16. Senyumnya seperti sabu, bikin candu!

141 28 1
                                    

“Hati-hati Ashoka! Selamat sampai akhirat, ya!” seru Damara saat Ashoka keluar dari gerbang rumah melewatinya dan juga Rey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hati-hati Ashoka! Selamat sampai akhirat, ya!” seru Damara saat Ashoka keluar dari gerbang rumah melewatinya dan juga Rey.

Ashoka memutar bola matanya, perlahan melajukan motornya mengabaikan Damara yang dadah-dadah tidak jelas di belakang sana.

“Gue lakban juga tuh mulut cewek lama-lama,” gumamnya kesal.

 Pria jangkung itu menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota Jakarta yang begitu padat pagi hari ini. Seperti biasa, kota metropolitan ini selalu saja ramai tanpa kenal pagi maupun petang.

Rey sudah kembali dari Bandung, itu artinya dia tidak bisa lagi berangkat ke sekolah bersama Damara. Karena sudah jelas, Damara akan dijemput siswa kelas sebelah itu. Ia memang sangat tidak rela, tapi Ashoka tidak punya hak melarang Damara untuk dekat dengan siapa pun. Apalagi melarang Damara untuk jatuh hati pada pria lain, Ashoka hanya pria yang Damara anggap sebagai sahabat dan tidak lebih.

Perjalanan yang memakan waktu sekitar dua puluh menit sudah berakhir, Ashoka kini memasuki kawasan SMA Sakura. Setelah memarkirkan si jagoan, ia melesat menuju kantin. Pagi ini tumben Ashoka sudah haus saja, ia juga merasakan hawa panas sejak keluar dari rumah. Padahal matahari masih dalam tahap pemanasannya.

Pria itu duduk sebentar di kantin, membuka segel air dingin yang baru saja dibelinya. Meminum hingga sisa setengah saja, sebegitu panasnya pagi hari ini. Sampai-sampai hatinya pun ikut merasakan panas, padahal tidak salah apa-apa.

Denis dan Feizal memasuki kantin, menepuk bahu Ashoka sejenak dan melanjutkan langkahnya menuju stan bu Munir. Mungkin akan menghutang cireng.

Dari jauh, ia melihat Damara yang dibonceng Rey memasuki gerbang. Gadis itu tersenyum lebar, seakan ada hal yang paling membahagiakan hari ini. Padahal Ashoka merasa sangat beringsang.

“Cukup Antartika aja yang jauh, antarkalian jangan ya, Bro!” celetuk Feizal tersenyum penuh makna pada Ashoka, dan makna yang paling kentara adalah mengejek.

Dua insan itu langsung melengos begitu saja, setelah mengucapkan sepatah kata yang membuat Ashoka tambah badmood.

Ashoka menatap bengis keduanya, ia berdiri dan berjalan di belakang sahabat-sahabat laknatnya itu dengan pandangan mengarah ke parkiran.

“Maybe I’m on my period.”

✨✨✨

“Geseran sana!” Ashoka mengusir Damara dari tempat duduknya, padahal gadis itu ada kursi sendiri.

“Galak amat, masih pagi, nih!” sembur Damara memajukan bibirnya sepuluh meter.

Ashoka menoleh pada gadis itu, melihat wajah Damara yang terlihat merajuk. Tiba-tiba senyum terukir di bibirnya, tidak tahan akan mimik yang gadis itu perlihatkan.

“Lha, kok malah senyum, sih!” Damara menelungkupkan wajah ke tangannya yang dilipat di atas meja, “Mara gak bisa lanjut ngambek kalo kayak gini.”

Ashoka terkekeh, memegangi dadanya yang sedikit berdenyut lebih kencang. Tatapannya ia palingkan menuju pintu, menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Pria itu bergumam, “Udah cantik, manis, hidup lagi. Ngerepotin perasaan gue aja ....”

Damara mengangkat kepalanya tatkala mendengar perkataan Ashoka samar-samar, gadis itu mencondongkan tubuhnya mendekat pada pria di sampingnya.

“Apa? Ashoka ngomong sesuatu?”

Ashoka mengedikkan bahunya dan menggeleng. “Salah denger kali.”

“Jaga jarak, jauh-jauh sana.” usir Ashoka meminta Damara jauh-jauh.

“Damara perhatiin, akhir-akhir ini cocot Ashoka perlu dikampleng, ya.”

“Kayak lo enggak aja, sadar diri, lah. Lo kalo ngomong bikin yang dengerin pengen gaplok orang tiba-tiba tau, nggak?”

Damara menatap nyalang Ashoka, ia mencondongkan tubuhnya pada pria itu.

“Bilang sekali lagi, bertumbuk kita sampai mati!”

Ashoka sedikit bergidik, ia menatap gadis itu sinis.

“Belagu banget, nafas masih pake hidung juga.”

Damara tambah naik pitam. “Ya terus Ashoka nafas pake apa? Pake insang?”

Gadis itu menggulung lengan tangan seragamnya yang panjang sesiku, Ashoka masih pagi sudah mengajaknya adu bacot saja. Kerongkongannya langsung terasa kering karena sudah mengeluarkan suara merdunya yang mendayu-dayu, padahal hari masih terlalu pagi.

“Berantem terus lo berdua, capek gue lihat.” celetuk Fathur yang berada di belakang.

“DIAM!!”

Fathur terjungkal kaget memegangi dadanya yang hampir saja copot, dengan kompak Damara dan Ashoka ngegas di depan mukanya.

“Perasaan gue bukan tombol, tapi selalu tertekan, ya.”

✨✨✨

Ashoka menaikkan kakinya ke meja, bersandar di kursinya sambil memainkan game online. Lima menit yang lalu bel istirahat sudah berbunyi, mau ke kantin tapi rasanya malas sekali. Jadinya Ashoka menitip cireng saja pada Denis dan Feizal yang sedang ke kantin.

“Yes!!” Ashoka menggebrak meja karena berhasil mendapatkan Chicken Dinner.

“Hebat banget lo, Bro.” puji Fathur menepuk bangga pundak Ashoka.

Ashoka menyunggingkan senyum songongnya, merasa paling hebat karena mendapat predikat Terminator tanpa lapisan emas.

“Naklukin musuh aja lo bisa, masa naklukin Damara gak bisa?”

Ashoka mendengus mendengar celetukan Darwin, pria tak waras itu selalu saja membuat mood-nya buruk.

“Mati kek lo!” bungkam Ashoka sangat gedek.

“Doanya yang baik-baik atuh, Bang.” kata Darwin memegangi dadanya sok merasa paling tersakiti.

Feizal datang membawa satu kresek cireng untuk sahabat-sahabatnya, dan juga tiga susu kotak untuk Ashoka, Fathur dan juga Darwin.

“Denis mana?” tanya Fathur.

“Noh!” tunjuk Feizal ke arah Denis yang sedang berbincang dengan Damara.

Ashoka menatap Dua orang itu, sepertinya sedang terlibat dalam pembicaraan yang sangat mengasyikkan. Terlihat dari wajah Damara yang senyumnya melebar saat Denis terus mengucapkan sesuatu.

“Seyum Damara candu banget, ya. Kayak sabu.” ungkap Darwin yang juga memperhatikan dua orang di depan sana.

Ashoka mengangguk tipis, setuju akan perkataan Darwin.

“Iya, pengen gue lihat terus walau kayak asu!”

✨✨✨

Rabu, 12 Mei 2021

Halo I'm backkkkk!!
menurut kalian karakter Damara gimana, sih?

terus kalo Ashoka gimana?

dikomen ya guys, dukung terus cerita aku yang ini ya. luv yuuuu.

selamat membaca dan semoga terhibur 🖤

AmicitiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang