Suatu pagi yang cerah, terlihat seorang pria sedang bersandar di dinding dengan menatap dua insan yang sedang bermesraan di taman sekolah. Wajahnya menampakkan raut tak berekspresi, seolah bimbang wajah dengan raut apa yang harus ditampilkan.
“Hi, bung. Kau ini dari kota bodoh mana?”
Ashoka menolehkan kepalanya pada seseorang yang bersuara, ia mendengus saat berdiri di sampingnya si manusia drama.
“Serapi apapun lo mau nyembunyiin perasaan lo, ujung-ujungnya tetep akan ketahuan.”
“Lo ngomong apa, sih!” Ashoka mengibaskan tangannya lalu melangkah menjauhi Darwin.
“Inget kata pepatah! Sepandai-pandainya tupai melompat, tetep gak bisa terbang, bro!” nasehat Darwin ngaco, ia berniat memotivasi Ashoka.
“Akan jatuh juga, Jingan!”
“Berani beda itu baik!” bela Darwin pada dirinya sendiri.
Ashoka tak menanggapi, ia melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi siswa untuk mengganti seragamnya.
✨✨✨
“Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat. Bukan hati yang berkarat!” sindir Darwin tajam pada Ashoka.“Bisa diem, gak!” Ashoka merasa risih karena sejak tadi Darwin selalu nyeletuk mengeluarkan kata-kata anehnya. Yang sialnya, Ashoka merasa sangat tersindir.
“Cocok banget si Rey sama Damara, kayak Seojun sama Jukyung. Yang satunya ganteng, satunya lagi cantik. Semoga aja gak ada Suho yang tiba-tiba datang ke kisah mereka, lalu menghancurkannya. Menghancurkannya sampai hancur sekecil-kecilnya.” kata Darwin dramatis.
Ashoka lagi-lagi mendengus sebal mendengar perkataan Darwin, ia kembali melirik sekilas ke arah Damara yang sedang diajari basket oleh Rey. Hari ini kelasnya dengan kelas XII MIPA 1 disatukan, karena pak Jamal guru olahraga kelas sebelah sedang berhalangan. Tampak Rey dan Damara terlihat serasi, tapi hati kecil Ashoka seakan menolak itu.
“Dunia memang kejam, bagi mereka yang tidak punya kumis.” Lagi-lagi Darwin meracau tak jelas.
“Sinting!’ Ashoka berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju tengah lapangan basket. Ia melangkah mendekati dua insan itu.
“Mara ....”
Damara yang sedang berbahagia dengan sang pacar menghentikan sejenak kegiatannya, ia menoleh pada Ashoka.
“Apa?”
“Ikut sebentar, gue ada hal penting.”
Damara mengangguk, berpamitan sebentar pada Rey lalu mengikuti langkah Ashoka yang membawanya ke kelas.
“Kenapa?” tanya Damara saat mereka sudah berada dalam kelas.
Alis gadis itu mengkerut saat pria di depannya tak bergeming, “Kenapa?”
Ashoka diam saja sambil terus menatap Damara.
“Ashoka, ada apa?” tanya gadis itu lagi.
“Ada yang kangen,” ungkap Ashoka.
“Siapa?”
“Gue. Gue yang kangen.”
Damara terdiam sejenak, kemudian menghentakkan kakinya keras. Sangat keras.
“Ini yang Ashoka maksud hal penting?”
Ashoka mengangguk, “Iya.”
Damara mendesis, “Astaga, Ashoka manggil Mara cuma buat hal gak penting begini? Ashoka ganggu kebahagiaan Mara sama Rey, tau nggak!”
Perlahan, Damara melangkahkan kakinya menjauh dan berniat keluar kelas. Hingga suara terkesan tegas langkahnya.
“Jadi, bagi lo gue gak penting?”
“Iiih, Ashoka kenapa, sih?” Damara menatap aneh pria di depannya, “Udah ah, bye!”
Ashoka menatap punggung gadis itu yang perlahan menghilang, entah kenapa hati kecilnya sedikit tersentil. Ia merasa sakit, refleks Ashoka memegangi dadanya dan memegang sisi meja di belakangnya untuk menopang tubuhnya.
Sialan! Damara mengabaikannya.
“Anjing!” umpat Ashoka, matanya menatap tak percaya ke arah pintu yang terbuka lebar.
“Sakit tapi gak berdarah, apa itu yang gue alami sekarang?”
Ia tertawa miris, doa teman-temannya yang menginginkan antara ia dan Damara saling jatuh cinta sepertinya terwujud. Hanya saja, di sini cuma dia yang jatuh, sedangkan Damara cintanya untuk orang lain. Ashoka pikir, hubungan Damara dan Rey hanya akan bertahan tiga hari atau seminggu saja. Nyatanya ini sudah hampir sebulan, mereka masih bertahan. Ada sedikit ketidakrelaan di hati Ashoka.
✨✨✨
“Seperti apa Ashoka di mata lo?”
Awal bulan ini, kelas rusuh yang di isi manusia-manusia kocak kembali mengadakan award rutin mereka tiap bulannya. Sudah pulang sekolah sebenarnya, tapi seisi kelas sepakat untuk tidak pulang dulu demi kelancaran award tiap bulan mereka.
Damara dan Ashoka kembali terpilih bulan ini, tidak ada bedanya dengan bulan-bulan kemarin. Bedanya cuma pada tampang Ashoka yang terlihat lebih datar dan dingin.
Damara menjawab pertanyaan Denis, “Masih sama, Ashoka masih menjadi orang pertama yang tertawa kalau Damara jatuh.”
Teman sekelas sebenarnya sudah hafal dengan jawaban itu, tapi tetap saja mereka menanyakan sebagai bentuk formalitas acara mereka, katanya.
Siska melirik malas pada Ashoka, ia sudah mewanti-wanti jawaban yang akan pria itu lontarkan.
“Seperti apa Damara di mata lo?”
“Cantiknya masih sama, yang beda cuma perasaan gue ke dia.” Setelah berucap begitu, dia langsung keluar kelas.
Sedangkan teman sekelasnya sudah tercengang, bahkan sampai ada yang terbelalak. Fathur yang sedang minum tak sadar jika airnya sudah tumpah-tumpah. Damara juga sama, ia menatap Ashoka dengan heran. Heran karena pria itu keluar kelas tanpa membawa tasnya pulang.
✨✨✨
Jum'at, 01 Januari 2021
SELAMAT TAHUN BARU SEMUANYA...
Sehat terus kalian, dan semoga suka dengan cerita-cerita akuuSelamat membaca dan semoga terhibur 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Amicitia
Teen FictionAshoka Gauthama dan Damara Irish. Banyak yang berkata mereka cocok, banyak juga yang mengira mereka pacaran. Tapi faktanya, mereka hanya sahabatan, tidak lebih. Kenapa tidak pacaran saja? Ya karena mereka tidak saling jatuh cinta. Orang bilang, mus...