14. Dorong, bannya kembos!

155 33 5
                                    

Ashoka menatap dinding kamar Damara yang di penuhi dengan foto Rey, gadis itu sepertinya sangat bucin pada pria kelas sebelah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ashoka menatap dinding kamar Damara yang di penuhi dengan foto Rey, gadis itu sepertinya sangat bucin pada pria kelas sebelah itu. Ashoka melirik Damara yang sedang merapikan mejanya, menyiapkan mata pelajaran untuk hari esok.

“Alay banget, lo. Pake nempel beginian segala!” ejek Ashoka.

“Jomblo diam aja!”

Ashoka melebarkan matanya, merasa tersindir keras dengan tutur kata Damara barusan. Ashoka duduk di tepian kasur Damara, menatap permusuhan pada gadis itu.

“Gue jomblo berwibawa! Gak ada pacar, tapi banyak yang naksir!”

“Halah, iri bilang bos.”

“Ngapain iri, ganteng juga gue. Mending lo pajang foto gue aja, lebih bermanfaat.”

Damara mendengar itu tertawa seakan mengejek Ashoka, ia mendekati pria itu dan menarik hidung Ashoka.

“Yang bener, foto Ashoka lebih cocok dipajang di dapur. Lebih bermanfaat!”

“Mbaknya pasti lulusan S3 kebangsatan?” sindir keras Ashoka.

“Heh!” Damara melototkan matanya, “kalo ngomong suka bener.”

Ashoka tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi gadis di depannya itu, Damara sekarang malah tertawa terbahak-bahak mengejeknya.

“Gak usah ketawa lo, nafas lo bau azab!”

✨✨✨

Damara membunyikan kring sepedanya di depan rumah Ashoka, pagi ini Rey tidak menjemputnya. Kekasihnya itu pergi ke Bandung untuk mengunjungi neneknya yang jatuh sakit di sana, jadilah ia akan berangkat bersama Ashoka pagi ini.

“Om! Ashoka mana?” teriak Damara pada Pram, ayah Ashoka.

“Sebentar, Ashokanya masih dandan dulu. Lipstiknya hilang habis sarapan!!” teriak Pram sekenanya.

Tiba-tiba Ashoka muncul dari balik pintu, “Sembarangan si papa, mah. Padahal Ashoka kan lagi habis cuci piring.” ujar Ashoka menyugar rambutnya,

Ashoka lalu menyalami tangan papanya, begitu pun Damara yang entah sejak kapan sudah berada di depannya.

“Berangkat dulu, Pa. Assalamu’alaikum!”.

“Wa’alaikumussalam! Tumben pake sepeda?”

“Iya om, biar kayak di pilem-pilem.”

Pram tertawa mendengar jawaban Damara, mengelus kepala anak tetangganya itu.

“Yaudah berangkat sana, hati-hati di jalannya.”

“Siap!!”

Damara kemudian mengayuh roda sepedanya, sedang Ashoka duduk di belakang dengan gaya miring ala ibu-ibu.

“Ashoka, nanti pulangnya bareng lagi, ya.” tutur Damara mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga.

“Gak ah, takut dibegal. Entar ketangkep kalo pake sepeda, mending nebeng Darwin aja.” tolak Ashoka.

AmicitiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang