1. Seperti apa Ashoka di mata lo?

1K 65 2
                                    

"Seperi apa Ashoka di mata lo?"

"Ashoka, dia sama seperti Arjuna. Jika Arjuna selalu menemani Dropadi, maka Ashoka akan selalu menemani Damara. Bedanya, Arjuna menjadi orang pertama yang menolong Dropadi saat terjatuh. Dan jika Damara terjatuh, Ashoka akan menjadi orang pertama yang tertawa."

"Seperti apa Damara di mata lo?"

"Damara Irish. Seperti bunga Irish, Damara sangat cantik dan menawan."

"Aishh, kalian berdua nggak asik." ujar Darwin memegang sebuah kertas bertuliskan pertanyaan-pertanyaan untuk Damara dan Ashoka.

Ashoka dan Damara sedang duduk dikursi yang memang disiapkan di dekat meja guru. Lagi-lagi Ashoka dan Damara menjadi couple paling di idolakan bulan ini.

Kelas XII MIPA 2 memang selalu mengadakan awards pasangan serasi setiap bulannya, dan ini sudah tiga kali berturut-turut Ashoka dan Damara meraih penghargaan itu.

Kelas ini mewajibkan anggota mereka berpacaran hanya dengan teman satu jurusan saja, tidak boleh dengan jurusan lain seperti ips dan bahasa, apalagi beda sekolah. Terbilang aneh memang, tapi itulah mereka dengan segala keanehannya.

Kenapa Ashoka dan Damara terpilih padahal tidak pacaran? Mereka bilang, Ashoka dan Damara sangat mesra, tidak seperti persahabatan pada umumnya. Dan mereka juga bilang, Ashoka dan Damara pantasnya menjadi pasangan saja.

"Tau nih, tiap bulan lo pada jawabannya itu-itu mulu." Kata Siska terlihat kesal.

"Ya mau gimana lagi, emang jawabannya cuma itu." Ucap Ashoka membela diri.

"Yang lain kek, Damara spesial di hati gue kek, gue cinta Damara kek. Kan banyak jawaban yang lain." Ceramah Fatur.

"Iya kalau gue cinta sama Damara itu bisa jadi jawaban gue, lah ini masalahnya gue sama Damara nggak saling mencintai."

"Iya, kita cuma sahabatan tanpa melibatkan perasaan didalamnya." Ucap Damara yang dari tadi hanya terdiam.

"Halah mustahil, dimana-mana nggak ada yang namanya persahabatan antara cowok dan cewek." Ucap Darwin mengipasi wajahnya menggunakan kertas yang dipegangnya.

"Ada, buktinya gue sama Damara." Bantah Ashoka.

"Udahlah, susah ngomong sama orang yang otaknya kelewat jenius, tapi hatinya kelewat bego!"

_____

Pak Bambang sedang menjelaskan materi tentang integral di depan sana, Damara yang tidak mengerti dari awal pak Bambang menjelaskan, memilih menoleh pada Ashoka yang terlihat serius.

"Ashoka, nanti Damara nebeng ya pulangnya."

"Ogah!"

"Dih, kok gitu?"

"Gue bukan ojek lo,"

"Damara kan cuma mau nebeng."

"Lo kasih gue apa kalo gue mau nebengin?" Tanya Ashoka melirik Damara sekilas.

"Ashoka mah nggak ikhlas." Ucap Damara cemberut.

"Ojek aja gamau kalo nggak dibayar."

"Astagaa, tapi Ashoka kan bukan ojek! Mau ya ya ya?!" Rengek Damara menarik-narik ujung dasi Ashoka.

Ashoka mendekatkan wajahnya pada Damara.

"Enggak!"

"Ashokaa..." Rengek Damara menarik kembali dasi Ashoka.

"Cium dulu!" Pinta Ashoka menunjuk-nunjuk pipinya.

Damara menoleh ke depan, memastikan pak Bambang tidak melihatnya. Setelah dirasa aman, Damara melayangkan kecupannya di pipi kiri Ashoka membuat lelaki itu tersenyum.

"Oke, pulang sama gue."

"Makasihh Ashokaa" Seru Damara pelan, takut pak bambang mendengarnya.

_____

Minggu pagi, pukul 06.15 di sebuah balkon kamar. Ada seorang gadis cantik yang sedang...

"ASHOKAAA!!!"

"ASHOKAA SAYANGNYA DAMARAA!!"

"BUKA PINTUNYA DONGG!!"

Damara, gadis itu tak henti-hentinya berteriak di balkon kamarnya yang kebetulan berhadapan dengan balkon kamar tetangganya. Sesekali ia melempari pintu balkon tetangganya itu dengan permen coklat dalam toples yang sedang ia peluk.

"ASHO-"

Pintu balkon kamar dihadapannya terbuka, menampilkan seorang pria tampan dengan rambut acak-acakan.

"Bisa gak sih lo gak usah teriak-teriak?" Suara berat pria itu terdengar, jelas sekali jika Ashoka baru saja bangun dari tidurnya.

"Masih pagi udah bikin rusuh aja!"

Ashoka mengelus-elus dahinya yang sempat terkena lemparan permen Damara.

"Ashoka, Ashoka mau nggak-"

"Nggak mau!!" Belum sempat Damara menyelesaikan omongannya, Ashoka sudah memotong lebih dulu kata-kata Damara.

"Ashoka ih, Damara belum selesai bicara!"

"Dengerin dulu kenapa sih!" kesal Damara.

"Hm," Ashoka bergumam saja menanggapi gadis pengganggu tidurnya itu.

"Temenin Damara jalan-jalan, ya! Plisssss!!" mohon Damara dengan muka melas andalannya. Yang membuat Ashoka tak akan menolak permintaannya.

Ashoka berdecak pelan, ia berjalan mendekati pembatas balkon. Kini jaraknya dengan Damara tinggal satu meter saja. Balkon kamar mereka memang cuma berjarak sejengkal, tinggal loncat saja sudah sampai.

"Peluk dulu!"

Tanpa berpikir panjang, Damara meletakkan toples permennya di lantai. Lalu merentangkan tangannya dan memeluk Ashoka.

"Ashoka gak usah mandi, ya. Damara males nunggu, Ashoka kalo mandi bisa sampai lebaran haji soalnya. Lamaa bangeeettt!!"

Ashoka terkekeh mendengar penuturan Damara, "Hm!"

_____

"Ashoka, Ashoka gak ada niatan buat gendong Damara gitu?"

"Gak ada!"

Damara mendengus, Ashoka tak punya hati sekalee!

"Kalo Damara pingsan gara-gara kecapekan, Ashoka harus tanggung jawab!"

"Lah kenapa gue?" Ashoka sempat menghentikan langkahnya, lalu melangkah kembali.

"Yaiyalah, gara-gara Ashoka. Nanti kalau Damara pingsan karena kecapekan jalan kaki. Pokoknya salah Ashoka yang gak mau gendong Damara!!"

Dalam hati Ashoka mengumpat, 'Dasar lalat turki! Kerjaannya cuma ngerepotin!'

"Iya iya naik sini!"

Walaupun begitu, tetap saja Ashoka tak bisa menolak.

Karena merajuknya Damara, adalah kelemahannya.

_____

Selasa, 16 Juni 2020

Hai, dukung cerita aku yang ini ya :)
Kutunggu komentarnya :)

Selamat membaca dan semoga terhibur 🖤

AmicitiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang