Kami masuk ke dalam rumah sakit. Aku mencari kamar Jaeden waktu itu. Sesampainya di depan kamarnya, aku bertemu dengan Wyatt.
"Hei, Wyatt! Lo gak masuk sekolah?" tanyaku kepada Wyatt yang duduk di bangku rumah sakit.
"Enggak," jawabnya. "Gue mau jenguk Jaeden. Males di sekolah."
Wyatt melihat keempat anak laki-laki yang berdiri di belakang ku. "Lo sama siapa, [Name]?"
"Oh, ini Joey, yang ini Liam, ini—"
"Brandon sama Aaron," kata Wyatt. "Kalau mereka gue tau, hehe."
"Gak heran sih. Gue seleb." Brandon sok mengacak rambutnya.
"Dih, pede lo." Aku mencibir. Lalu aku duduk di dekat Wyatt. Keempat anak laki-laki tadi duduk di bangku seberang kami.
"Wyatt, gimana kabar Finn?"
"Hm, gitu lah. Kek biasa. Dia lebih dekat sama Jack," jawab Wyatt.
"Oh," gumamku. "Dia baik-baik aja kan?"
"Iya," jawab Wyatt. "Lo ngapain ke sini?"
"Ngamen," jawabku. "Ya jenguk Jae lah. Nanya lagi."
"Owhh." Wyatt tersenyum-senyum tak jelas. "Di dalam ada mamanya Jaeden."
"Oh, pantesan lu gak di dalam."
"Lo mau jenguk Jae, kan? Nanti lo duluan aja."
Aku mengangguk. Tak lama kemudian, Tante Angela keluar dari kamar Jaeden. Dia menyapaku.
"Eh, [Name]. Mau lihat Jaeden? Itu dia," kata Tante Angela, tersenyum dan menunjuk kamar Jaeden.
"Iya, Tan. Makasih." Aku mengangguk dan tersenyum manis. Tante Angela pergi dan aku masuk ke dalam kamar Jaeden. Wyatt, Joey, Liam, Brandon, dan Aaron duduk di luar.
Aku melangkah ke kursi yang terletak di samping ranjang Jaeden. Kutatap dirinya yang tertidur.
Senyum pun mulai merekah di wajahku. Jika melihatnya, hatiku langsung tenang dan tak sedih lagi.
"Hai, Jae." Aku memegang tangannya. "Maaf, gue baru jenguk lo. Gue sibuk akhir-akhir ini."
Aku tak memberitahu soal Lila dan bully di sekolah.
"Jujur, gue kangen banget sama lo." Aku menggenggam tangannya. "Jangan tinggalin gue."
Aku diam selama beberapa saat. Aku menyandarkan kepalaku di tangannya.
"Pfft."
Aku langsung terbelalak kaget dan melihat sumber suara.
Jaeden.
Dia menatapku sambil menahan tawa.
Jadi, dari tadi dia sudah sadar dan mendengar perkataanku...?
"Jaeden!" Aku membelalak kesal. "Lo udah sadar dari tadi?!"
Dia mengangguk dan tersenyum manis. Dia tertawa dan menunjuk keluar kamar. Aku menoleh dan melihat Wyatt yang tertawa terbahak-bahak di luar. Joey, Liam, Brandon, dan Aaron yang melihatku, menahan tawa.
ASTAGA, PUNYA TEMEN GINI AMAT.
"Jae." Aku menatap Jaeden. "Lo denger omongan gue tadi???"
Jaeden menjawab, "Kalau iya, gimana?"
Aku melotot. "Jae!!!"
Jaeden tertawa. Dan dia tak melepas genggamanku dari tadi.
Jujur saja, aku lega melihatnya sudah sadar. Lega juga karena sudah melihat senyumannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐎𝐑𝐆𝐎𝐓𝐓𝐄𝐍, 𝗃𝖺𝖾𝖽𝖾𝗇 𝗆𝖺𝗋𝗍𝖾𝗅𝗅 ✓
Fanfiction[ completed ] ❛ you forget everything. ❜ - jaeden martell x fem!reader - fanfiction ﹙13+﹚ ﹙written in bahasa﹚ © ssatify, 2021