8. Senja dan bintang-bintang

275 38 3
                                    

Damara memperhatikan pak Mail dengan serius, selaku guru sejarah minatnya. Bukan karena dongengnya yang mendayu-dayu, tapi kumis pak Mail yang naik turun saat sedang menjelaskan. Benar, kumis pak Mail seakan menarik perhatian Damara sedari tadi.

Timbul ide gila di otak cemerlangnya, kayaknya kalau Ashoka yang punya kumis seperti itu pasti tambah ganteng. Memikirkan itu Damara cekikikan, sehingga Ashoka yang berada di sebelahnya terheran-heran sampai ke siborong-borong.

“Lo lapar?”

“Apa sih, Ashoka.”

“Ya kan biasanya kalo lo aneh gini, kalo gak lapar ya ngantuk.”

“Bosan,” Damara menelungkupkan wajahnya di tumpukan sweater rajutnya.

Ashoka melirik gadis itu, tangannya bergerak mengelus rambut panjang Damara yang digerai. Sehingga gadis cantik itu larut sampai tertidur.

Saat akan bel istirahat, seperti biasa pak Mail memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang sudah dibahas.

Mata pak Mail kembali berkeliling untuk pertanyaan yang ke dua, “Yang pertama kali berhasil mengelilingi dunia bernama siapa?”

Pak Mail sadar akan satu muridnya yang tertidur, “Itu yang tidur! Damara!!”

Damara tersentak kaget, matanya terbuka dan langsung menatap sekeliling.

“Siapa?!” tanya pak Mail.

Damara menyenggol lengan Ashoka, berniat bertanya pada pria itu pertanyaan apakah yang di lontarkan.

“Nama musuh lo di kelas ini,” bisik Ashoka.

Dengan lantang Damara menjawab, “Darwin, Pak!”

Sontak saja tawa teman sekelas menyambut jawaban Damara. Mana ada Darwin yang mengelilingi dunia pertama kali, kalau mengelilingi lapangan tiap hari Senin baru benar.

✨✨✨

Bel istirahat sudah berbunyi, Damara sejak kejadian tadi langsung mendiamkan pria di sampingnya. Kesal stadium akhir pada Ashoka, apalagi malunya tadi. Argh! Mengingatnya saja sudah sangat menjengkelkan.

“Maaf,” Ashoka menyerongkan tubuhnya menghadap Damara.

Sedangkan gadis itu menatap Ashoka penuh permusuhan, tangannya mengetuk-ngetuk meja berirama. Lalu memalingkan wajahnya dengan raut yang benar-benar kesal.

“Udahan marahnya, Ashoka gak bisa didiemin gini.”

Damara mengabaikan pria itu, ia kembali menelungkupkan wajahnya di kedua tangan yang disilangkan.

“Gak marah lagi, gue traktir.”

✨✨✨

Damara melambaikan tangannya pada Rey yang baru saja mengantarkannya pulang. Belum sempat ia masuk pagar, ia melihat sebuah motor sport berwarna hijau mendekat. Ashoka pulang. Damara tersenyum menyambut tetangganya itu, bahkan ia membukakan pagar rumah Ashoka.

“Ashoka, jalan yuk!”

“Kapan?” tanya Ashoka sambil membuka helmnya.

“Ashoka bisanya kapan?”

“Besok,” jawab Ashoka singkat.

“Besok sore atau malem?”

“Besok-besok kalo gak sibuk.”

Siap-siap untuk melancarkan pukulan maut, Ashoka langsung menahan tangan gadis itu.

“Gak boleh pake kekerasan sama calon suami,” Ashoka melepas tangan Damara, mengecup kening gadis itu sekilas kemudian berlalu begitu saja memasuki rumahnya.

AmicitiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang