilah perkelahian antara kami.

Bukannya melerai. Anak-anak yang ada di kafetaria malah bersorak melihat kami yang berkelahi. Brandon dan Joey panik karena takut ketahuan guru, dan berusaha melerai kami.

"EH EH EH WOI!" Finn, Jack, Wyatt, dan Jaeden muncul. Finn menarikku.

"IH AWAS DULU LO!" Aku berusaha menepis tangan Finn, tetapi tak berhasil. Finn menggendongku dan membawaku ke kursiku tadi.

"Kenapa kalian berantem??" tanya Jaeden.

"Dia nyiram air ke rambut gue," kata Lila. Aku melotot dan bangkit, sambil membawa gelas air putihku tadi.

"NIH! MAKAN TUH AIR!" Kusiram air itu ke rambutnya dengan kesal. "Balasan karena lo nyiram gue tadi!"

"Jadi, yang nyiram tadi, [Name] atau Lila?" tanya Jaeden. Kami menunjuk satu sama lain.

Tapi aku tidak berbohong kan? Memang Lila yang memancing duluan.

"Yang bener."

"Lila," kataku. "Tanya aja sama Brandon atau Jo."

"Iya, Lila yang nyiram," kata Brandon cepat.

"Berarti lo yang salah," kata Jaeden pada Lila. Lila merengut.

"Gue juga kena siram sama dia!"

"Berarti impas!" kataku, mengangkat kedua alisku dengan puas sambil menyeringai. Lila mendengus.

Orang-orang pun dibubarkan. Jaeden memandangku.

"Lo gapapa kan?" tanya Jaeden.

"Gapapa," jawabku dengan dingin dan pergi dari kafetaria.

°°°

Jaeden pov.

"Lo kenapa, Jae?" Wyatt langsung menanyaiku setibanya aku di kelas.

"Gapapa," jawabku, tersenyum tipis dan duduk di sebelahnya.

"Tukang bohong."

Sialnya, Jack dan Finn melihatku. Aku mendengus.

"Gue gapapa. Emang kenapa sih?" kataku acuh.

𝐅𝐎𝐑𝐆𝐎𝐓𝐓𝐄𝐍, 𝗃𝖺𝖾𝖽𝖾𝗇 𝗆𝖺𝗋𝗍𝖾𝗅𝗅 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang